...Seorang ibu akan merasa gagal mendidik putranya ketika anak yang ia lahirkan menodai seorang perempuan....
...~JBlack...
...🌴🌴🌴...
Akhirnya malam yang dipenuhi oleh peluh keringat mulai berakhir. Langit yang gelap mulai terlihat cerah karena sinar matahari sudah meninggi. Kamar yang mulanya temaram kini mulai terlihat cerah.
Keadaan masih sangat hening dan sepi. Tak ada suara apapun disana. Sampai sebuah bunyi pintu yang dibuka dan muncullah sepasang suami istri di sebuah unit apartemen dengan penampilan mewahnya.
"Kemana anak bodohmu itu, Pa?" tanya Ayna dengan mengedarkan pandangannya.
Mereka semakin masuk ke dalam. Sampai tatapan wanita paruh baya itu tertuju pada sepasang heels yang ada di dekat tinggi.
"Pa, lihat!" kata Ayna menarik lengan suaminya.
Kedua mata itu saling menatap. Lalu mereka sama-sama menunjuk lantai dua dimana kamar putra pertama mereka ada disana.
Tanpa kata, Ayna meletakkan tasnya di sofa ruang tamu. Kemudian ibu dua anak itu berjalan menaiki tangga dengan jantung yang berdegup kencang.
Ketakutan wanita itu sangat besar bila anaknya melebihi batas. Jujur Ayna akan sangat kecewa jika anaknya mengambil jalan pintas.
Dengan pasti, ibu dari Syakir mendorong pintu kamar itu hingga pemandangan di depannya membuatnya shock. Disana, sepasang anak manusia sedang tidur dengan saling berpelukan.
Hal yang sangat amat membuat jantungnya seakan berhenti berdetak. Ditambah keadaan mereka yang terlihat polos membuat Ayna mengerti apa yang sudah terjadi disini.
Tanpa kata, dia segera mendekati ranjang. Saat Ayna hendak menarik tangan perempuan yang ia kira sosok dibenci olehnya. Ternyata membuat pergerakan tangannya terhenti.
Matanya membulat penuh saat sosok wanita itu bukan sosok yang ia panggil cewek matre. Tak mau semakin salah paham dan penasaran. Mama Ayna akhirnya mulai membangunkan mereka.
"Syakir bangun!" seru Ayna dengan keras. "Syakir!"
Ayna terus menggerakkan tubuh putranya hingga guncangan itu mau tak mau membuat keduanya yang asyik memejamkan mata lekas terbangun.
"Mama!" pekik Syakir terkejut.
Dia segera menoleh ke samping dan bersamaan dengan wanita itu yang juga sedang menatapnya.
"Kau siapa?" seru Syakir terkejut dengan mata terbelalak.
"Aku dimana?" tanya wanita itu dengan memegang kepalanya.
Bisa Ayna lihat, wanita yang tidur bersama putranya terlihat kesakitan. Dia segera mengambil segelas air putih yang ada di samping ranjang lalu duduk didekat wanita yang baru saja ia temui.
"Minumlah dulu, Nak!"
Ayna membantu wanita itu minum hingga saat dirinya mulai tak haus dan kenyang. Wanita itu mulai mengedarkan pandangannya.
Jantungnya hampir berhenti berdetak saat matanya tak sengaja menatap penampilannya yang dibalut selimut tebal. Dia segera membuka selimut itu sedikit sampai matanya berkaca-kaca.
"Apa yang terjadi padaku?" tanyanya menatap Ayna dan Syakir bergantian. "Apa yang sudah kau lakukan padaku, hah?"
Gadis itu memegang lengan Syakir. Dia mengguncang tubuh pria itu untuk meminta jawaban.
"Jangan katakan bahwa kau sudah memperkosaku!" serunya dengan air mata mengalir.
"Lepaskan!" seru Syakir dengan kasar. "Siapa kau? Kenapa kau ada di apartemenku?"
Syakir menatap wanita itu dengan tajam. Dia bahkan menunjuk wajah wanita di dekatnya dengan suaranya yang meninggi. Terlihat sekali Syakir sangat membenci wanita yang berada di atas ranjangnya.
"Aku…" Gadis itu berusaha mengingat semuanya.
Namun, sepertinya pukulan di tengkuknya membuatnya hampir tak bisa mengingat kejadian semalam. Sampai akhirnya Mama Ayna mulai menyadari sesuatu. Dia segera memegang tangan gadis yang sedang menangis itu.
"Apa kau tak mengingat semuanya, Nak?"
Gadis yang ditanya tentu langsung mendongak. Matanya bersitatap dengan mata Mama Ayna dengan lekat. Kepala gadis itu menggeleng karena memang ia tak bisa mengingat apapun.
Bagaimana dirinya sampai disini?
Di suasana yang asing untuknya?
Bahkan bisa berada di ranjang yang sama dengan pria tak dikenalnya.
"Siapa namamu, Nak?" tanya Mama Ayna dengan lembut.
"Humai," sahutnya dengan menunduk.
Jujur Humai hanya bisa menangis. Dia baru merasakan sakit di inti tubuhnya saat menggerakkan kakinya. Dirinya benar-benar merasa hancur. Bahkan Humai merasa kotor.
Kehormatan yang selama ini ia jaga ternyata telah diambil oleh sosok tak dikenalnya. Kehormatan yang menjadi harga dirinya bahkan diambil tanpa izinnya dan bukan dalam ikatan halal.
"Jangan menangis di kamarku, *****! Apa kau wanita panggilan?"
Humai langsung mendongak. Dia menepis air mata yang menetes dari kedua matanya saat mendengar kata menyakitkan itu di telinganya.
"Aku bukan wanita panggilan," kata Humai membela diri.
"Lalu bagaimana kau bisa kemari, hah?"
Suasana yang semakin panas, membuat Ayna segera menengahi perdebatan mereka. Jujur ibu kandung Syakir itu bisa melihat bagaimana rapuhnya Humai.
Kedua mata yang teduh itu menangis dengan isakan menyakitkan. Telinganya yang mendengar tentu membuat siapa saja tahu bahwa sosok yang menangis sedang dirudung sebuah masalah menyakitkan.
"Kau!"
"Syakir!" seru Mama Ayna menatap putranya tajam. "Keluar dan mandi di kamar mandi bawah!"
"Mama! Ini kamarku. Dia yang harus keluar. Dia ****** yang melempar dirinya di atas ranjangku karena uang!"
Plak.
Bersamaan dengan itu sebuah tamparan tepat di pipi Syakir yang membuat wajah pria itu langsung menoleh karena kuatnya.
"Jangan maling teriak maling, Syakir!" seru Mama Ayna membuat Syakir menatap mamanya tak percaya. "Cepat mandi di kamar mandi bawah dan temui Mama serta Papa di ruang tamu!"
Syakir mengalihkan pandangannya. Dia menatap sosok Humai yang masih menangis sampai bahunya berguncang. Dengan sekali gerakan, Syakir segera menyampirkan selimutnya dan memakai pakaiannya dengan Mama Ayna yang langsung memalingkan wajahnya.
Jujur sebagai seorang ibu, dia merasa gagal. Ayna merasa segala ajaran yang dia berikan pada Syakir tak ada yang pria itu terapkan. Sampai akhirnya ibu dua anak itu hanya bisa menghela nafas berat sambil menatap putranya yang keluar dari kamar.
Sepeninggal Syakir. Ayna menatap Humai yang masih menangis. Entah kenapa hati kecilnya mengatakan bahwa gadis di depannya ini adalah gadis baik-baik. Dari tatapan matanya, dari cara bicaranya membuat Ayna yakin jika wanita itu sebenarnya adalah wanita baik-baik dan tak mau ada di posisi ini.
"Nak," kata Ayna mencoba memegang lengan Humai.
"Jangan pegang tubuhku. Aku kotor," lirih Humai sambil berusaha menutupi tubuhnya dengan selimut.
"Nak…"
"Aku benar-benar murahan, Bu. Aku adalah gadis murahan sekarang," kata Humaira dengan marah pada dirinya sendiri. "Kehormatanku diambil paksa oleh pria yang tak ku kenal."
Humaira menggosok kulitnya dengan kasar. Mama Ayna yang melihat lekas memegang kedua tangan Humaira.
"Lepaskan tanganku. Aku kotor, aku ingin membuang jejaknya dari tubuhku!"
Mama Ayna sampai ikut menangis. Tanpa diduga, dia segera memeluk Humaira dengan erat meski gadis itu meronta.
"Jangan…lepaskan aku!"
"Tenanglah, Nak. Tenang!" bujuk Mama Ayna dengan pelan.
Dia berusaha mengusap punggung Humai dengan lembut. Ibu kandung Syakir itu benar-benar melakukannya penuh kelembutan hingga Humaira merasa sedikit tenang.
"Jangan melukai dirimu sendiri, Nak. Jangan!" bujuk Mama Ayna dengan pelan.
Dia menangkup kedua sisi wajah Humai. Dia melihat mata teduh itu sudah membengkak dengan besar. Wajahnya memang tak cantik tapi Mama Ayna yakin hati gadis di depannya ini sangat amat lembut.
"Aku sudah tak pantas hidup, Bu. Aku sudah tak punya harga diri!"
~Bersambung
Btw yang gak suka sama sifatnya Humaira, maaf yah. Jujur aku bikin karakter dia aja, udah siapin mental gedhe karena bakal dihujat sama pembaca.
Dan ya, finally beneran. Hehe, tapi gakpapa. Aku emang lagi belajar bikin karakter kalem, lugu. Gak bar-bar mulu. Karakter Humai ini juga sama kek salah satu temenku dulu di kelas SMP.
Author hanya ingin menyajikan cerita berbeda daek tiap novel yang author tulis. Biar ada kesan berasa bedanya.
Jangan lupa klik like, komen dan vote. Biar author semangat ngetiknya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 287 Episodes
Comments
Aditya Ivander
q pikir bakal d tukar ternyata kepergok ibunya ternyata ttp ma maira. alhamdulillah.. q pikir hidup maira dh nelangsa kalau ampe hamil g tau sapa yg hamilin kn y tmbah ngenes😄
2023-10-27
0
Rita Wati
kalo karakter terserah penulisnya....kalo bisa melawan sedikit kek....
2023-07-17
0
Pia Palinrungi
bener mamah ayna humai orang yg baik, cocok u jd mantumu....tg lah penyesalan dn penderitaanmu rachel, perbuatanmu membuat mereka jadi pasangan yg bahagia dn mdh2 nanti syakir bucin sm humaira akhir hachel dihempas
2023-04-01
0