Arya memasuki toko yang menjadi tempat langganan Rania. Ia melihat beberapa kue dan roti yang ada di etalase.
"Anda yang bisa saya bantu, Tuan?" tanya seorang wanita bertubuh gemuk sekitar usia 35-an.
"Saya mencari roti yang biasa di pesan Nona Rania," jawab Arya.
"Nona yang bekerja di gedung sana!" tunjuk wanita itu ke arah kantor Rania.
"Ya!"
"Apa anda karyawan baru?" tanyanya lagi sambil menyerahkan kantong kertas berisi roti pesanan Rania.
"Ya."
"Anda tak pantas jadi karyawan Nona Rania, tapi menjadi kekasihnya," ujar wanita itu.
Arya tersenyum simpul. "Sebentar lagi dia akan jadi milikku," batinnya berucap. " Ini berapa?" tanyanya.
"Tidak perlu bayar, Tuan!"
Arya mengernyitkan keningnya.
"Ini toko milik keluarga Nona Rania," ucap wanita itu.
"Wah, wanita itu sungguh kaya," Arya tersenyum senang.
-
Arya berjalan memasuki gedung membawa roti pesanan Rania. Ia pergi ke pantry untuk membuat kopi yang di pesan atasannya.
Sepuluh menit kemudian, Arya tiba di ruangan kerja Rania. "Nona, ini pesanan anda!" Ia menyajikan kepada wanita itu, ia rela menjadi pelayan hanya untuk mendekatinya.
Rania melihat jam di dinding. "Saya tidak ingin meminumnya!"
"Apa!"
"Iya, saya tidak ingin meminumnya!" Rania berucap sekali lagi.
"Saya sudah capek pergi ke toko kue lalu membuat kopi, anda tidak ingin meminumnya," keluhnya.
"Aku curiga dengan minuman yang kau buat itu!" tuding Rania.
"Nona, saya di sini bekerja mencari uang bukan masalah. Tidak mungkin mencelakakan anda!" ucap Arya.
"Oh, ya. Pesaing bisnis Papaku banyak, bisa jadi kau suruhan mereka," tuduh Rania.
"Apa dia tahu tentangku?" Arya tampak mulai khawatir.
"Kenapa diam? Duduklah!" Rania mempersilakan asisten pribadinya itu.
Arya menarik kursi lalu ia duduk.
"Minumlah!" Rania menggeser gelas kopinya di hadapan Arya.
"Saya yang minum?" tanya Arya.
"Iya!"
"Baiklah," Arya meminum kopinya dan memakan roti.
"Bagaimana enak?" tanya Rania.
"Enak!"
"Totalnya seratus ribu," Rania mengulurkan tangannya meminta.
"Harus bayar sekarang?" Arya masih mengunyah roti.
"Iya!"
"Saya baru saja bekerja," ujar Arya dengan wajah sedih.
"Aku tidak mau tahu, bayar sekarang!" paksa Rania.
Arya meletakkan uang seratus di tangan Rania.
Wanita itu tersenyum. "Tak ada yang gratis, silahkan keluar!"
Arya membawa gelas dan roti, di luar ruangan kerja. "Saat ini kau bisa dengan seenaknya menyuruhku, suatu saat aku akan membuatmu menderita!" batinnya tersenyum.
Siang harinya, Rania akan makan siang bareng Reno. Ia berjalan ke parkiran, diikuti Arya yang bertugas menjadi asistennya.
"Mau ke mana kita hari ini, Nona?" tanya Arya.
"Ke restoran Mischa," jawab Rania.
Arya mengantar Rania ke restoran tujuan. Begitu sampai, pria paruh baya yang pertama kali Arya lihat di kafe memeluk Rania.
"Ayah sudah lama di sini?"
"Baru saja, Nak!" Reno melirik pria yang ada di samping putrinya. "Dia siapa?" tanyanya.
"Bukankah Papa menyuruhku untuk mencari asisten pribadi?"
"Oh, ya. Jadi ini asisten pribadinya, Ayah melakukan ini juga demi kamu. Ayah tak bisa selalu menjagamu," jawab Reno. Ia juga mengajak Arya ikut makan siang bersama.
"Ayah, jangan berkata begitu. Aku akan baik-baik saja," ucap Rania sambil berjalan ke dalam restoran.
"Nak, pesaing bisnis kita ada dan tak suka dengan apa yang kita lakukan. Ayah hanya ingin seseorang yang bisa menjagamu dan melindungimu," jelas Reno.
"Apa Papa juga akan melakukan hal yang sama pada Sasha seperti Ayah Rania," Arya membatin.
Kini mereka bertiga duduk, di meja yang sama. Menikmati makan siang bersama.
"Ini adalah restoran milik mamanya Rania," ucap Reno pada Arya.
"Oh, jadi Bibi sekarang di mana?" tanya Arya.
"Mama sudah meninggal saat aku lahir," jawab Rania.
Arya sejenak terdiam, "Maaf!" ucapnya lirih.
"Ya, sekarang kami hanya tinggal berdua. Waktu Rania bayi yang mengasuhnya Ibu kandung Paman," jelas Reno.
"Maaf, Paman tidak menikah lagi?" tanya Arya.
Reno menggelengkan kepalanya.
"Ternyata Ayah Rania, pria yang setia juga," batinnya Arya.
"Ayo, silahkan di makan!" Reno mengajak Arya.
"Iya, Paman!"
"Paman ingin sekali Rania segera menikah, namun belum ada pria yang berani melamarnya," tutur Reno.
"Wah, kesempatan bagus!" gumam Arya.
"Ayah, aku belum mau menikah," ucap Rania.
"Kau sudah cukup dewasa, Ayah juga sudah tua. Ayah ingin ada yang mencintaimu dengan tulus," harap Reno.
"Yah, masalah pernikahan lain waktu saja kita bahas. Lagian aku malu ada Arya, dia masih orang baru di lingkungan kita," ungkap Rania melirik asisten pribadinya.
Di perjalanan pulang, Rania duduk di bangku penumpang sambil memainkan ponselnya. Arya memperhatikannya dari kaca spion.
"Memangnya usia Nona berapa?" tanyanya padahal sebenarnya ia tahu.
"Kenapa kau bertanya tentang usiaku?"
"Dari wajah anda kelihatan sih' kalau usia Nona sekitar di atas tiga puluh," jawab Arya.
"Apa aku kelihatan tua?" Rania mendongakkan kepalanya.
"Tidak juga, Nona sebenarnya cantik masa tidak ada pria yang berani mendekat," ujar Arya.
"Kenapa kau jadi membahas itu? Apa kau juga ingin berniat mendekatiku?" tanyanya kesal.
"Tidak, Nona!"
"Baguslah!" Rania kembali memainkan ponselnya.
Setibanya kantor, seorang pria sudah menunggunya di lobi. Pria tersebut melemparkan senyumnya ke arah Rania.
"Kak Aryo!" sapa Rania.
"Apa kabar?" tanya Aryo sambil melirik pria yang ada di belakang tubuh Rania.
"Baik, Kak. Sudah lama kita tidak bertemu," ujar Rania.
"Aku cuma ingin mengundangmu di acara pertunangan ku besok malam," ucap Aryo menyodorkan sebuah kertas undangan.
"Pasti Kak Aryo sengaja mengundang Rania, agar ia tahu kalau aku ini adiknya," batin Arya.
"Pasti aku akan datang," ucap Rania tersenyum.
"Aku tunggu kedatanganmu," harap Aryo.
Aryo sengaja berjalan, menyenggol bahu Arya sambil tersenyum.
Setelah kakaknya pergi, Arya mensejajarkan posisi jalannya dengan Rania. "Apa Nona akan menghadirinya?"
"Besok temani aku ke sana!" ajak Rania.
"Baik, Nona!"
-
Kediaman Keluarga Gunadi
Arya menemui Aryo di kamarnya, ia ingin menanyakan alasan kakaknya itu mengundang Rania.
"Kakak sengaja mengundang Rania agar ia tahu siapa aku," tuduh Arya.
Aryo menarik sudut bibirnya, "Kamu takut?"
"Ya, tidak juga!" jawabnya sedikit khawatir.
"Kalau aku tidak mengundangnya, dia pasti akan bertanya. Lebih baik kamu cari cara agar ia tak curiga," ucap Aryo tersenyum.
"Kakak bikin aku repot saja!" protes Arya.
"Kakak ingatkan padamu, jangan sampai kamu jatuh cinta padanya!" ucap Aryo menyindir.
"Tidak mungkin, Kak. Dia bukan tipe wanita yang ku inginkan," ungkap Arya.
"Kakak pegang janjimu!" ujar Aryo. "Keluarlah dari kamar ini dan mulailah berpikir untuk mencari cara agar wanita incaran kamu tidak curiga!" lanjutnya lagi.
Arya berdecak kesal, ia lalu keluar dari kamar kakak kandungnya. "Semoga saja besok berjalan lancar!" gumamnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments
a
ceritanya menarik juga
2023-10-17
1