Arya masih mengawasi Rania dari dalam mobilnya. Setengah jam kemudian ayah dan anak itu keluar dari kafe. Mereka berpisah di parkiran kafe karena keduanya membawa mobil masing-masing.
Arya perlahan mengikuti Rania, mobil wanita itu memasuki halaman gedung perkantoran. Pria itu melihat dari kejauhan dan menarik sudut bibirnya.
Setelah mengikuti ke kantor Rania, ia berniat kembali ke perusahaan. Namun di tengah perjalanan, Arya mulai merasakan lapar. Tadi ia tak sempat memakan nasi malah minum kopi. Arya pun mengarahkan mobilnya ke pedagang kaki lima yang berjualan gado-gado.
Pukul 2 siang ia kembali ke kantor, sesampainya ia di suruh menghadap Aryo di ruangannya.
"Ada apa Kakak memanggilku?" Arya duduk di sofa.
"Dari mana kamu?" Aryo tak menatap adiknya tetap fokus dengan laptopnya.
"Aku sedang melakukan perintah Papa," jawab Arya santai.
"Perintah apa?" Aryo melihat ke arah adiknya.
"Papa ingin aku mendekati Rania Hadinata," jawabnya.
Aryo mengernyitkan keningnya mendengar nama wanita itu.
"Kak Aryo mengenalnya?" tanya Arya.
"Sangat mengenalnya," jawabnya.
"Harusnya Kakak yang mendekatinya bukan aku!" ucap Arya.
"Kakak tidak mengerti dengan ucapanmu."
"Aku di suruh membuat wanita itu jatuh cinta lalu menikahinya setelah itu mencampakkannya!" jelas Arya.
"Papa benar keterlaluan!" Aryo merasa kesal, ia beranjak dari kursinya.
"Kakak mau ke mana?" tanya Arya.
"Mau menemui Papa dan membatalkan rencana anehnya," jawab Aryo.
"Jangan, Kak!" cegah Arya. "Aku tidak bisa mendapatkan posisi Kakak saat ini," ungkapnya.
"Papa memberikan menjanjikan kamu dengan imbalan Presdir?"
"Ya, kalau aku berhasil menghancurkan perusahaan HK Grup," jawab Arya berdiri dan berjalan ke meja kakaknya.
"Kenapa kamu mau menuruti perintah Papa?"
"Karena aku ingin yang ada padamu, Kak. Papa tidak pernah berlaku adil padaku," ujar Arya.
"Aku siap melepaskan ini semua agar kamu membatalkan rencana itu," ucap Aryo tegas.
"Kakak bisa melepaskannya tapi tidak dengan Papa," tutur Arya. "Berbagai cara ia lakukan untuk memenuhi ambisinya," lanjutnya menjelaskan.
"Kakak mohon padamu, jangan sakiti Rania!" pinta Aryo.
Arya menyunggingkan senyumnya. "Kenapa, Kak? Apa Kakak menyukainya?"
"Tidak mungkin aku berpaling dari Nadia," jawab Aryo.
"Seandainya kalau tidak ada Nadia, Kakak juga akan mengejar wanita itu!" tebaknya.
Aryo terdiam mendengar perkataan adiknya.
"Kalau begitu, aku mau melanjutkan pekerjaan. Kakak jangan beri tahu Papa atau pun wanita itu!" Arya pun kembali ke ruang kerjanya.
Aryo menjatuhkan tubuhnya di kursi dan memijit keningnya. "Kamu akan menyesal jika menyakiti Rania, Arya!" ucapnya lirih.
......................
Pagi-pagi sekali Arya sudah keluar rumah, ia mengendarai mobil menyusuri jalan kota. Ia akan mengawasi gerak-gerik Rani, demi sebuah jabatan ia harus bertindak konyol.
Mobil Rania keluar dari halaman rumahnya, Arya mengikutinya tetap dengan jarak agar wanita itu tidak curiga.
Rania berhenti di sebuah kafe, ia bertemu dengan seorang pria paruh baya. Tapi bukan pria yang Arya lihat kemarin.
Arya memakai kacamata hitam dan topi duduk tak jauh dari Rania. "Kenapa dia selalu menemui pria tua?" tanyanya dalam hati.
Rania dan pria paruh baya itu hanya mengobrol sambil menikmati kopi dan bercanda. Setelah itu keduanya meninggalkan kafe. Arya kembali mengikuti wanita itu.
"Selera dia saja pria tua begitu, bagaimana aku bisa menaklukkannya?" tanyanya pada diri sendiri.
Rania sampai di kantornya dan Arya memutar arah kendaraannya menuju kantor papanya.
Arya terlambat lagi, dengan santai ia berjalan ke ruangannya. Gunadi telah menunggunya. Ia melihat arloji di tangannya lalu menatap putranya itu.
"Papa perlu bicara padamu!" Gunadi mendekati Arya.
Dengan malas Arya mengikuti langkah Gunadi di ruangannya. "Ada apa, Pa?" tanyanya.
"Menurut laporan beberapa karyawan di sini, kau sering terlambat masuk ke kantor," jawab Gunadi.
"Aku hanya menjalankan keinginan Papa, bukankah itu juga pekerjaan," ucap Arya santai.
"Tapi, tidak harus menggangu jam kerja!"
"Wanita itu hanya bisa di temui di jam kerja, kemarin aku mengawasinya malam tapi dia tak kunjung keluar," ujar Arya.
"Cari cara lain agar kau bisa memantau wanita tanpa harus mengganggu pekerjaan di kantor," pinta Gunadi.
"Ada satu cara sih', Pa!" Arya memberikan usul.
"Apa?"
"Aku harus melamar menjadi karyawan Rania," jawab Arya.
"Bagaimana jika mereka tahu kau adalah putraku?"
"Mereka hanya tahu putra Papa itu Kak Aryo, jadi tidak mungkin mereka tahu," jelas Arya.
"Terserah, apa yang akan kau lakukan tapi ingat jangan sampai mereka tahu!" Gunadi memberikan peringatan.
"Papa tenang saja, siapkan kursi Presdir padaku!"
...----------------...
Seminggu kemudian..
Gedung HK Grup
"Saya ingin bertemu dengan Nona Rania," ucap Arya pada karyawan resepsionis.
"Apa sudah janji?"
"Saya di panggil untuk menjadi asisten pribadi Nona Rania," jawabnya.
"Oh, begitu. Saya akan tunjukkan ruangan beliau," karyawan tersebut menemani Arya ke ruangan kerja Rania.
Karena sudah di berikan izin oleh Rania melalui karyawannya, Arya masuk sambil tersenyum.
Rania terkejut calon asisten pribadinya itu pria menyebalkan yang ia temui beberapa hari yang lalu.
"Hai, kita jumpa lagi!" Arya tersenyum melambaikan tangannya.
"Aku tak butuh, asisten sepertimu!" tolak Rania.
"Nona, saya sudah menandatangani kontrak kerja. Anda tidak bisa seenaknya memutuskan begitu saja. Apalagi saya belum bekerja," ucap Arya santai.
"Kau sengaja 'kan melamar pekerjaan di sini?"
Arya tertawa mendengar pertanyaan Rania. "Aku tidak tahu kalau ini adalah perusahaan milikmu!" jawabnya asal.
Rania menatap kesal, pria yang duduk didepannya.
"Sekarang jelaskan, apa saja tugasku?"
"Buatkan aku kopi!" titahnya.
"Anda menyuruh saya membuat kopi?" Arya menunjuk dirinya
"Ya, tugasmu membuat aku minuman. Mengantar ke mana saja aku pergi," jelasnya.
"Baiklah aku akan melakukan untuk anda!" Arya lalu berdiri. "Nona, mau kopi pakai gula atau tidak?" tanyanya.
"Pakai susu jangan terlalu banyak, pastikan kopinya jangan terlalu encer. Airnya harus benar-benar panas dan satu lagi belikan roti di toko kue langganan di depan kantor ini. Aku tidak mau kau menyuruh karyawan ku yang lain, semua kau yang lakukan!" perintah Rania.
"Banyak sekali tugasku!" protes Arya.
"Kau hanya melakukan dua pekerjaan saja, membuat kopi dan membeli roti. Ku tak mau ada kesalahan," Rania memberikan peringatan.
"Baiklah!" Arya pun pergi ke pantry kantor.
Sesampainya di pantry, Arya kelihatan bingung. Seorang pria petugas kebersihan menegurnya. "Tuan, anda sedang mencari apa?"
"Saya ingin membuat kopi untuk Nona Rania," jawab Arya.
"Biar saya saja yang membuatkannya," tawar pria itu.
"Tidak, biar saya saja."
"Apa Nona juga meminta roti?" tanya pria itu.
"Ya, dia minta roti!" jawab Arya.
"Biar saya saja yang mengambilnya," tawar pria itu lagi.
"Tidak, biar saya saja yang ke sana sekarang!" Arya meninggalkan pantry lalu ke toko kue depan kantor.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments