16. Pesantren

Perjalanan terus berlanjut menuju pesantren yang sama sekali tak pernah Islam datangi seumur hidupnya. Islam menyadarkan kepalanya dengan tatapannya yang terus menatap pemandangan selama dalam perjalanan.

Perkebunan teh yang hijau tergelar menyejukkan mata ketika dipandang begitu juga dengan sawah, gunung tinggi bagai lukisan berhasil mencuri perhatian Islam diiringi hawa dingin yang sejuk. Kristian, Abirama dan Ali yang baru kali ini melihat pemandangan yang begitu sangat indah. Jalan yang belum tersentuh perbaikan membuat Islam harus berpegangan di pegangan atas.

Islam mengeluarkan kepalanya di jendela dan menunduk menatap jalan bebatuan dan berlubang, Islam tak pernah melihat jalan seburuk ini. Islam menoleh menatap beberapa ibu-ibu dengan keranjang di bahunya yang nampak sibuk memetik teh. Ada beberapa anak-anak kecil yang hanya memakai celana tanpa memakai baju nampak bermain di sungai yang airnya mengalir begitu jernih.

Yang membuat Islam tersenyum adalah saat mobil melintas anak-anak itu terlihat melambaikan tangan ke arah Islam. Hal ini sangat berbeda jauh dengan yang ada di kota, dimana anak-anak seusia mereka lebih asik bermain game dari pada bermain air di sungai.

Rumah-rumah di sini begitu sangat sederhana membuat Islam merasa berada di zaman-zaman dulu seperti yang ia lihat di tv. Dari jendela mobil yang ia biarkan terbuka itu Islam bisa melihat ibu-ibu yang sedang menjemur pakaian di halaman rumah yang begitu asri, ada banyak bunga bermekaran dan berwarna-warni di pinggir jalan, ada beberapa orang sedang menarik kerbau dengan beberapa ekor anjing yang mengikut di belakang.

Islam tak percaya jika masih ada tempat yang asri pedesaan seperti ini, bahkan Islam hanya bisa melihat beberapa motor butut yang berlalu lalang ketika berpapasan dengan mobil yang Islam tumpangi.

"Di sini nggak ada cewek-cewek cantik yah? Isinya cuman ibu-ibu semua," ujar Ali yang kini celingak-celinguk menatap ke luar.

"Ali! Saudara lo itu!" Tunjuk Islam ke arah anjing yang berlari di belakang pengembala kerbau.

"Mana?" tanya Ali lalu melangkah maju dan mengeluarkan kepalanya menatap dua ekor anjing yang masih berlari di belakang pengembala.

"Itu yang lari!" Tunjuk Islam.

"Eh iya," jawab Ali sambil tersenyum.

"Heh!!! Saudara!!!" teriak Ali sambil melambaikan tangannya.

Anjing itu menoleh lalu berlari sambil menggonggong mengejar mobil membuat Islam, Ali, Kristian dan Abirama tertawa cekikikan sementara Abah Habib nampak geleng-geleng kepala.

Tak berselang lama mobil yang kini dikendalikan oleh Syuaib mulai berangsur pelan.

"Pak kiyai datang!!!"

Islam tersadar dari lamunannya ketika suara teriakan itu terdengar membuat Islam segera duduk dengan tegap.

"Yang ini tempatnya?" tanya Kristian yang terlihat berusaha untuk menatap suasana di luar jendela.

"Mana gue tau, gue nggak pernah ke sini," jawab Islam.

Mobil memasuki gerbang besar berwarna hijau membuat Islam mengeluarkan separuh kepalanya lalu mendongak menatap bagian atas gerbang yang bertuliskan Pondok pesantren Al Habibi Akbar.

"Anjirt, banyak banget," kaget Ali sambil menunjuk ke arah depan membuat Islam menoleh menatap ratusan santri yang berbaju koko dengan sarung dan peci putih maupun hitam serta ada beberapa santri yang memakai kondura.

Di satu sisi lain Islam juga bisa melihat Santriwati yang berpakaian kerudung panjang berwarna putih ataupun hitam bahkan Islam bisa melihat beberapa dari mereka ada yang memakai cadar.

Mobil itu kini berhenti setelah melewati pagar besi diiringi suara musik qasidah yang dihasilkan dari pukulan gendang yang dimainkan oleh belasan santri.

Abah Habib melankah turun dari mobil setelah dibuka oleh seorang pria bertubuh gemuk dengan mimik muka tegas. Dia adalah Firdaus yang merupakan ustad dan guru mengajar di pesantren ini. Setelah itu Syuaib ikut melangkah turun dari mobil dan mengeluarkan koper milik Islam.

Islam menatap Firdaus dengan serius. Pria itu terlihat membuka pintu mobil, membantu Abah Habib turun dari mobil, meraih tangan dan mencium punggung tangan Abah Habib. Bukan hanya Firdaus tapi ada banyak orang yang melakukan hal itu. Islam tak menyangka jika pria tua itu begitu sangat dihormati di tempat ini. Patut saja Syuaib, Akbar dan Mawar begitu sangat sopan dan menjaga perilaku mereka.

"Dimana Islam?" tanya seorang wanita berkulit keriput, dia adalah Istri dari Abah Habib yang sudah berarti jika dia adalah Uma Nur, nenek dari Islam.

"Ada di dalam, tapi-" bisik Abah Habib.

"Uma tidak sabar melihat Islam," potongnya.

Abah Habib tersenyum lalu menatap ke arah semua para santri, santriwati dan para pengajar yang terlihat begitu gembira untuk menyambut cucu satu-satunya dari kiyai si pendiri pesantren ini.

Abah Habib menoleh dan mengerakkan jarinya membuat Syuaib mendekat dan mendengar bisikan dari Abah Habib membuat Syuaib dengan cepat mengangguk lalu menatap ke arah santri yang memaingkan gendang.

"Sudah! Hentikan!" pinta Syuaib membuat suara gendang itu lenyap.

Abah Habib tersenyum menatap ke seluruh semua para santri dan santriwati yang nampak ikut tersenyum. Tak berselang lama Abah Habib memberikan beberapa kalimat kepada semua orang untuk memperkenalkan Islam, cucu satu-satunya itu.

"Ini cucu Abah, Islam Ramadhan!" panggil Abah Habib yang membuat semua orang bertepuk tangan membuat suara musik qasidah itu kembali dimainkan.

Semuanya terlihat menoleh menatap pintu mobil yang tak kunjung dibuka oleh Islam. Mereka semua saling berbisik dan tak sabar untuk melihat cucu dari Kiyai itu.

Abah Habib menghembuskan nafas berat lalu mengetuk jendela mobil.

"Islam!" panggil Abah Habib.

"Kayaknya kita disuruh turun deh," tebak Abirama.

"Jangan dulu! Kita nggak boleh nurut gitu aja, ingat sama rencana kita!" ujar Ali mengingatkan untuk membuat semuanya kesal, membuat masalah ataupun kekacauwan agar mereka semua bisa dipulangkan.

"Tapi-"

"Udah diam aja lo!" potong Islam membuat Abirama bungkam.

"Kenapa Islam tidak keluar dari mobil? Apa dia marah?" bisik Uma Nur.

Abah Habib menelan salivanya, ia tak ingin jika Islam kembali berbuat masalah sementara kini ada banyak orang yang menanti Islam turun dari mobil. Baru saja Abah Habib melangkah berniat untuk membuka pintu mobil namun pintu itu sudah dibuka oleh Akbar.

Islam, Kristian, Abirama dan Ali langsung menoleh menatap wajah marah Akbar yang begitu sangat menyeramkan.

"Kenapa tidak turun?" tanya Akbar dengan suara tegas.

"Gue-"

"Mau turun sendiri atau saya seret?" tanya Akbar membuat Kristian, Abirama dan Ali menelan salivanya ketakutan sementara di satu sisi Islam terlihat tersenyum sinis.

Akbar kemudian menutup pintu dengan rapat lalu melangkah.

"Apa dia tidak mau turun?" bisik Abah Habib.

"Dia akan turun," ujarnya menenangkan lalu melangkah pergi seakan tak ingin malu dengan hal ini.

Suara musik gendang qasidah itu masih dimainkan dengan belasan santri yang terdengar bersholawat, pandangan mereka masih tertuju pada mobil itu.

Pintu mobil itu kemudian terbuka membuat semuanya tersenyum tak sabar ingin melihat cucu dari Pak kiyai. Sepatu hitam dengan duri-duri itu terlihat membuat semua orang sedikit kebingungan, beberapa detik kemudian celana Levis dengan robekan di lutut, rantai besi di pinggang, jaket ciri khas geng motor bergambar tengkorak, gelang besi di pergelangan tangan, kalung besi di leher, rambut gondrong, anting tindik di dua telinga Islam membuat suara gendang qasidah itu lenyap seketika, tak ada yang memaingkan musik qasidah lagi setelah Islam berdiri tegak di hadapan mereka semua.

Semuanya tambah melongo disaat Kristian, Abirama dan Ali juga berdiri di belakang Islam dengan gaya yang hampir sama dengan Islam. Tak ada yang berkedip saat itu juga, semuanya terlihat syok melihat Islam dan ketiga sahabatnya itu.

"Kok mereka diam?" bisik Kristian.

"Mungkin dia takjup sama kegantengan gue," ujar Ali sambil tersenyum bangga.

"Coba lo sapa!" pinta Islam membuat Ali mengangguk lalu menatap ke semua orang yang menatap mereka dengan sangat serius.

"Woy!!!" teriak Ali yang melambaikan tangannya sambil tersenyum ke arah santri dan santriwati.

"Aaaaaa!!!" semuanya menjerit lalu berlari kocar-kacir tak jelas membuat suasana yang sunyi itu menjadi ricuh.

Para santri dan santriwati berlarian entah kemana membuat para ustad dan ustadzah berteriak untuk menyuruh mereka semua untuk kembali berbaris.

Semenit berlalu membuat lapangan pondok pesantren menjadi sunyi tak ada seorang pun di sana, tapi tunggu! Ada satu pria berkulit sawo matang, berbaju Koko, sarung batik dan peci putih yang terlihat miring terlihat tersenyum lebar ke arah Islam dan semuanya.

"Selamat datang," ujarnya.

Abah Habib menghembuskan nafas berat lalu menoleh menatap Ali yang dengan cepat menurunkan tangannya.

Terpopuler

Comments

Anak_umak

Anak_umak

Ali moodbosther banget hhh

2022-05-05

0

lihat semua
Episodes
1 1. Islam Ramadhan
2 2. Puasa ?
3 3. Tidak?
4 4. Puasa itu apa?
5 5. Katrin Putri Wijaya
6 6. Preman?
7 7. Islam?
8 8. Pesantren
9 9. Harus?
10 10. Bimbang
11 11. Keluar!
12 12. Baju koko
13 13. Ikut
14 14. Perjalanan
15 15. Sholat
16 16. Pesantren
17 17. Peraturan
18 18. Peraturan part 2
19 19. Malam
20 20. Sholat Subuh
21 21. Tidur
22 22. Hukuman
23 23. Kelas
24 24. Dia
25 25. Antri Dan Sholat
26 26. Besok Puasa
27 27. Sahur!!!
28 28. Puasa Itu?
29 29. Puasa Pertama
30 30. Puasa Pertama~Hukuman~
31 31. Lari!!!
32 32. Buka
33 33. Tarawih
34 34. Telpon
35 35. Pulang
36 36. Sendiri
37 37. Kabur
38 38. Diskotik
39 39. Jangan Lari!!!
40 40. Siapa gue?
41 41. Bangku Di Atas Bukit.
42 42. Cadar
43 43. Kangkung
44 44. Bayangan
45 45. Pasar
46 46. Kisah Pasar
47 47. Antara Ia dan dia
48 48. Bantuan
49 49. Kembali Bertengkar
50 50. Wudhu
51 51. Bacaan Sholat
52 52. Hapalan
53 53. Buku Dan Santriwati.
54 54. Al-Qur'an.
55 55. Hijaiyah
56 56. Kisah Sarifuddin.
57 57. Dijodohkan.
58 58. Setuju?
59 59. Al-Fatihah
60 60. Setuju
61 61. Cemburu.
62 62. Tujuh
63 63. Sudah bisa?
64 64. Imam Masjid
65 65. Imam Masjd part 2
66 66. Rayu Hati Allah
67 67. Lailatul Qadar
68 68. Dia Islam?
69 69. Kata Maaf
70 70. Bubur.
71 71. Vidio Call
72 72. Vidio Call Part 2
73 73. Perjodohan Dibatalkan
74 74. Mencintai Khadijah
75 75. Melamar Khadijah?
76 76. Lamaran
77 77. Cadar
78 78. Ini Hati, Khadijah
79 79. Sakit Dan Persahabatan
80 80. Bintang dan Matahari
81 81. Cemburu
82 82. Menolong Siapa?
83 83. Undangan
84 84. Persiapan Pernikahan
85 85. Katrin! Bukan Islam!
86 86. Malam Takbiran
87 87. Hari Raya Idul Fitri
88 88. Pernikahan
89 89. Akad Nikah
90 90. Sah!!!
91 91. Malam Pertama
92 92. Kapan?
93 93. Jakarta
94 94. Siapa yang menggoda?
95 95. Hari Yang Indah
96 96. Welcome
97 Dari Emak Untuk Para Pembaca
Episodes

Updated 97 Episodes

1
1. Islam Ramadhan
2
2. Puasa ?
3
3. Tidak?
4
4. Puasa itu apa?
5
5. Katrin Putri Wijaya
6
6. Preman?
7
7. Islam?
8
8. Pesantren
9
9. Harus?
10
10. Bimbang
11
11. Keluar!
12
12. Baju koko
13
13. Ikut
14
14. Perjalanan
15
15. Sholat
16
16. Pesantren
17
17. Peraturan
18
18. Peraturan part 2
19
19. Malam
20
20. Sholat Subuh
21
21. Tidur
22
22. Hukuman
23
23. Kelas
24
24. Dia
25
25. Antri Dan Sholat
26
26. Besok Puasa
27
27. Sahur!!!
28
28. Puasa Itu?
29
29. Puasa Pertama
30
30. Puasa Pertama~Hukuman~
31
31. Lari!!!
32
32. Buka
33
33. Tarawih
34
34. Telpon
35
35. Pulang
36
36. Sendiri
37
37. Kabur
38
38. Diskotik
39
39. Jangan Lari!!!
40
40. Siapa gue?
41
41. Bangku Di Atas Bukit.
42
42. Cadar
43
43. Kangkung
44
44. Bayangan
45
45. Pasar
46
46. Kisah Pasar
47
47. Antara Ia dan dia
48
48. Bantuan
49
49. Kembali Bertengkar
50
50. Wudhu
51
51. Bacaan Sholat
52
52. Hapalan
53
53. Buku Dan Santriwati.
54
54. Al-Qur'an.
55
55. Hijaiyah
56
56. Kisah Sarifuddin.
57
57. Dijodohkan.
58
58. Setuju?
59
59. Al-Fatihah
60
60. Setuju
61
61. Cemburu.
62
62. Tujuh
63
63. Sudah bisa?
64
64. Imam Masjid
65
65. Imam Masjd part 2
66
66. Rayu Hati Allah
67
67. Lailatul Qadar
68
68. Dia Islam?
69
69. Kata Maaf
70
70. Bubur.
71
71. Vidio Call
72
72. Vidio Call Part 2
73
73. Perjodohan Dibatalkan
74
74. Mencintai Khadijah
75
75. Melamar Khadijah?
76
76. Lamaran
77
77. Cadar
78
78. Ini Hati, Khadijah
79
79. Sakit Dan Persahabatan
80
80. Bintang dan Matahari
81
81. Cemburu
82
82. Menolong Siapa?
83
83. Undangan
84
84. Persiapan Pernikahan
85
85. Katrin! Bukan Islam!
86
86. Malam Takbiran
87
87. Hari Raya Idul Fitri
88
88. Pernikahan
89
89. Akad Nikah
90
90. Sah!!!
91
91. Malam Pertama
92
92. Kapan?
93
93. Jakarta
94
94. Siapa yang menggoda?
95
95. Hari Yang Indah
96
96. Welcome
97
Dari Emak Untuk Para Pembaca

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!