Setelah mobil berhenti Abah Habib kemudian menoleh menatap semuanya yang terlihat masih tertidur.
"Bagun semua!" pinta Abah Habib yang terus menoleh menatap semuanya yang masih tertidur.
Abah Habib menoleh menatap Akbar yang kini melangkah ke arah pintu sebelahan kanan dimana Syuaib tidur di kursi itu. Akbar membuka pintu dan menepuk bahu Syuaib sambil menyebut namanya, tak butuh waktu lama Syuaib kemudian membuka mata lalu menatap ke sekelilingnya.
"Ada apa?" tanya Syuaib.
"Sholat," ujarnya lalu melangkah pergi.
"Syuaib, Bangun-kan mereka!" pinta Abah Habib lalu menutup pintu mobil dan melangkah pergi.
Mendengar hal itu Syuaib dengan gerakan pelan menoleh menatap Islam, Kristian, Abirama dan Ali yang terlihat masih tertidur. Entah bagaimana caranya ia membangunkan mereka dari tidur lelapnya. Syuaib tidak akan pernah lupa disaat Islam dan ketiga sahabatnya itu memukulinya di rumah.
Syuaib terdiam sejenak, ia benar-benar bingung harus apa. Dengan pelan dan penuh hati-hati ia melangkah turun dari mobil dengan tatapannya yang masih menatap empat orang yang masih tertidur. Setelah beberapa menit Syuaib terdiam ia kemudian meraih payung dan mendekatkannya ke arah lutut Islam.
"Islam!" panggilnya lalu menusuk-nusuk lutut Islam dengan ujung payung.
Tak ada jawaban.
"Islam!!!" teriak Syuaib.
Tetap tak ada jawaban.
"Syuaib!" panggil Abah Habib membuat Syuaib menoleh.
"Kenapa lama sekali?"
"Afwan, pak haji Kiai, tapi mereka tidak bangun juga," ujarnya memberitau.
Abah Habib menoleh menatap Islam dan ketiga sahabatnya itu yang masih tertidur lelap.
"Biar Abah yang membangunkan mereka, sekarang masuklah lebih dulu!" pintanya membuat Syuaib mengangguk dan melangkah pergi.
Abah Habib menarik nafas panjang dan melangkah masuk ke dalam mobil lalu duduk di samping Islam.
"Islam!" panggilnya sambil mengguncang bahu Islam.
"Islam!" panggil Abah Habib lagi yang menguatkan guncangannya.
Dahi Islam bergerak dengan alisnya yang bertaut, guncangan itu berhasil mengganggu tidur Islam.
"Emmmmm, apaan sih?" kesal Islam yang memperelok posisi duduknya dengan kedua mata yang masih tertutup.
"Ayo bangun!" ajaknya sambil mengguncang bahu Islam.
"Ah apaan sih lo?" kesal Islam yang kemudian menghempas tangan Abah Habib.
"Astagfirullah," ujarnya.
"Islam!" panggilnya lagi.
"Aaaah!!!" teriaknya dengan kesal.
Islam menggosok telinganya yang telah resah mendengar suara Abah Habib yang terus memanggilnya membuatnya kini membuka mata dan duduk dengan tegap.
"Lo kenapa sih?" teriak kesal Islam membuat Kristian terbangun dari tidurnya lalu menoleh menatap ke sekelilingnya.
"Kok berhenti? Kita udah sampe?" tanya Kristian.
"Belum," jawab Abah Habib sambil tersenyum.
"Kalau belum ngapain lo bangunin gue?" tanya Islam dengan kesal.
"Itu!" Tunjuk Abah Habib ke arah jendela yang berada di samping Islam membuat Islam dan Kristian menoleh menatap bangunan masjid berwarna biru dengan beberapa orang yang sedang berjalan masuk ke dalam masjid dengan pakaian putih serta sejadah di bahu mereka.
"Ayo sholat!" ajaknya lalu melangkah turun dari mobil dan melangkah menuju tempat wudhu.
Islam terdiam sejenak menatap area sekitar masjid yang terlihat ramai. Suara azan terdengar membuat Islam mengkerutkan alisnya lalu melangkah turun dari mobil.
"Islam!" teriak Kristian.
Islam melangkah mendekati masjid membuat semua orang yang ada di masjid menoleh. Yah sepertinya mereka agak aneh melihat penampilan Islam yang seperti preman pasar. Islam mengkerutkan alisnya menatap heran pada semua orang yang terus menatapnya.
Islam menoleh menatap seorang pria tua yang telah menepuk bahunya.
"Buka sepatu kamu! Ini batas suci!" ujarnya sambil menunjuk ke arah bawah membuat Islam menunduk menatap sepatunya yang menginjak lantai putih yang bertuliskan Batas Suci.
Islam dengan cepat melangkah turun lalu menatap sendal-sendal yang berada di dekat lantai bertuliskan batas suci itu. Suara Azan itu kembali membuat Islam penasaran, suara apa itu?
Islam membuka kedua sepatunya secara bergantian lalu melangkah berusaha untuk mencari suara itu.
Islam terus melangkah hingga tak sadar jika ia telah berada di dalam masjid. Semua orang menatap dari ujung kaki sampai ujung rambut Islam. Langkah Islam terhenti ketika ia menatap seorang pria yang berdiri di depan pengeras suara sambil memegang telinganya.
"Tuh orang ngapain sih? Bagus juga suaranya," ujar Islam sementara semua orang masih mematung di tempat dengan tatapannya yang masih menatap Islam.
Akbar mengangkat kedua tangannya dan membaca doa setelah melantunkan Azan. Setelah itu Akbar mengusap wajahnya menatap heran semua orang yang terdengar saling berbisik. Akbar kemudian ikut menoleh menatap Islam yang menjadi pusat perhatian karena penampilannya yang kini berdiri di dalam masjid.
Islam terkejut bukan main ketika mengetahui jika yang telah melantunkan azan itu ternyata adalah Abinya.
Di satu sisi Abah Habib tersenyum saat mengetahui jika Islam ada di dalam masjid. Dengkan langkah pelan ia mendekati Islam yang nampaknya menatap Akbar dengan tajam, belum sampai Abah Habib menyentuh bahu Islam, Islam langsung melangkah pergi keluar dari masjid.
"Islam!" Panggil Abah Habib namun lslam tak kunjung berhenti.
Abah Habib menghembuskan nafas berat lalu ia menoleh menatap Akbar yang kini terdiam.
"Nah itu dia tuh si Islam." Tunjuk Abirama ke arah Islam yang kini melangkah ke luar dari masjid lalu duduk sambil memasang sepatunya.
"Islam!!!" teriak Kristian membuat Islam menoleh menatap Kristian yang melambaikan tangannya serta Abirama yang tersenyum dan Ali yang terlihat membaringkan kepalanya di atas meja.
Yah mereka terlihat duduk di sebuah kursi di salah satu penjual es cendol yang berjualan di sekitar masjid. Islam melangkah menghampiri dan setibanya ia duduk dan mengusap wajahnya.
Kristian ikut duduk setelah berusahau untuk melihat apa yang orang lakukan di dalam masjid.
"Kok lo nggak sholat?"
"Siapa?" tanya Islam.
"Yah kamu lah masa si Kristian? Si Kristian kan agamanya kristen," sahut Abirama.
"Sholat buat apaan, sih?"
"Yah kan kamu Islam," ujar Kristian.
"Yah emang gue Islam," ujar Islam.
"Eh anjing, maksud mereka itu agama lo Islam, Lo kenapa nggak ikutan sholat?" ujar Ali yang menatap Islam dengan wajah mengantuknya.
"Kamu juga, agama kamu kan Islam terus naha kamu ndak ikut sholat?" tanya Kristan.
"Naha?" tanya Ali.
"Kenapa maksudnya," jawab Kristian membenarkan kata dari bahasa Sunda itu.
"Oh, yah lo nggak usah ngarep kalau gue mau sholat, nih yah selagi Islam nggak sholat itu berarti gue juga nggak sholat," jelasnya dengan wajahnya yang terlihat mengantuk.
"Kok gue?" tanya Islam.
"Yah gue yakin kalau lo nggak bakalan tobat."
Islam menghembuskan nafas berat lalu meraih ponselnya mendapati beberapa pesan jika Katrin beberapa kali menelponnya. Islam tak mengerti mengapa gadis ini selalu mengejarnya.
"Kenapa?" tanya Abirama.
"Katrin nelpon tadi," jawanya.
"Heran saya, dari ratusan perempuan yang jadi pacar Islam cuman dia doang yang kekeh banget ngejar Islam," ujar Abirama.
"Gue yakin nih pasti udah di servis sama si Islam makanya dia ngejar-ngejar Islam terus." Tunjuk Ali dengan wajah curiga.
"Enak aja, nggak!" bantah Islam.
"Ah, yang bener," goda Ali.
"Yah iya lah, gue bukan lo yang kalau punya pacar di ajak main mulu."
"Ah, gue melulu yang kena," ujar Ali.
"Nah itu Abahnya si Islam, tuh!" Tunjuk Kristian membuat Islam menoleh menatap Abah Habib, Akbar dan Syuaib yang melangkah keluar dari masjid.
Islam terdiam ketika ia beradu pandang berasama dengan Akbar membuat perasaan Islam tak nyaman. Islam mendecapkan bibirnya lalu bangkit dari kursi dan melangkah ke arah mobil tanpa memperdulikan Kristian yang memanggilnya.
Rasanya Islam sangat benci dengan pria itu. Islam tak akan pernah lupa setelah kejadian dimana Mawar harus menangis dengan kedua mata bengkak karena Akbar yang membatalkan kepulangannya tanpa alasan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments