Arya dengan sengaja menggandeng tangan istrinya, menuju restoran hotel. Para keluarga sudah menunggu mereka di sana untuk menikmati sarapan pagi bersama.
Awalnya, Rania menolak suaminya menggenggam tangannya namun karena takut jika pernikahan pura-pura mereka ketahuan jadi ia pun menurutinya.
"Pagi, semua!" sapa Arya kepada keluarga besarnya.
Rania melemparkan senyum kepada seluruh keluarga besar Arya, hanya keluarga dirinya saja yang tidak ada di restoran dan hotel ini. Mereka kembali ke rumah masing-masing termasuk ayah kandungnya.
"Mari, Nak!" Rita menarik kursi khusus buat menantunya.
"Terima kasih, Ma!" ucap Rania lembut, ia duduk di sebelah kanan Rita dan di kirinya suaminya.
"Kamu mau makan apa, Nak? Biar Mama ambilkan," tawar Rita.
"Biar aku saja yang ambil, Ma!" ucap Rania dengan lembut.
Gunadi melihat istrinya begitu perhatian pada menantunya, padahal putra kesayangannya menikahi wanita itu juga pura-pura.
Rania mengambilkan makanan buat suaminya, ia sengaja menumpuk beberapa jenis lauk-pauk dan sayuran di piring Arya membuat pria itu mendelikkan matanya.
Rania tahu pasti suaminya ingin protes, "Kamu harus makan yang banyak apa lagi kita baru saja menikah!" ucapnya dengan lembut.
Hal itu membuat Rita, Aryo dan Sasha mengulum senyumnya.
Tak lupa Rania juga mengambil makanan untuknya, mereka menikmati sarapan dengan bercanda kecuali Gunadi.
"Mama pikir yang akan lebih dahulu menikah itu Aryo, ternyata malah Arya. Padahal ini anak tak pernah mengenalkan teman wanitanya kepada kami tiba-tiba saja dia mengatakan kalau kalian akan menikah," tutur Rita.
"Seandainya tahu, putramu ini menikah karena terpaksa. Tante pasti akan bersedih," batin Rania.
"Maafkan aku, Ma. Pernikahan ini tak ada rasa cinta diantara kami berdua," batin Arya.
Selesai sarapan, pasangan pengantin baru ini kembali ke kamar dan membereskan barang-barangnya. Karena mereka akan bersiap pulang, tentunya ke rumah Rania.
Arya masih proses mencari-cari rumah yang sesuai dengan keinginannya, namun belum terwujud. Karena keterbatasan waktu yang begitu sempit, akhirnya ia memilih tinggal sementara di rumah mertuanya.
Begitu sampai dikediaman istrinya, Arya menurunkan koper dibantu sopir dan pelayannya. Rania malah berlari seperti anak kecil memasuki rumahnya dan memeluk Reno yang telah menunggu di depan pintu. Padahal baru sehari juga tidak bertemu dengan ayah kandungnya.
"Kamu tidak sakiti putriku, kan?" Reno menatap tajam menantunya itu.
"Tenang saja, Yah. Sesuai janjiku," jawab Arya.
"Baguslah, kalau begitu!" ucap Reno.
"Kami ke kamar dulu, Yah!" Rania menarik tangan suaminya ke lantai atas kamarnya.
Reno mengangguk, mengiyakan ia menatap punggung putrinya. "Kamu sekarang sudah menjadi seorang istri putriku, Ayah berharap suamimu itu tidak menganggap dirimu sebagai musuh," batinnya.
-
Rania menunjukkan kamarnya kepada Arya, "Ini kamar untuk kita!"
"Kita berdua?"
"Ya, untuk sementara sampai kamu mendapatkan rumah," jawab Rania.
"Seranjang?"
"Kau mau tidur di lantai atau di sofa?" Rania balik bertanya.
"Tidak," jawab Arya dengan cepat.
"Kalau begitu, keluarlah. Aku ingin mengganti pakaiannya," Rania mendorong tubuh suaminya keluar kamar.
"Aku suamimu, jadi bolehlah ku melihat tubuh istrinya," ucap Arya menggoda.
"Tidak boleh, kalau belum ada rasa cinta diantara kita," ujar Rania.
"Jadi, kau ingin belajar mencintaiku?"
Pertanyaan Arya membuatnya terdiam lalu ia berkata, "Ingat syarat yang ku berikan!"
"Iya, aku ingat!"
"Kau akan melepaskanku jika keinginanmu sudah terwujud," ucap Rania.
"Aku tidak berjanji soal itu," ujar Arya.
"Ya, sekarang kau boleh keluar!" Rania membuka pintu kamar.
"Baiklah, istriku!" Arya mencubit lembut pipi Rania.
Rania memegang pipinya dan tersenyum.
......................
Ini adalah sarapan pertama Arya bersama keluarga Rania. Pagi ini juga, istrinya itu kembali bekerja dan ia masih menjadi asisten pribadi Rania.
"Sepertinya kalian butuh liburan, apa lagi baru saja menikah," ucap Reno.
"Tidak, Yah. Pekerjaan Rania sudah menumpuk," ungkapnya.
"Percuma ada suami kamu, beri dia pekerjaan!" usul Reno.
"Dia akan bekerja di perusahaan milik keluarganya, bukan begitu sayang?" Rania menatap suaminya yang ada disampingnya.
"Iya, Yah!" jawab Arya.
"Biarkan perusahaan Rania yang pegang, orang lain tak boleh masuk!" sindirnya.
"Aku juga tidak butuh," batin Arya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments