Arya sudah berada di kediaman rumah Rania, malam ini mereka akan pergi ke acara pertunangan Aryo dan Nadia di salah satu hotel.
Arya menunggu di halaman sambil menyandarkan tubuhnya di mobil. Setengah jam kemudian, Rania muncul dengan gaun malam selutut berwarna merah. Wanita itu tampak cantik dengan lipstik berwarna merah dan rambut digulung.
Arya tak berhenti menatap wanita yang berjalan mendekatinya. "Cantik!" gumamnya.
"Kau bilang apa?" Rania berada di dekat Arya.
"Apa kita bisa pergi sekarang, Nona?"
"Ya!"
-
Mobil meluncur ke tempat tujuan, Arya selalu memandangi Rania dari kaca spion. Sesampainya di sana, Arya membuka pintu untuk atasannya itu.
"Kita masuk bersama!" ajak Rania.
"Tapi Nona, saya tidak percaya diri. Apalagi saya tidak kenal dengan pemilik acara," Arya memberikan alasan.
"Tak ada penolakan, ayo ikut!"
Arya tak bisa menolak perintah Rania, akhirnya dia masuk ke dalam hotel. Acara dilaksanakan di dekat kolam renang, tamu yang diundang tidak terlalu banyak.
"Arya dengan siapa, Sha?" tanya Rita pada putrinya.
"Mungkin kekasihnya, Ma!" jawab Sasha asal.
"Sejak kapan dia punya kekasih? Kenapa tidak di kenalkan pada kita?" pertanyaan membuat Sasha pusing.
"Nanti kita tanya sama Kak Arya, Ma. Ayo kita sapa para tamu!" ajak Sasha.
Arya mengetahui Mama dan adiknya memandang ke arahnya, segera membuang wajahnya. "Nona, saya mau ke toilet!"
"Pergilah!"
Nadia, calon tunangan Aryo mengarahkan pandangannya pada Rania. "Siapa wanita itu?" batinnya bertanya.
"Kamu lihat apa?" tanya Aryo.
"Aku lihat wanita yang bersama Arya!" Nadia menunjuk.
Aryo mengikuti arah telunjuk Nadia lalu tersenyum. "Oh, dia kekasih Arya!" ucapnya berbohong.
"Sejak kapan?" Nadia penasaran.
"Nanti kita bicarakan, sekarang saatnya kita mulai acara," jawab Aryo.
Acara pun dimulai, sepatah dua kata di sampaikan sebelum penyematan cincin di jemari. Nadia begitu bahagia dengan pertunangannya. Akhirnya ia mendapatkan apa yang diinginkannya.
Arya belum muncul juga, Rania mengedarkan pandangannya mencari asisten pribadinya itu. "Lama sekali dia!" gumamnya.
Sampai acara berakhir, Arya juga tidak muncul. Rania akhirnya seorang diri mengucapkan selamat kepada Aryo dan Nadia.
"Terima kasih, sudah hadir di acara penting bagi kami berdua!" ucap Aryo tersenyum begitu juga dengan Nadia. "Kamu ke sini dengan siapa?" tanya Aryo berbasa-basi.
"Arya," jawab Rania.
"Di mana dia?" tanya Nadia.
"Tadi dia pamit ke toilet tapi sampai sekarang belum muncul juga," jawab Rania.
"Mungkin dia malu," celetuk Nadia.
"Malu?" Rania mengernyitkan keningnya.
"Ya, mungkin saja!" ujar Nadia.
"Aku mau cari Arya dulu, sekali lagi selamat buat kalian!" Rania tersenyum.
Rania berjalan ke meja minuman, sambil memperhatikan Arya. Satu persatu tamu undangan, pada meninggalkan tempat. "Ke mana dia?" tanyanya dalam hati.
Rania meletakkan minumannya, berjalan mencari Arya. Ia membuka ponselnya dan mencari nama asisten pribadinya belum sempat menghubungi, seorang tamu dengan sengaja menyenggol Rania yang berjalan di pinggir kolam.
Byuuur.... tubuh Rania terjatuh di kolam sedangkan ponselnya terhempas di pinggirnya. Semua orang yang melihatnya berteriak.
"Maafkan saya, Nona!" teriak tamu wanita yang sengaja menyenggolnya, ia berpura-pura menunjukkan rasa panik padahal hatinya tersenyum.
Aryo yang ingin mendekat, lengan tangannya malah di tarik Nadia.
Arya yang baru muncul melepas jasnya, segera berlari dan melompat menolong Rania. Pria itu membawanya di pinggir kolam.
Dengan nafas ngos-ngosan Rania duduk di pinggir kolam. Ia memeluk Arya yang menolongnya, Rita dan Sasha yang melihat kejadian itu dari kejauhan ingin menghampiri namun di tahan Gunadi. "Biarkan saja!" ucapnya. Keduanya menuruti perintahnya.
Arya membantu Rania berdiri, ia mengambil jas yang ia buang ke sembarang arah. Lalu ia pakaikan di tubuh Rania. "Ayo, kita pulang!" ajak Arya dengan lembut. Ia juga memungut ponsel atasannya yang sudah retak.
Rania mengangguk, ia tertunduk dan masih sedikit syok dengan kejadian tadi. Arya merangkul tubuh Rania yang tampak mulai kedinginan. "Apa perlu saya membelikan pakaian yang baru, Nona?" tawarnya.
"Tidak perlu, kita pulang saja!"
"Baiklah, Nona!" Arya membukakan pintu mobil setibanya di parkiran.
Gunadi tersenyum puas melihat kejadian tadi. Ia berharap putranya itu mampu menaklukkan hati putri musuhnya.
Rania duduk di kursi penumpang, wajahnya tampak pucat.
Arya mematikan pendingin mobil, "Apa Nona baik-baik saja?"
Rania mengangguk pelan.
Arya mempercepat laju kendaraannya, ia tak mau Rania semakin kedinginan.
-
Kediaman Reno Hadinata Kusuma
Arya bergegas turun dan membuka pintu belakang mobil, ia menggendong tubuh Rania yang tak sadarkan diri lalu membawanya ke dalam kamar.
Reno yang mendengar dari pelayan, bahwa putrinya pingsan segera berlari ke kamar dan menemuinya. "Kenapa dia?" tanyanya menatap tajam Arya yang masih berada di dalam kamar Rania, pakaian yang dikenakan Arya masih basah.
"Tadi Nona Rania jatuh di kolam, Tuan!" jelas Arya.
"Kenapa bisa? Kamu ke mana saja," Reno mulai marah.
"Maafkan saya, Tuan!" Arya menundukkan kepalanya.
"Saya membayar kamu mahal untuk menjaga putriku!" bentak Reno.
"Sekali lagi, maafkan saya Tuan!" ucap Arya.
"Ini yang pertama dan terakhir Rania begini, jika hal buruk menimpa putriku. Jangan harap saya memaafkanmu!" ancam Reno. "Pulanglah!" ucapnya.
"Saya permisi, Tuan!" Arya berpamitan.
Sesampainya di mobil, Arya mengepalkan tangannya. "Berani sekali dia memarahiku!" geramnya. Ia menghidupkan mesin mobil dan pergi meninggalkan rumah Rania, ia melajukan kendaraannya dengan kecepatan tinggi.
Di rumah utama orang tuanya, Aryo sengaja menunggu adiknya pulang di ruang tamu. "Bagaimana keadaan Rania?" tanyanya pada Arya.
"Kenapa Kakak begitu perhatian dengannya?" Arya balik bertanya.
"Rania adalah tamu, jadi aku yang mengundangnya begitu khawatir," jawab Aryo.
"Kenapa tidak membantu menolongnya?"
"Karena kamu sudah menolongnya," jawab Aryo.
"Apa Kakak tidak tahu, kalau Rania sengaja di dorong?"
Aryo menggelengkan kepalanya.
"Rania terjatuh karena di sengaja," ujar Arya tersenyum simpul. "Aku mau ke kamar!" ucapnya lagi.
"Tapi dia baik-baik saja, kan?"
"Dia pingsan di mobil karena kedinginan," jawab Arya.
"Tapi itu kesempatan bagus untukmu mendekatinya," ucap Aryo.
"Apa yang bagus? Ayahnya malah memarahiku!" ungkap Arya kesal.
Aryo mengulum senyumnya, "Kamu belum jadi menantunya saja sudah dimarahi. Bagaimana kalau Paman Reno tahu kalau kamu pura-pura mendekatinya?"
"Aku sudah terbiasa dimarahi, apalagi di perlakukan tidak adil," sindir Arya padahal ia tak suka di salahkan.
Aryo mengerutkan keningnya.
"Aku capek sekali, Kak. Bersiaplah melepaskan jabatanmu, selamat malam!" Arya menaiki tangga menuju kamarnya.
Baru saja, memegang gagang pintu. Rita mendekati putra keduanya itu. "Siapa wanita itu?" tanyanya.
"Calon mantu, Mama!" jawab Arya asal.
"Sejak kapan kalian menjalin hubungan?"
Arya menatap sang mama lalu tersenyum. "Kami juga tidak tahu kapan menjalin hubungan, tapi Arya pastikan kalau wanita itu akan jadi menantu Mama!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments