Jam 5 pagi akhirnya mereka berangkat pulang. Arya memilih tidur di dalam mobil karena selain ia tak mau tidur di lantai, ia juga tak ingin menjadi khilaf.
Karena masih terlalu pagi, kendaraan belum banyak. Perjalanan mereka lebih lancar. Tepat pukul tujuh pagi, Arya telah mengantarkan Rania ke rumahnya.
Lima belas menit kemudian, Arya tiba di kediaman orang tuanya. "Kamu dari mana?" tanya Rita.
"Dari rumah teman, Ma!" jawab Arya bohong.
"Teman yang mana?"
"Ma, aku mau ke kamar!" ucap Arya tanpa menjawab pertanyaan Rita.
"Arya, kau tidak pergi ke diskotik kan?"
"Tidak, Ma!" Arya berlari menaiki tangga, ia tak mau Mama Rita semakin banyak pertanyaan.
Hari ini Rania tidak masuk ke kantor, karena ia sangat mengantuk. Walau ia tidur di hotel tapi tidak membuatnya nyaman dan tenang karena asisten pribadinya tidur di dalam mobil dalam keadaan hujan deras. Ia menyuruh Arya, agar tak masuk kantor juga.
Pukul 1 siang, Arya terbangun. Tubuhnya terasa pegal dan ia mulai bersin-bersin, ia turun ke lantai bawah untuk sekedar mencari makanan dan minuman.
"Kenapa kau tidak bekerja?" tanya Rita pada putranya.
"Arya lagi tidak enak badan, Ma!"
Rita menempelkan tangannya di kening sang anak. "Iya, tubuhmu panas!" ia mengambil obat di dalam lemari lalu memberikannya pada Arya. "Minum!" titahnya.
"Ma, aku tidak mau!" tolak Arya.
"Cepat minum!" perintah Rita.
Akhirnya Arya meminumnya setelah mengisi perutnya, ia kembali ke kamar dan melanjutkan tidur. Ponselnya berkali-kali berdering namun tak dijawabnya.
-
Kediaman Reno Hadinata Kusuma
Rania yang menghubungi Arya mulai kesal. "Ke mana sih dia?"
"Kenapa, Nak?" Reno memperhatikan raut wajah putrinya.
"Aku berkali-kali menghubungi dia, tapi tak diangkatnya," jawabnya.
"Mungkin saja dia lagi ke kamar mandi," ucap Reno.
"Yah, aku meneleponnya sepuluh menit sekali. Ini sudah lima belas kali aku menghubunginya," jelas Rania.
"Mungkin dia sakit," tebak Reno.
"Sakit?" Rania teringat saat selesai makan dari restoran hotel, Arya berlari menuju mobilnya dalam keadaan hujan.
"Kamu bilang dia tidur di mobil," ucap Reno.
"Iya, Yah. Aku akan ke rumahnya untuk memastikan kalau dia baik-baik saja!" ujar Rania. Ia menghubungi bagian kepegawaian untuk menanyakan alamat Arya.
-
Sejam kemudian Rania sudah berada di kediaman keluarga Arya. Ia melihat sekeliling rumah, "Apa ini benar rumah Arya Gunadi Aksa?" tanyanya pada penjaga keamanan rumah.
"Iya, Nona!"
"Arya mempunyai rumah besar, lalu kenapa dia mau menjadi asisten pribadiku," ucapnya dalam hati.
Pintu pagar terbuka, Rania memasuki rumah mewah itu. Rita menyambutnya dengan tersenyum, "Calon menantuku akhirnya datang juga!"
Rania mengerutkan keningnya.
"Silahkan duduk, Tante akan panggilkan Arya!" ucap Rita semangat.
Rania duduk di kursi tamu, sambil menunggu Arya ia mengedarkan pandangannya melihat sekitarnya. Ia melihat foto Arya dan keluarga besarnya terpampang besar di dinding. "Bukankah itu Kak Aryo?" gumamnya.
Sementara itu Rita berjalan menaiki tangga ke kamar putra keduanya. Ia mengetuk pintu memanggilnya namun tak ada sahutan, ia pun membuka pintu dan masuk. Arya masih tertidur berselimut tebal.
Rita menempelkan kembali telapak tangannya di kepala Arya. "Sudah lebih baik," ucapnya.
"Ada apa, Ma?" tanya Arya dengan suara lemah.
"Ada calon istrimu datang," jawab Rita.
"Calon istri?" Arya membuka matanya.
"Iya, kamu pernah bilang sama Mama kalau wanita yang itu calon istri," jawab Rita.
Arya segera bangun dan duduk, "Maksudnya Rania?"
"Oh, jadi namanya Rania. Dia ada di bawah," jawab Rita.
"Apa!" Arya mulai bingung. "Bagaimana dia kalau tahu semuanya?" batinnya bertanya.
"Kenapa diam saja? Cepat temui dia!" perintah Rita sambil berlalu keluar.
"Iya, Ma. Aku mau mandi dulu!" Arya bergegas ke kamar mandi membersihkan diri dengan cepat ia memakai pakaiannya. Lalu ia melangkah dengan cepat menghampiri wanita yang menjadi atasannya itu.
Sesampainya di ruangan tamu, Rania sedang mengobrol dengan Rita dan Sasha. Wanita cantik itu tersenyum ke arah Arya.
"Gawat!" batin Arya.
"Ma, Kak Arya sudah datang!" Sasha melihat ke arah kakaknya.
"Ya, sudah kalau begitu kami tinggal!" ujar Rita.
Rania mengangguk pelan dan tersenyum.
Setelah Mama dan adiknya pergi, Arya berjalan mendekati Rania sambil menggaruk tengkuknya. Ia tersenyum nyengir.
Rania memasang wajah garang saat menatap Arya.
"Saya bisa jelaskan, Nona!" ucap Arya terbata.
"Kau ku pecat!" Rania berdiri dan bersiap pergi.
"Nona, tolong dengarkan penjelasan saya!"
"Aku tidak butuh penjelasan dari pembohong sepertimu!" ucap Rania tegas.
"Aku melakukan ini karena aku mencintaimu!" Arya terpaksa mengatakannya.
Rania menatap wajah Arya. "Kenapa kau melakukan ini? Siapa yang menyuruhmu?"
"Tidak ada yang menyuruhku, aku jatuh cinta padamu saat pertama kali bertemu di kafe," jawab Arya berbohong.
"Aku tidak percaya!" ucap Rania.
"Akan ku buktikan kalau aku memang mencintaimu," lagi-lagi Arya berbohong.
"Aku akan mentransfer gajimu. Mulai besok, kembalikan mobil kantor," Rania melangkah pergi.
Arya mensejajarkan langkah Rania. "Kontrak kerja ku belum berakhir, kau tidak bisa memecat!"
Rania tak memperdulikannya, ia melangkah dengan cepat ke arah mobilnya. Arya memutar balik arah ke kamarnya.
"Arya, kenapa Rania cepat sekali pulangnya? Kalian bertengkar?" tanya Rita.
Tak menjawab, Arya mengambil kunci mobil di kamarnya. Ia turun dengan berlari ke parkiran mobil.
Arya mengejar mobil Rania dengan kecepatan tinggi, agar ia bisa berbicara dengan wanita itu.
Akhirnya, laju kendaraan Rania berhasil dihentikan Arya. Dengan cepat, ia membuka pintu dan berjalan mendekati mobil Rania. Ia mengetuk pintu berulang kali.
Rania menurunkan kaca jendela mobil, "Ada apa lagi?" tanyanya ketus.
"Rania, aku minta maaf!"
Rania kembali menaikkan kaca mobilnya dan menyalakan mesin ia meninggalkan Arya yang terus berteriak memanggil namanya.
Arya kembali ke dalam mobil, ia menjambak rambutnya. "Sial!" gumamnya.
Arya kembali ke rumahnya dengan wajah lesu. Seluruh mata anggota keluarganya menatap ke arahnya.
"Arya, apa yang terjadi?" tanya Rita. "Kalian tidak putus, kan?" tanyanya lagi.
"Ma, aku mau beristirahat!" Arya berlalu ke kamarnya.
"Bagaimana bisa Arya ceroboh begini?" batin Gunadi bertanya.
Aryo mengikuti langkah Arya ke arah kamar. "Sepertinya kamu harus melupakan jabatan menjadi Presdir," ucap Aryo.
Arya membalikkan badannya, "Aku tidak akan menyerah!"
"Setelah Rania tahu kalau kamu adalah adikku," tutur Aryo.
"Aku tidak peduli jika dia tahu semuanya, ku tetap harus mendapatkannya," ucap Arya percaya diri.
"Aku tunggu undangan pertunangan kalian!" Aryo tersenyum menantang.
"Bukan hanya undangan pertunangan, aku akan membawanya menjadi adik ipar Kak Aryo!"
"Aku menunggu waktu itu, semoga saja berhasil!" Aryo pun berlalu.
"Bukan hanya jabatanmu saja yang ku rebut, Kak. Tapi HK Grup akan menjadi milikku," Arya tersenyum licik.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments