...Tak selamanya musibah yang kita jalani harus kita sesali seumur hidup. Ingatlah bahwa apa yang terjadi padamu itu atas kehendak yang maha kuasa. Pemilik seluruh semesta yang mampu membolak balikkan hati dan keadaan. Kau hanya perlu percaya dan menjalaninya dengan ikhlas....
...~Humaira Khema Shireen...
...🌴🌴🌴...
Akhirnya saat kedua kaki Humai baru saja menginjakkan kakinya di rumah sakit. Dia segera berlari menuju tempat dimana Sefira berada. Sahabatnya itu benar-benar mau menjaga Rein dengan baik. Bahkan menunggu dirinya sampai kembali ke rumah sakit sangat amat membuatnya merasa bersyukur.
Tak selamanya setiap orang menemukan seorang sahabat yang setia seperti Humai. Persahabatan yang abadi itu sangat sulit dan sangat amat jarang sekali.
"Fir," panggil Humai saat sosok Sefira sudah terlihat.
"Mai, alhamdulillah." Sefira beranjak berdiri.
Keduanya berpelukan seakan sedang menampakan rasa bahagia karena operasi Rein sudah berjalan dengan lancar. Keduanya sama-sama berdoa tentang kesembuhan Rein.
Bahkan mereka berharap semoga Rein segera sadar dan mampu bermain lagi dengan keduanya.
"Bagaimana Rein sekarang? Dimana dia?"
"Rein sudah dimasukkan di ruangan ICU, Mai. Keadaannya tetap harus dijaga ketat dan di bawah pengawasan para dokter," kata Sefira mengulang perkataan perawat kepadanya.
Humaira hanya mengangguk. Dirinya juga tak bisa melakukan apapun. Mungkin dia hanya menjaga di depan ICU karena takut jika dokter membutuhkan dirinya.
"Kamu sudah makan?" tanya Humai pada Sefira.
"Belum," sahut Sefira dengan cepat.
"Yaudah. Ayo makan! Aku bawa makanan dari rumah," ajak Humai menunjukkan sekantong kresek berisi makanan yang tadi dibawakan oleh ibu-ibu di rumah.
Tanpa merasa malu dan canggung. Dua gadis itu makan dengan lahap di sebuah kursi tunggu yang ada di depan ruang ICU. Keduanya mengabaikan setiap orang yang berlalu lalang. Seakan apa yang mereka makan ini adalah makanan terenak karena tak mampu membuat keduanya berpaling di pesonanya.
Selesai makan. Sefira menggenggam tangan Humai. Hal itu tentu membuat gadis yang sudah tak memiliki kedua orang tua lekas menoleh.
"Ada apa, Fir?"
"Kamu besok kuliah, 'kan?" tanya Sefira dengan pelan.
Ekspresi wajah Humaira berubah. Jujur gadis itu tak memikirkan kuliahnya karena pikirannya hanya tertuju pada Rein. Bahkan dirinya saja lupa bila besok ada jadwal kuliah.
Kepala Humai menunduk. Gadis itu menarik nafasnya begitu dalam sebelum menjawab.
"Sepertinya aku akan izin tidak kuliah, Fir," kata Humai dengan pelan. "Aku tidak mungkin meninggalkan adikku seorang diri disini."
"Dia membutuhkanku dan aku ingin selalu ada didekat Rein. Perasaan takut masih tetap ada dalam diriku, Fir."
Akhirnya Humai memilih jujur. Dia tak mau menutupi apapun lagi dari siapapun. Apalagi saat ini sosok yang dia punya hanyalah Sefira dan Rein saja di dunia.
"Tapi kamu jangan melupakan kewajibanmu, Mai. Kamu tinggal sedikit lagi dan bakalan lulus kuliah. Jangan sampai putus di tengah jalanً," kata Sefira menggenggam tangan Humai dengan lembut.
"Aku tau," sahut Humaira sambil mengangguk. "Tapi keadaan yang memaksaku untuk putus di tengah jalan."
Humaira menatap langit-langit rumah sakit. Apa yang dia katakan memang benar. Dirinya tak bisa memaksa untuk kuliah. Saat ini semua tanggung jawab ada di pundaknya dan membuatnya harus rajin dalam bekerja.
Jika dulu, mungkin ada bantuan mamanya. Namun, sekarang semuanya ada di atas kaki, tangan dan pundaknya sendiri.
"Jangan putus asa sebelum mencoba, Mai," kata Sefira menyemangati. "Aku tadi sudah menyewa dua perawat untuk menjaga Rein ketika kamu kuliah."
Humai spontan mendongak. Dia menatap Sefira tak percaya.
"Ngapain kamu nyewa mereka, Fir?" tanya Humai sedikit panik. "Aku saja sudah cukup menjaga Rein sendirian."
"No!" Sefira menggeleng.
Dia menangkup wajah Humaira agar gadis itu dapat melihat wajahnya.
"Kamu harus tetap kuliah dan wujudkan cita-cita yang kamu impikan. Aku yakin Ibu dan Ayah juga setuju dengan pendapatku dari atas sana," kata Sefira terus membujuk. "Percayalah pada kedua perawat yang sudah aku sewa, Mai. Mereka pasti menjaga Rein dengan baik."
Akhirnya setelah terus dibujuk dan dirayu oleh Sefira. Humai berjanji besok akan kuliah. Gadis itu juga sebenarnya sangat amat berat untuk putus di tengah jalan.
"Baiklah. Besok aku akan masuk kuliah."
...🌴🌴🌴...
"Jika terjadi sesuatu pada adikku, segera hubungi aku ya, Mbak. Humai bakalan langsung ke rumah sakit," kata Humaira pada dua perawat yang diberikan oleh Sefira kepadanya.
"Percayakan semuanya pada kami, Mbak."
"Terima kasih banyak, Mbak. Kehadiran kalian benar-benar sangat membantu."
Akhirnya Humaira segera berangkat kuliah setelah semua buku yang dibutuhkan kuliah dan pakaiannya ia bawa ke rumah sakit. Gadis itu memakai motor bututnya untuk ke kampus. Tak ada kata malu pada diri gadis itu sedikitpun.
Dalam pikiran Humai, apapun yang digunakan di kampus, yang terpenting sopan menurutnya. Toh tujuan mereka kuliah adalah belajar dan mencari ilmu.
Setelah hampir empat puluh menit dia melakukan perjalanan. Akhirnya Humai telah sampai di kampusnya. Di segera memarkirkan motornya itu lalu segera berjalan menuju kelas dimana kuliahnya akan dilakukan.
Humaira benar-benar merasa dibantu oleh Sefira. Dua perawat itu sangat baik kepadanya. Mereka seperti pengganti ibunya yang telah tiada karena perawat-perawat itu sangat perhatian kepadanya.
"Akhirnya kamu datang juga. Aku dari tadi nungguin kamu, Mai," kata Sefira yang berdiri di depan kelas.
Humaira terkekeh. Dia melingkarkan tangannya di lengan Sefira dan keduanya segera masuk ke dalam kelas.
"Maaf yah. Jalan macet bener, Mai. Alhasil ya aku harus pelan-pelan."
Sefira mengangguk. "Yang terpenting kamu sudah disini dengan selamat itu saja sudah cukup untukku."
Mereka segera duduk berdampingan. Keduanya mengeluarkan buku untuk membaca catatan apa saja yang sudah diberikan dosen kemarin. Sampai perhatian keduanya teralihkan dengan kehadiran sang primadona kampus ke kelas mereka.
"Aku kesini ingin mengundang kalian ke acara ulang tahunku, guys. Besok kalian wajib datang," kata Rachel dengan bersedekap dada.
Wajahnya yang angkuh semakin naik dagunya. Gadis itu benar-benar sangat berkuasa karena siapapun tak akan berani kepadanya. Rachel adalah gadis kaya raya. Kehidupan keluarganya juga sangat amat terpandang dan membuat mereka tak bisa melawan Rachel.
"Hai, Humai. Kalian juga aku undang. Jangan sampai tak datang yah," kata Rachel memberikan dua buah undangan pada Sefira dan Humai.
Sefira dan Humai saling pandang. Mereka tak menyangka jika sosok Rachel yang begitu membenci keduanya tiba-tiba mengundang mereka.
"Aku sangat menanti kehadiran kalian. Aku iuga minta maaf atas kesalahanku yang kemarin. Kau mau memaafkanku, 'kan?" kata Rachel dengan wajahnya yang datar.
Humaira yang hatinya lembut lantas menerima uluran tangan Rachel tanpa ragu. Dia tak pernah berpikiran buruk sedikitpun pada orang lain karena hatinya yang terlalu baik dan polos.
"Iya. Aku sudah memaafkanmu, Chel," kata Humai dengan tulus.
"Jadi kamu besok datang, 'kan? Aku akan kecewa kalau kamu tak mau datang."
"Aku usahakan untuk datang," balas Humaira dengan yakin.
~Bersambung
Kira-kira bakalan ada kejutan apa lagi di ulang tahun Rachel yah? Dia tulus minta maaf apa nggak yah?
Jangan lupa klik like, komen dan vote. BTW aku semalam udah update tapi sistemnya eror. Alhasil gtw bab ini bakalan ke update jam berapa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 287 Episodes
Comments
Rita Wati
wahh...ada jebakan Betmen kah
2023-07-17
0
Pia Palinrungi
mdh2 humaira ngga dikerjain lg sm rachel nanti
2023-03-31
0
andi hastutty
jangan mau datang Humairah pasti mau di permalukan lagi deh
2023-02-07
0