Pagi ini Arya pergi ke kantor HK Grup bukan bekerja tetapi untuk mengembalikan mobil. Ia menemui bagian kepegawaian, karena Rania menolak bertemu dengannya.
Setelah mengembalikan kunci mobil, Arya berjalan menuju lift. Tanpa sengaja ia bertemu dengan Rania, kini keduanya dalam satu lift yang sama.
"Aku sudah mentransfer gajimu, ku harap kau tidak menunjukkan wajahmu lagi di gedung ini," ucap Rania tanpa menatap.
"Aku minta maaf, ku tak bermaksud membohongimu," ujar Arya.
Pintu lift terbuka dengan cepat Arya memencet tombol ke atas kembali.
"Apa yang kau lakukan?" tanya Rania tak suka.
"Aku hanya ingin minta maaf," ucap Arya lagi.
"Anggap saja kita tidak pernah kenal," ujar Rania.
Arya mendorong tubuh Rania membentur dinding lift membuat wanita itu terkejut dan ia mengukung tubuh Rania dengan kedua tangannya. "Aku bisa saja berbuat nekat, Nona Rania!"
Rania mengangkat dengkul kanannya dengan tinggi hingga mengenai bagian vital Arya dan membuat pria itu kesakitan dengan cepat ia menekan tombol lift dan pintu terbuka.
Namun, Arya kembali menarik Rania dan memeluknya. Tangan kanannya menekan tombol dan pintu lift tertutup kembali.
"Lepaskan aku, brengsek!" ucap Rania lantang, ia berusaha melepaskan dekapan Arya.
Arya tidak menghiraukan teriakan wanita itu, ia mengambil ponselnya lalu mengarahkan kamera menghadap Rania.
Arya mendorong kembali tubuh Rania ke dinding lift, ia menyusuri wajah wanita itu dengan cukup beringas. Sekuat tenaga Rania mendorong tubuh Arya lalu menamparnya. Ia menekan tombol kembali, begitu pintu terbuka Rania melangkahkan kakinya dengan cepat.
Rania menyeka air matanya, rasanya sakit sekali diperlakukan Arya seperti tadi. Ia semakin benci dengan pria itu, ia memilih tangga darurat untuk kembali ke ruangan kerjanya.
Sementara itu, Arya memegang wajahnya yang terasa perih di tampar. Ada perasaan menyesal dalam hatinya, ketika ia melakukan perbuatan itu.
Rania menangis sesenggukan di meja kerjanya, ia mengingat kejadian tadi di dalam lift. "Aaargghh.... brengsek!" teriaknya.
-
-
Kediaman Gunadi
Arya tersenyum puas, ia berhasil mendapatkan cara untuk menjerat Rania kembali. "Kau takkan pernah lepas dariku!" ucapnya menyeringai.
Suara pintu kamar terbuka, Arya segera memasukkan ponselnya ke dalam saku celana. "Kak Arya, dipanggil Papa!" ucap Sasha.
"Kakak akan menemuinya," sahutnya.
"Kakak ditunggu di ruang kerja," lanjut Sasha lagi.
"Iya!" Arya pun pergi menemui papanya.
Gunadi tampak terlihat marah dan kesal. "Bagaimana kau bisa begitu ceroboh?"
"Aku tidak tahu, Pa. Kalau dia datang ke rumah kita," jawab Arya.
"Hancur rencana kita," ucap Gunadi mengusap wajah dengan tangan kanannya.
"Siapa bilang? Aku punya rencana lagi, agar wanita itu bisa menjadi menantu Papa," ujar Arya tersenyum.
"Apa itu?"
"Rahasia," jawabnya.
"Kenapa?"
"Papa ikuti saja permainanku, serta yang lebih penting siapkan posisi Presdir segera!" ucap Arya menyeringai.
"Baiklah, Papa akan ikuti. Yang penting HK Grup harus hancur!"
......................
Besok pagi sebelum Rania berangkat ke kantor. Arya dengan penuh keberanian mendatangi kediaman Reno Hadinata Kusuma.
Arya menghampiri Rania dan Ayahnya yang sedang sarapan. "Selamat pagi, Paman!"
Rania yang mendengar suara Arya segera menoleh ke arahnya, ia mendorong kursinya ke belakang. Raut ketakutan tampak di wajahnya, ia gemetaran saat melihat Arya.
"Pagi juga!" ucap Reno.
"Usir dia, Yah!" ucap Rania dengan lantang dan bergetar seperti ingin menangis.
Reno menatap wajah Arya.
"Paman, saya ke sini ingin memberi tahu.."
Rania melemparkan gelas ke arah Arya, beruntung pria itu berhasil menghindar.
"Rania!" bentak Reno.
"Dia jahat, Yah!" Rania mengeluarkan air matanya.
"Jahat, bagaimana?" Reno semakin bingung.
"Paman, saya ke sini mau bertanggung jawab," ucap Arya.
"Tanggung jawab apa?" tanya Reno.
"Saya ingin menikahi Rania," jawab Arya.
"Apa!" Rania dan Reno terkejut mendengarnya.
Arya menunjukkan video dirinya dan Rania di dalam lift, hal itu membuat Reno membelalakkan matanya.
"Jelaskan ini apa maksudnya?" tanya Reno tegas.
Rania mendekati Reno. "Ini tidak benar, Yah. Dia memaksaku!" ucapnya menangis.
Arya yang melihat Rania menangis, ada rasa bersalah di dalam dirinya. Namun, keserakahan lebih mendominasi di hatinya.
Reno terdiam dan duduk kembali, tubuhnya terasa lemas.
"Kalau Paman tidak menikahkan kami, video itu akan ku sebarkan!" ancam Arya.
Reno tak dapat berbicara, Rania terus menangis di paha ayahnya. "Aku tidak mau menikah dengannya, Yah!"
"Kau ingin memeras kami? Berapa yang kau minta?" tanya Reno.
"Aku hanya ingin putri anda, Paman. Ku sangat mencintainya," jawab Arya berbohong.
"Dia berbohong, Yah. Jangan terima dia!" mohon Rania.
"Kau boleh menyuruh keluargamu menemui aku, tapi dengan syarat kau harus menghapus video itu dan tak boleh menyakiti putriku," pinta Reno.
"Masalah itu gampang, Paman. Kapan keluargaku bisa bertemu dengan anda?" tanya Arya.
"Nanti malam!" jawab Reno.
"Yah, aku tidak mau. Rania hanya ingin menikah dengan pria ku cintai," ucapnya namun Reno tak menghiraukan ucapan putrinya.
-
Arya pulang dengan hati senang dan puas, selangkah lagi ia akan menjadi Presdir di Aksa Grup. Ia menemui Mama Rita.
"Bahagia sekali, ada apa?" tanya Rita.
"Mama akan memiliki menantu, Ayah Rania meminta kita datang melamar putrinya," jawab Arya berbohong padahal ia yang memaksa.
"Benarkah? Kenapa mendadak begini? Kalian tidak macam-macam, kan?" tanya Rita menyelidik.
"Tidak, Ma. Aku akan menelepon papa," ucap Arya.
-
-
Malam harinya, acara lamaran dilakukan secara mendadak tak ada persiapan. Hanya keluarga inti saja yang hadir. Walau wajah Rania di poles secantik mungkin namun ia tetap tidak mau tersenyum.
Tepat pukul tujuh malam, keluarga besar Arya datang. Reno terkejut jika calon menantunya adalah putra dari Gunadi pesaing perusahaannya.
Reno pasrah putrinya dilamar, dia berjanji dalam hati jika Arya berani menyakiti putrinya ia akan menjauhi Rania dari pria itu.
Rado juga datang menghadiri acara lamaran mendadak ini, ia juga tak menyangka kalau calon suami Rania adalah teman sekolahnya di luar negeri.
"Aku mengenal calon suami Rania, Paman!" ucap Rado berbisik sebelum pembawa acara berbicara.
"Bagaimana sifatnya?" Reno sengaja bertanya padahal ia sudah tahu calon menantunya itu.
"Dia pria yang baik, Paman. Aku mengenalnya cukup lama," jawab Rado.
Hati Reno merasa ragu, benarkah calon menantunya pria yang baik. Ia sendiri melihat jika Arya mengancam dirinya dan Rania dengan video memalukan itu.
Acara pun dimulai, tak sampai sejam sudah selesai. Sebelum pulang mereka menikmati makan malam bersama. Rania memilih pergi ke kamarnya.
"Aku tidak menyangka kalau kau calon suami dari sepupuku," ucap Rado menghampiri temannya selama pendidikan di luar negeri.
"Iya, aku juga baru tahu. Sudah lama kita tidak bertemu," ujar Arya.
"Lama sekali, ku berharap kau tidak akan pernah menyakiti Rania," pinta Rado tersenyum.
"Aku tidak bisa berjanji, ku hanya menginginkan posisi Presdir Aksa Grup karena aku tak pernah mencintai sepupumu itu," batin Arya berucap.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments