Perhatian Arya

Begitu makan malam selesai, Aryo dan Sasha juga kembali ke kamar mereka masing-masing. Rita menghampiri suaminya yang sedang bersantai di ruang keluarga.

"Pa, apa tidak ada lowongan pekerjaan untuk Arya?"

"Ada, Ma. Kenapa?"

"Berikanlah pekerjaan untuknya, masa dia pengangguran," jawab Rita.

"Mertuanya kaya raya, kenapa tidak minta kepadanya saja?"

"Pa, Arya itu anakku jadi dia berhak bekerja di Aksa Grup."

"Tapi Arya menginginkan posisi Presdir," ujar Gunadi.

"Berikan saja padanya," ucap Rita.

"Posisi Presdir tidak bisa sembarangan orang yang bisa mendudukinya. Mama mau kalau perusahaan kita hancur jika dipegang oleh Arya," tutur Gunadi.

"Papa tidak percaya dengan kemampuan Arya?" Rita menatap wajah suaminya.

Gunadi menghela nafasnya, "Bukan tidak percaya!"

"Terus?"

"Anak itu masih belum mahir menjalankan bisnis," jawab Gunadi.

"Apa salahnya mencoba?"

"Posisi itu tidak bisa untuk di coba-coba!" jawab Gunadi memberikan alasan.

"Papa tak pernah memberikan kesempatan untuk Arya, apa karena dia bukan anak kandungmu?"

"Ma, Papa tidak pernah membandingkannya," jawab Gunadi.

"Ya, sudahlah. Percuma Mama bicara dengan Papa," Rita meninggalkan suaminya dan pergi ke kamar.

"Pasti anak itu sudah mengadu padanya, aku harus menyingkirkan Arya dari Aksa Grup," batin Gunadi.

-

Kediaman keluarga Reno Hadinata Kusuma

Arya yang baru saja masuk ke kamar melihat istrinya itu masih saja bekerja, setelah makan malam Rania memilih ke kamar dan suaminya pergi keluar menemui temannya.

"Kau belum tidur?" Arya melihat jam dinding menunjukkan pukul 11 malam.

"Kenapa kau baru pulang?" Rania balik bertanya bukan menjawab pertanyaan suaminya.

"Lupa lihat jam," jawab Arya asal.

Rania menarik sudut bibirnya, "Apa kau juga lupa kalau sudah menikah?"

"Ya, tidak lupa. Tapi bukankah perjanjian kita tak boleh melarang?"

"Kalau begitu kau tidak perlu menanyakan aku kenapa tidak tidur," jawab Rania.

"Ya, ampun. Apa semua wanita sepertimu?" tanya Arya.

"Entahlah," Rania menutup laptopnya dan beranjak naik ke ranjang.

Arya ke kamar mandi membersihkan wajahnya dan mengganti pakaiannya, ia merebahkan tubuhnya di samping istrinya.

Ia membalikkan tubuhnya menatap punggung istrinya.qk "Rania!" panggilnya pelan.

"Hmm!"

.

Lima menit kemudian, Rania membalikkan badannya dan melihat suaminya sudah memejamkan matanya dan tertidur pulas. Ia tersenyum memandangi wajah pria yang menikahinya tanpa cinta. Lalu kemudian ia tidur.

...----------------...

Esok paginya, Arya terbangun dari awal ia melihat Rania masih berada disampingnya dengan berselimut. Arya pun turun dari ranjang dan pergi ke kamar mandi selesai membersihkan diri. Ia masih melihat istrinya itu di atas ranjang. Sepekan mereka menikah, ia tak pernah melihat wanita itu tidur selama ini apa lagi sudah jam 8 pagi.

Arya pun mendekati dan membangunkannya, tanpa sengaja menyentuh kening istrinya yang terasa panas.

"Kau sakit!"

Rania menganggukan kepalanya pelan tanpa bicara.

"Bagaimana ini?" gumam Arya. "Aku akan ke bawah!" Arya berlari ke dapur mengambil wadah air dan menanyakan kepada pelayan obat penurun panas.

Setelah mendapatkan yang ia inginkan. Arya kembali ke kamar. Ia mengambil handuk kecil dan merendamnya ke dalam wadah air lalu mengompresnya ke kepala istrinya. Berulang kali ia melakukan itu.

Ia membantu Rania duduk dan memberikannya obat penurun panas serta air putih. Lima belas menit kemudian pelayan mengantarkan sup pesanan Arya ke dalam kamar.

"Makanlah!" ia menyuapkan sup ke dalam mulut istrinya dengan perlahan.

"Arya, sudah cukup!" ucap Rania pelan menghentikan suapan suaminya.

"Baru juga dua suapan, kau harus banyak makan," Arya kembali menyuapkan sup ke dalam mulut istrinya.

Namun, Rania menutup mulutnya. "Aku sudah kenyang, nanti saja lagi makannya," ucapnya.

"Aku akan memanggil Dokter!"

"Tidak usah," Rania mengibaskan selimutnya dan hendak turun.

"Mau ke mana?"

"Aku harus ke kantor," jawabnya.

"Tidak, kau tidak boleh ke mana-mana hari ini. Jadi, beristirahatlah!"

"Arya pekerjaanku sangat banyak, aku tidak bisa meninggalkannya," ujar Rania.

"Tapi, kau masih sakit!" Arya berusaha bicara lembut.

Rania tak mendengar larangan suaminya. Ia pun berdiri namun hampir terjatuh dengan cepat Arya menopang tubuh istrinya dan mendudukkannya di pinggir ranjang.

"Aku sudah katakan, jangan bekerja! Kau bisa dengar, tidak?" sentak Arya.

"Arya...!"

"Kau harus tetap di rumah, aku akan mengawasi dan merawatmu!"

Rania akhirnya hanya bisa pasrah, karena tubuhnya sangat lemah sekali. Ia kembali merebahkan diri di atas ranjang. Arya memotong buah untuk istrinya dengan telaten ia merawatnya, menuntun Rania ke kamar mandi lalu menyuapkan buah ke dalam mulutnya.

"Terima kasih, sudah mau mengurusku!"

"Aku melakukan ini tidak gratis!" Arya duduk di samping istrinya di atas ranjang.

"Kau ingin aku membayarnya?"

Arya mengiyakan.

"Berapa yang kau minta?" tanya Rania.

"Aku minta pekerjaan darimu," jawab Arya.

"Aku sedang tidak butuh karyawan," ucap Rania.

"Kau ingin suamimu ini pengangguran?"

"Kau 'kan punya perusahaan, kenapa tidak bekerja di sana saja?" Rania balik bertanya.

"Aku ingin selalu dekat denganmu," jawab Arya memberikan alasan berbohong.

"Kau ingin dekat denganku atau menginginkan perusahaan?" sindir Rania.

Arya memukul lembut kepala istrinya. "Apa di otakmu itu hanya pikiran buruk saja?"

"Kau tiba-tiba saja muncul dihadapan ku, melamar jadi pengawal pribadi dan memaksa menikahi ku. Apa aku tidak curiga?"

"Ya, aku minta maaf. Ada alasan kenapa aku harus menikahimu," tutur Arya.

"Apa alasannya?" Rania penasaran.

"Belum waktunya aku memberitahumu, tapi ku pastikan kau dan perusahaan milik kedua orang tuamu akan baik-baik saja."

"Aku percaya, kau orang baik!" Rania menerbitkan senyumnya.

"Kau sangat cantik jika tersenyum," puji Arya.

"Kau tak usah memujiku berlebihan begitu," Rania tersipu malu.

"Memang benar, kenapa tidak dari dulu kita bertemu?"

"Memangnya kenapa kalau dari dulu bertemu?"

"Aku akan menikahimu dan kita memiliki anak," jawab Arya tertawa.

"Apa kau menginginkan anak dari ku?" tanya Rania.

Seketika Arya terdiam dan memandang istrinya. "Apa kau sudah jatuh cinta padaku?" tanyanya tersenyum.

"Jangan besar kepala Tuan Arya, aku tidak mau menyerahkan hatiku kepada pria yang tak mencintaiku," ucap Rania.

"Ya, aku juga tidak ingin kau memberikan hatimu kalau terpaksa," ujar Arya.

"Kenapa tidak kita coba untuk saling menerima satu sama lain?" tantang Rania.

"Apa kau siap patah hati?" Arya balik bertanya.

"Bagaimana denganmu? Apa kau juga siap patah hati?" tanya Rania.

"Aku sudah terbiasa patah hati," jawab Arya.

"Sudah berapa banyak wanita yang menolak cintamu?"

"Banyak sekali!" jawab Arya tersenyum.

"Apa kau terlihat buruk di mata mereka?"

"Entahlah, hanya satu wanita saja yang menolak cintaku dan itu sudah terlalu lama," ungkap Arya.

"Kalau aku menolakmu, bagaimana?" Rania tersenyum.

"Tidak mungkin, kau menolakku!" Arya dengan percaya diri menjawabnya.

"Percaya dirimu sungguh besar sekali!"

"Tentunya," ucap Arya tertawa begitu juga dengan Rania yang ikut tertawa.

Episodes
1 Arya Gunadi Aksa
2 Menjadi Asisten Pribadi
3 Membahas Pernikahan
4 Menolong Rania
5 Menemani Ke Luar Kota
6 Rania Mengetahuinya
7 Jahat
8 Papa Rayyan dan Mama Arina
9 Ikutin Permainanku
10 Nadia Mulai Khawatir
11 Menikah
12 Sarapan Bersama
13 Tak Ada Pekerjaan
14 Perhatian Arya
15 Pekerjaan Untuk Arya
16 Mengenalkan Arya
17 Memasak Makanan Kesukaan Ayah
18 Apa Kau Ingin Kita Memulainya?
19 Tanggung Jawab
20 Istriku Bosku
21 Menyerahkan Keputusan
22 Menolak Kerja Sama
23 Aku menyukaimu
24 Arya, aku mencintaimu!
25 Kesedihan Reno
26 Diusir
27 Balasan Rayyan
28 Bertanya Pada Rania
29 Biarkan Aku Mengingat
30 Kembali ke Rumah Rania
31 Traktir
32 Kembali Bekerja
33 Mengingat Semua
34 Makan Siang
35 Dendam Nadia
36 Di balik Kecelakaan Arya
37 Hukuman Untuk Gunadi
38 Mengungkapkan Sebenarnya
39 Senjata Makan Tuan
40 Tentang Nadia
41 Bayi Perempuan
42 Perjodohan Rangga
43 Bertemu dengan Orang Tua Rangga
44 Undangan Pernikahan
45 Calon Pengantin Pria Tak Datang
46 Akhirnya Rangga Datang
47 Tinggal Bersama
48 Jawab Yang Kau Ketahui Saja
49 Rahasia Nadia
50 Belum Siap
51 Seperti Apa Nadia?
52 Maaf
53 Menenangkan Nadia
54 Bertemu Della
55 Jadi Itu Kau?
56 Memindahkan Della
57 Siapa Putri Bibi?
58 Pengakuan Gunadi
59 Menjelaskan
60 Teka Teki
61 Apa Yang Sebenarnya Terjadi?
62 Tak Berhenti Mencari Tahu
63 Terbongkar
64 Akhir Cerita
Episodes

Updated 64 Episodes

1
Arya Gunadi Aksa
2
Menjadi Asisten Pribadi
3
Membahas Pernikahan
4
Menolong Rania
5
Menemani Ke Luar Kota
6
Rania Mengetahuinya
7
Jahat
8
Papa Rayyan dan Mama Arina
9
Ikutin Permainanku
10
Nadia Mulai Khawatir
11
Menikah
12
Sarapan Bersama
13
Tak Ada Pekerjaan
14
Perhatian Arya
15
Pekerjaan Untuk Arya
16
Mengenalkan Arya
17
Memasak Makanan Kesukaan Ayah
18
Apa Kau Ingin Kita Memulainya?
19
Tanggung Jawab
20
Istriku Bosku
21
Menyerahkan Keputusan
22
Menolak Kerja Sama
23
Aku menyukaimu
24
Arya, aku mencintaimu!
25
Kesedihan Reno
26
Diusir
27
Balasan Rayyan
28
Bertanya Pada Rania
29
Biarkan Aku Mengingat
30
Kembali ke Rumah Rania
31
Traktir
32
Kembali Bekerja
33
Mengingat Semua
34
Makan Siang
35
Dendam Nadia
36
Di balik Kecelakaan Arya
37
Hukuman Untuk Gunadi
38
Mengungkapkan Sebenarnya
39
Senjata Makan Tuan
40
Tentang Nadia
41
Bayi Perempuan
42
Perjodohan Rangga
43
Bertemu dengan Orang Tua Rangga
44
Undangan Pernikahan
45
Calon Pengantin Pria Tak Datang
46
Akhirnya Rangga Datang
47
Tinggal Bersama
48
Jawab Yang Kau Ketahui Saja
49
Rahasia Nadia
50
Belum Siap
51
Seperti Apa Nadia?
52
Maaf
53
Menenangkan Nadia
54
Bertemu Della
55
Jadi Itu Kau?
56
Memindahkan Della
57
Siapa Putri Bibi?
58
Pengakuan Gunadi
59
Menjelaskan
60
Teka Teki
61
Apa Yang Sebenarnya Terjadi?
62
Tak Berhenti Mencari Tahu
63
Terbongkar
64
Akhir Cerita

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!