...Aku tak akan meninggalkanmu meski suatu hari nanti terjadi hal yang tak terduga padaku. Perlu kamu ingat bahwa aku sangat mencintaimu....
...~Guntur Syakir Alhusyn...
...🌴🌴🌴...
"Bereskan semua keperluanmu, Syakir. Kamu harus ikut Mama dan Papa pulang!" kata Haidar tak mau dibantah saat Syakir hendak menolak.
Kedua orang tua Syakir sudah sepakat agar anaknya tinggal lagi di rumah mereka. Keduanya kecewa memberikan kesempatan putra pertamanya untuk tinggal sendiri dan mencari jati dirinya.
Mereka merasa gagal mendidik putranya setelah kejadian semalam. Baik Mama Ayna maupun Papa Haidar, keduanya takut bila akan ada wanita seperti Humai yang dilecehkan oleh putranya lagi.
"Syakir gak mau, Papa! Syakir mau tinggal di apartemen," tolak Syakir dengan kepala menggeleng.
"Apa kamu mau berbuat seperti semalam lagi, Syakir? Apa kamu ingin ada Humai dua, tiga dan empat di luar sana?"
"Apa maksud, Mama?" seru Syakir merasa tersinggung. "Kejadian itu bukan kemauanku, Mama. Dia yang datang sendiri kesini dan melemparkan tubuhnya untuk kunikmati."
Plak.
Kepala Syakir menoleh ke samping. Dia segera menatap wajah ibunya yang merah padam menandakan bahwa Mama Ayna begitu marah.
"Kamu masih tak sadar juga, Syakir? Kamu benar-benar sudah buta dengan kebaikan seseorang?"
"Dia bukan wanita baik-baik, Mama. Dia tak akan melemparkan dirinya ke ranjangku jika bukan karena uang," ucap Syakir dengan melawan.
Dia ingin orang tuanya sadar bahwa sedang dimanfaatkan. Syakir mau mama dan papanya tahu bila Humai bukan gadis selugu itu.
"Terserah apa katamu, Syakir. Tapi yang pasti, kamu harus pulang ke rumah malam ini," ucap Papa Haidar mulai beranjak berdiri.
"Jika kau tak pulang ke rumah. Maka jangan pernah menginjakkan lagi kakimu di rumah dan perusahaan kita."
Setelah mengatakan itu, Mama Ayna dan Haidar segera meninggalkan apartemen putranya. Keduanya ingin memberikan waktu pada Syakir untuk memikirkan semuanya sendiri.
Mereka sebagai orang tua sudah tak bisa mengatakan apapun lagi. Rasa kecewa, sakit dan merasa takut semuanya terbayang dalam benak seorang ibu dari dua anak itu.
Ayna, yang selama ini mendidik anaknya sendiri merasa gagal. Gagal menjadi ibu yang baik, gagal menjadi madrasah utama untuk anak-anaknya.
"Mama," panggil Haidar pelan mengusap pundak istrinya. "Jangan pikirkan putra kita lagi, Sayang. Aku yakin Syakir akan pulang."
Mama Ayna menunduk. Bukan itu yang dia khawatirkan. Namun, keadaan Humai membuat perasaannya tergelitik untuk mencari tahu dia lebih dalam.
Bayangan bagaimana wajah Humai yang menangis, bagaimana gadis itu yang ketakutan membuat rasa bersalahnya semakin besar. Dia mampu melihat jika Humai adalah sosok gadis baik-baik. Bahkan ketika dia meminta uang, Ayna menebak jika pasti ada sesuatu yang terjadi dengan gadis itu.
"Papa," panggil Mama Ayna pelan pada suaminya.
"Ada apa, hm?"
Mama Ayna terlihat menarik nafasnya begitu dalam. Dia menatap suaminya pelan yang duduk di kursi kemudi. Mobil mereka memang masih ada di parkiran apartemen dan membuat keduanya bisa saling berbincang.
"Tolong cari tahu identitas Humai, Papa. Mama yakin dia adalah gadis yang cocok untuk putra kita," pinta Mama Ayna pada Haidar.
"Kenapa Mama bisa yakin?"
"Karena Mama juga seorang perempuan," sahut Mama Ayna dengan yakin. "Jadi Papa bisa, 'kan? Cari tahu tentang Humai dan beri dia mata-mata untuk selalu mengetahui keadaannya?"
Kepala Haidar mengangguk. Dia bisa melakukan apa saja yang diinginkan istrinya itu. Apapun yang membahagiakan Ayna akan dia lakukan.
"Papa usahakan besok identitas Humai sudah ada di tangan kita!"
...🌴🌴🌴...
Sepeninggal kedua orang tua, Syakir. Tak lama, pintu apartemen kembali dibuka dan membuat pria yang sedang duduk di sofa dengan banyak pikiran berpikir jika itu orang tuanya.
"Apa ada yang keting…"
"Rachel," pekik Syakir terkejut saat melihat kekasihnya ada disana.
Mata gadis itu memerah dengan air mata mengalir dan membuat Syakir khawatir.
"Ada apa, Sayang? Kenapa kamu menangis?" tanya Syakir dengan berjalan ke arah kekasihnya.
"Stop, Syakir!" seru Rachel dengan menangis dan menunjuk Syakir agar berhenti melangkah.
"Ada apa, Sayang? Kenapa kamu menjauh?"
"Kamu pengkhianat! Kamu selingkuh dari aku, 'kan? Kamu tidur dengan wanita lain, 'kan?"
Tubuh Syakir menegang. Dia menatap kekasihnya tak percaya. Bagaimana bisa kabar ini sudah sampai di telinga kekasihnya.
"Kata siapa, Sayang? Aku tak pernah mengkhianatimu, Rachel!"
"Jangan berbohong padaku!" teriak Rachel penuh dramatis. "Mamamu sendiri yang mengatakan padaku untuk menjauhimu karena kamu sudah memiliki calon istri."
Jantung Syakir berdegup kencang. Dia tak menyangka bila Mamanya sebenci itu pada kekasihnya. Entah apa yang Rachel lakukan sampai Mama Ayna tak menyukai gadis yang dia cintai.
"Sayang, aku tak akan meninggalkanmu. Kamu sendiri tahu, 'kan, bagaimana perasaanku padamu?"
Kepala Rachel menggeleng. Dia menutup kedua telinganya seakan tak mau mendengar kata-kata manis dari bibir Syakir.
"Kamu jahat. Kamu sudah melakukannya dengan wanita lain," lirih Rachel dengan menangis hebat. "Lebih baik kita putus saja, Syakir! Kita putus."
Setelah mengatakan itu, Rachel mulai berbalik badan. Dia hendak keluar sampai sebuah tarikan kuat di tangannya membuat Rachel kembali masuk.
Tanpa kata Syakir langsung memeluk gadis yang sangat dia cintai. Dia bahkan tak memperdulikan Rachel yang memberontak dalam pelukannya.
"Lepaskan aku! Kamu sudah mengecewakanku," kata Rachel memukul punggung Syakir.
"Kamu boleh memukulku, Sayang. Kamu boleh melakukan apapun tapi jangan pernah berpikiran untuk meninggalkanku," kata Syakir permohonan.
Tak lama pemberontakan itu melemah. Rachel perlahan memeluk kekasihnya dengan erat. Bibirnya menyunggingkan senyum miring dengan tawa puas dalam hatinya.
Aku yakin kau tak bisa pergi dariku, Syakir! Kau sangat mencintaiku, gumam Rachel dalam hati.
"Sayang," panggil Syakir melepaskan pelukan itu dan menangkup kedua sisi wajah kekasihnya. "Kumohon jangan pernah berpikiran untuk pergi dariku. Bahkan meminta putus. Aku sangat mencintaimu."
Rachel terlihat menghapus air matanya. Nafasnya naik turun dengan hidung memerah. Dia menatap wajah Syakir yang begitu dekat dengannya.
"Katakan sesuatu, Rachel! Jangan membuatku takut," pinta Syakir pada kekasihnya yang sejak tadi diam.
Kena kau! Tak sia-sia aku berperilaku manis di depanmu sampai kau bisa berada dalam genggamanku, Syakir, ujar Rachel tertawa dalam hati.
"Bagaimana jika yang dikatakan oleh Mamamu sebuah kebenaran? Bagaimana jika nanti kamu akan menikah dengan wanita itu?"
"Aku tak peduli dengan wanita itu. Aku bahkan tak mencintainya. Jika memang pernikahan itu tetap terjadi, maka sampai kapanpun hubungan kita bakalan tetap seperti ini. Tak akan ada yang berubah dan hatiku tetap untukmu."
"Kamu serius, 'kan?" tanya Rachel pura-pura ragu.
"Ya. Aku yakin dengan perkataanku. Hanya kamu satu-satunya wanita yang mampu membuatku jatuh cinta."
~Bersambung
Ya kita lihat aja nanti, Bang. Belum tau aja peletnya Humai itu kuat, haha.
Jangan lupa banyakin minum biar gedegnya gak sampai ubun-ubun haha. Klik tanda like, komen dan vote yah. Biar author semangat ngetiknya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 287 Episodes
Comments
Pia Palinrungi
yakinlah syakir kamu akan bucin sm humaira dn rachel kamu akan menyesal sampai kamu menderita
2023-04-01
0
Justitia Zahra
idih drama banget lu ye
2023-03-27
0
andi hastutty
laki2 bodoh percuma kaya klo ngga cari tau kebenarannya
2023-02-07
0