Menemani Ke Luar Kota

Arya tampak begitu rapi, dia berjalan cepat menuruni tangga dan tak bergabung dengan yang lainnya di meja makan.

Rita yang melihat putranya terburu-buru lalu menegurnya. "Kamu mau ke mana sepagi ini?"

"Aku mau kerja, Ma!" jawab Arya.

"Kerja? Sepagi ini? Kakak dan Papa saja lagi sarapan, kamu tidak sarapan?" tanya Rita.

"Biarkan saja, mungkin dia ada urusan," sahut Gunadi.

"Iya, ada urusan. Aku pergi dulu, Ma!" Arya mencium punggung tangan Rita.

"Hati-hati kalau bawa mobil," nasehat Rita.

"Iya, Ma!" teriak Arya dari jauh.

Arya melesat dengan kecepatan sedang menuju kediaman Rania. Ia diminta untuk menjemputnya karena ada rapat di kota lain.

Sesampainya di sana, Rania tampak tak banyak bicara segera menaiki mobil kantor yang sengaja ia berikan kepada Arya selama menjadi asisten pribadinya.

Mobil melesat ke kota tujuan, perjalanan yang harus mereka tempuh selama 3 jam.

"Apa Nona sudah sarapan?" tanya Arya.

"Apa kau belum sarapan?" Rania malah balik bertanya.

"Belum, Nona!" jawab Arya.

"Singgah di restoran atau kafe terdekat!" titahnya dengan nada dingin.

Arya memasuki parkiran kafe setelah menempuh perjalanan selama setengah jam.

Arya membuka pintu untuk Rania, wanita itu berjalan di depan Arya saat memasuki kafe. Kini mereka duduk berdua saling berhadapan.

"Nona, mau pesan apa?" tanya Arya.

"Air mineral saja!" jawabnya tanpa menatap dan fokus dengan ponselnya.

Arya memesan dua botol air mineral dan sup makaroni.

Setelah makanan datang, Arya mulai menikmati sarapannya. Rania kini sedang mengerjakan pekerjaannya menggunakan laptop.

"Nona, maafkan kejadian kemarin!" ucap Arya.

"Hmm!"

"Maafkan saya juga tanpa seizin Nona berani menggendong," ujar Arya lagi.

"Ya!"

Setengah jam kemudian, Arya selesai sarapan. Selama di kafe Rania memilih diam begitu juga di perjalanan.

Sesampainya di kota tujuan, Rania juga masih diam. Mereka berdua menunggu seseorang yang akan menjadi rekan bisnis perusahaan HK Grup.

Sambil menunggu, Rania masih fokus dengan laptopnya. Sedangkan, Arya mulai gelisah dan sesekali melirik atasannya itu.

"Nona, apa masih lama?"

"Kalau sudah bosan, pulanglah!" Rania tanpa menatap sama sekali dan dingin.

"Kenapa dia jadi dingin begini? Apa air semalam masih nempel di tubuhnya?" Arya bertanya dalam hati.

Sejam kemudian, orang yang ditunggu pun datang. Pria muda yang ditaksir sebaya dengan Aryo membawa sebuket bunga mawar dan diberikan kepada Rania. "Maaf, telah membuatmu menunggu!"

Rania mendongakkan kepalanya dan tersenyum. "Tidak apa, silahkan duduk!"

"Bagaimana kabarmu?" tanya pria itu.

"Aku baik, kamu?"

"Aku juga baik, sudah lama kita tidak berjumpa. Ini siapa?" Pria itu melirik Arya.

"Dia.."

"Saya asisten pribadinya Nona Rania," potong Arya tersenyum.

"Oh, begitu!"

Pembahasan kerja sama pun di mulai, Rania menjelaskan konsep dan produk yang ia tawarkan. Ia begitu lancar berbicara, kedua pria yang berada di dekatnya begitu terpukau dengan kelihaian Rania.

Arya sesekali memperhatikan pria yang ada di samping Rania sambil berdehem terkadang batuk dan kadang juga bersin.

Hal itu membuat Rania dan menatap tajam Arya dan pria yang ditatap hanya mengatakan maaf.

Sejam kemudian, pembahasan mereka berakhir. Kini ketiganya menikmati makan siang bersama. Rania asyik mengobrol dengan teman bisnisnya, sedangkan Arya hanya diam melihat keduanya. Ada perasaan jengkel dan kesal, ia tahan agar bisa mencapai tujuannya.

Selesai makan siang, akhirnya Rania berpamitan ia berjalan ke mobil dengan membawa bunga pemberian temannya.

-

Pertengahan jalan, mobil yang dikendarai Arya tiba-tiba mogok. "Nona, sepertinya ada masalah!"

Rania mengedarkan pandangannya, "Apa perjalanan kita masih lama?"

"Masih, Nona!"

"Cari bengkel terdekat saja!" perintahnya.

"Baik, Nona!" Arya turun dari mobil, ia berjalan mencari bengkel.

Sepuluh menit berjalan dan bertanya. Arya kembali ke mobil.

"Bagaimana?" tanya Rania.

"Masih jauh lagi bengkel, Nona!"

"Kamu urus mobil ini, biar aku pulang naik taksi saja!" Rania bersiap turun.

"Nona, tetap pulang bersama saya. Jika Tuan Reno tahu anda pulang sendiri, saya akan dimarahi lagi," ujar Arya.

"Jadi, aku harus menunggu?"

"Bagaimana kalau kita menginap di sana? Sambil mencari bantuan," saran Arya dan Rania menyetujuinya.

Karena hari mulai menjelang malam dan mobil mogok. Mereka berencana menyewa dua kamar.

"Maaf, Tuan. Kamar tinggal satu saja!" ucap pegawai hotel.

"Saya ambil!" ujar Arya. Setelah melakukan transaksi pembayaran, ia berjalan menghampiri Rania yang sedang menunggu di sofa khusus tamu hotel. "Kamarnya cuma satu, ini untuk Nona saja!" Ia menyerahkan kunci kamar.

"Jadi, kau?"

"Saya tidur di mobil saja," jawab Arya.

"Baiklah!" Rania pergi ke kamar yang sudah di sewa Arya. Ia melihat isi kamar, walau tidak terlalu besar dan tak memiliki fasilitas lengkap. Baginya itu bisa membuat dirinya sementara melepaskan lelah.

Tepat jam 10 malam, Arya mengetuk pintu kamarnya dan memberi tahu jika mobil selesai diperbaiki. Ia harus menumpang motor untuk sampai di jalan besar, beruntung dua orang montir mau diajak untuk melihat kondisi kendaraan.

Rania memandangi asisten pribadinya yang sangat berantakan dan sepertinya kelelahan. Ia memberikan beberapa lembar uang kepada Arya untuk membayar biaya perbaikan mobil.

"Apa Nona mau kita pulang malam ini?" tanya Arya sebelum memberikan upah kepada karyawan bengkel.

"Besok pagi saja, ku lihat kau sangat lelah sekali!"

"Saya tidak apa-apa, Nona. Jika pulang malam ini," ucap Arya.

"Sangat berbahaya jika kau mengendarai dalam keadaan mengantuk, aku akan beri tahu Ayah jika besok pagi pulang," ujar Rania.

"Baiklah, Nona!" Arya pun pergi menghampiri kedua karyawan bengkel.

Setengah jam kemudian, Rania keluar dari kamar. Ia menuju mobil dan mengetuk kaca jendela. Arya menurunkan kaca jendela dengan mengucek mata. "Ada apa Nona?"

"Apa kau sudah makan malam?"

"Belum, Nona!"

"Aku akan pesankan makanan, kita makan bersama," ajak Rania.

Arya turun dari mobil, menuju restoran hotel yang menyediakan makanan 24 jam.

"Di luar angin sangat kencang, kau boleh tidur di kamarku," ucap Rania.

"Kita berdua tidur sekamar?" Arya menatap wanita yang ada didepannya.

"Iya, tapi tidak seranjang. Kau tidur di lantai," jawab Rania.

"Hah! Mana bisa aku tidur di lantai," batin Arya berucap.

"Kau tidak mau tidur di lantai?"

"Apa Nona tidak takut kalau kita tidur sekamar? Bisa saja sesuatu terjadi diantara kita," jawab Arya.

"Kau ingin berbuat jahat padaku!" Rania menatap tajam.

"Kalau ingin berbuat jahat, tidak mungkin saya menolong Nona saat tenggelam," tutur Arya.

"Jangan-jangan kau sengaja kemarin menghilang dan menyuruh seseorang untuk mendorongku ke kolam, lalu kau datang menolongku," tuding Rania.

"Astaga, Nona. Seburuk itukah pikiran anda tentang saya?"

Rania menarik sudut bibirnya, "Kau pintar juga menebak pikiranku!"

Episodes
1 Arya Gunadi Aksa
2 Menjadi Asisten Pribadi
3 Membahas Pernikahan
4 Menolong Rania
5 Menemani Ke Luar Kota
6 Rania Mengetahuinya
7 Jahat
8 Papa Rayyan dan Mama Arina
9 Ikutin Permainanku
10 Nadia Mulai Khawatir
11 Menikah
12 Sarapan Bersama
13 Tak Ada Pekerjaan
14 Perhatian Arya
15 Pekerjaan Untuk Arya
16 Mengenalkan Arya
17 Memasak Makanan Kesukaan Ayah
18 Apa Kau Ingin Kita Memulainya?
19 Tanggung Jawab
20 Istriku Bosku
21 Menyerahkan Keputusan
22 Menolak Kerja Sama
23 Aku menyukaimu
24 Arya, aku mencintaimu!
25 Kesedihan Reno
26 Diusir
27 Balasan Rayyan
28 Bertanya Pada Rania
29 Biarkan Aku Mengingat
30 Kembali ke Rumah Rania
31 Traktir
32 Kembali Bekerja
33 Mengingat Semua
34 Makan Siang
35 Dendam Nadia
36 Di balik Kecelakaan Arya
37 Hukuman Untuk Gunadi
38 Mengungkapkan Sebenarnya
39 Senjata Makan Tuan
40 Tentang Nadia
41 Bayi Perempuan
42 Perjodohan Rangga
43 Bertemu dengan Orang Tua Rangga
44 Undangan Pernikahan
45 Calon Pengantin Pria Tak Datang
46 Akhirnya Rangga Datang
47 Tinggal Bersama
48 Jawab Yang Kau Ketahui Saja
49 Rahasia Nadia
50 Belum Siap
51 Seperti Apa Nadia?
52 Maaf
53 Menenangkan Nadia
54 Bertemu Della
55 Jadi Itu Kau?
56 Memindahkan Della
57 Siapa Putri Bibi?
58 Pengakuan Gunadi
59 Menjelaskan
60 Teka Teki
61 Apa Yang Sebenarnya Terjadi?
62 Tak Berhenti Mencari Tahu
63 Terbongkar
64 Akhir Cerita
Episodes

Updated 64 Episodes

1
Arya Gunadi Aksa
2
Menjadi Asisten Pribadi
3
Membahas Pernikahan
4
Menolong Rania
5
Menemani Ke Luar Kota
6
Rania Mengetahuinya
7
Jahat
8
Papa Rayyan dan Mama Arina
9
Ikutin Permainanku
10
Nadia Mulai Khawatir
11
Menikah
12
Sarapan Bersama
13
Tak Ada Pekerjaan
14
Perhatian Arya
15
Pekerjaan Untuk Arya
16
Mengenalkan Arya
17
Memasak Makanan Kesukaan Ayah
18
Apa Kau Ingin Kita Memulainya?
19
Tanggung Jawab
20
Istriku Bosku
21
Menyerahkan Keputusan
22
Menolak Kerja Sama
23
Aku menyukaimu
24
Arya, aku mencintaimu!
25
Kesedihan Reno
26
Diusir
27
Balasan Rayyan
28
Bertanya Pada Rania
29
Biarkan Aku Mengingat
30
Kembali ke Rumah Rania
31
Traktir
32
Kembali Bekerja
33
Mengingat Semua
34
Makan Siang
35
Dendam Nadia
36
Di balik Kecelakaan Arya
37
Hukuman Untuk Gunadi
38
Mengungkapkan Sebenarnya
39
Senjata Makan Tuan
40
Tentang Nadia
41
Bayi Perempuan
42
Perjodohan Rangga
43
Bertemu dengan Orang Tua Rangga
44
Undangan Pernikahan
45
Calon Pengantin Pria Tak Datang
46
Akhirnya Rangga Datang
47
Tinggal Bersama
48
Jawab Yang Kau Ketahui Saja
49
Rahasia Nadia
50
Belum Siap
51
Seperti Apa Nadia?
52
Maaf
53
Menenangkan Nadia
54
Bertemu Della
55
Jadi Itu Kau?
56
Memindahkan Della
57
Siapa Putri Bibi?
58
Pengakuan Gunadi
59
Menjelaskan
60
Teka Teki
61
Apa Yang Sebenarnya Terjadi?
62
Tak Berhenti Mencari Tahu
63
Terbongkar
64
Akhir Cerita

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!