Aziz_PoV.
*
" Kamu jangan ngarang ya! mana buktinya kalau memang sudah menikah?" tanya seorang pria yang kira-kira usianya di atasku sedikit.
" Bukti? tentu saja aku memilikinya." sahutku dengan penuh percaya diri. Aku merogoh semua kantong kemeja koko dan celana namun aku tidak mendapatkan apapun.
Astaga aku lupa tidak membawa barang apapun yang bisa menunjukkan sebagai bukti jika aku sudah menikahi Nikmah. lalu aku pun merogoh ponselku di saku celana berharap mendapatkan bukti disana, ya ada beberapa foto yang kusimpan mungkin bisa dijadikan bukti.
Namun aku tidak menemukan foto pernikahanku bersama Nikmah, dan saat lelah mencarinya aku baru tersadar jika foto itu hilang bersamaan dengan ponselku yang dulu rusak. Astaga bagaimana aku bisa menunjukkannya jika tidak ada bukti.
" Kenapa? kamu tidak menemukan apapun bukan! sudah cepat nikahi gadis orang, kasihan jangan mau enaknya saja, ini aku pinjamkan peci hitamku." seru Bapak-Bapak sembari menyodorkan peci yang ia pakai tadi kepadaku.
" Itu memang benar Pak, temanku ini memang sudah menikah, saya saksinya!" ujar Saiful berusaha membelaku kembali.
" Lalu mana buktinya, jika tidak ada bukti mana mungkin kami mempercayai teman kamu ini Mas Saiful, jangan sampai ia membuat alibi palsu agar terhindar untuk menikahi anak gadis tadi. Jika terjadi yang tidak-tidak, apa kamu mau menikahi gadis tadi?" tanya Ibu-Ibu pada Saiful yang seolah memojokanku begitupun dengan Saiful.
Kenapa jadi begini, aku semakin bingung mana tidak mendapatkan bukti apapun. Hingga tak lama Anniyah keluar bersama istri Pak RT dan juga beberapa Ibu-Ibu, aku sedikit terpana melihat penampilannya saat ini, ia memakai kebaya putih dan juga jilbab yang sedana dan di dandani layaknya seorang pengantin. Subhanallah cantik sekali dia, pujiku dalam hati masih menatapnya tanpa berkedip, sedangkan Anniyah justru terus menunduk.
" Sepertinya calon pengantin pria kita sudah tidak sabar lagi, bukan begitu?" goda Pak RT yang mungkin memperhatikanku sedari tadi, membuatku langsung terhenyak dan menatap ke semua orang dengan kikuk sebab terciduk tengah memandangi Anniyah dengan cara seperti tadi.
Sepertinya aku tidak bisa mundur lagi saat ini, Saiful terlihat juga tidak bisa banyak membantu disaat semua orang memaksa kami seperti ini, dan aku pun hanya bisa pasrah, ya memang harus bagaimana lagi? ijin intuk pulang sebentar mengambil bukti buku pernikahan pun tidak di ijinkan tadi.
Aku di pinjami kemeja putih dari salah satu Bapak yang ada disitu yang akan menjadi saksi, begitupun dengan Saiful yang akan menjadi saksi kedua. Rasanya aku sangat gugup sekali saat ini, padahal aku sudah pernah menikah sebelumnya san sekarang perasaanku bertambah gugup.
Ya Allah jika memang ini adalah takdirMu, insya Allah aku pun ikhlas menerimanya dan menjalaninya bersama dengan gadis yang duduk di sampingku ini yang akan menjadi istri keduaku, Nikmah maafkan Abi yang sudah mengkhianatimu sayang...
" Sudah siap semuanya ya,,,? Berhubung disini tidak ada wali dari Mba Anniyah, jadi saya yang akan mewakilinya sebagai wali hakim, Mas Aziz bagaimana apakah sudah siap?" tanya Bapak penghulu padaku.
Seketika aku mendongak menatap ke depan, " I-insya Allah siap Pak." jawabku gugup.
" Baiklah, silahkan bacakan maharnya." titah Bapak Penghulu ynag memintaku untuk membacakan surat Ar-Rahman yang akan kujadikan salah satu Maharnya terlebih dahulu.
" Bismilah...Ar-Rahman...
" Alhamdulillah, silahkan pegang tangan kanan saya Mas Aziz, Bismillah..Saya nikahan dan Kawinkan engkau Aziz Abdullah bin Ostman Abdullah dengan Anniyah Amira binti Zainal Abidin dengan mas Kawin seperangkat alat shalat dan berupa uang sebesar satu juta rupiah di bayar tunai.." Pak Penghulu langsung menghentakkan tangan kanannya yang sedang aku genggam.
" Saya terima nikah dan kawinnya Anniyah Amira binti Zainal Abidin dengan mas kawin tersebut di bayar tunai!" Aku pun mengucapkannya dengan satu kali tarikan nafas dan lancar.
" Bagaimana para saksi Sah?" tanya Pak Penghulu menoleh pada para saksi dan juga orang yang menyaksikan kami.
" SAH, SAH..!" seru semua orang yang ada di ruangan tamu Pak RT, seketika aku terharu.
" Alhamdulillah..." Pak Penghulu langsung membacakan doa untuk kami berdua.
" Silahkan saliman lalu cium punggung tangan suaminya Mba, dan setelahnya Masnya bisa mencium kening istrinya." Titah Pak Penghulu pada kami, aku langsung menoleh ke samping dan menyodorkan tangan kananku pada Anniyah istriku, Subhanallah ini jauh lebih mendebarkan di bandingkan pernikahanku yang dulu.
Anniyah langsung menyalamiku lalu mencium punggung tanganku, disaat tangan kami bersentuhan aku merasakan ada sengatan listrik yang menjalar di seluruh tubuhku, Astagfirullah padahal aku sudah pernah bersentuhan dengan lawan jenis tetapi ini kembali aku rasakaan.
Lalu aku mendekatkan wajahku pada wajahnya dan mencium keningnya sedikit kulamakan, darahku juga terasa berdesir hebat sama seperti dulu saat menikahi Nikmah, lalu tangan kananku ku arahkan di ubun-ubun kepalanya sembari melafadzkan doa untuk istriku dengan suara lirih.
" Alhamdulillah, sekarang kalian sudah Sah menjadi sepasang suami istri." Ujar Pak Penghulu pada kami, dan juga berpesan agar aku segera mengurus surat di KUA agar pernikahan kami resmi dan mempunyai buku pra nikah agar tercatat di negara ini.
Aku hanya mengangguk mengiyakan, tetapi akan aku usahakan nanti, atau bisa meminta tolong pada Saiful untuk mengurusnya. Setelah itu kami berdua berpamitan tak lupa menyalami semua orang dan mengucapkan beribu maaf juga banyak terima kasih pada mereka semua. Bagaimana pun semuanya turut andil dalam pernikahan kami. Begitu keluar rumah Pak RT ternyata di luar sudah gerimis.
" Semoga SAMAWA ya pernikahan kalian, mungkin ini adalah jalan TakdirNya, untuk urusan buku nikah serahkan saja padaku biar aku yang mengurusnya, itung-itung sebagai tanda maafku tidak bisa menolongmu tadi." Ujar Saiful padaku saat kami berdua keluar bersama.
" Baru saja aku ingin meminta tolong padamu Ful, tapi ya sudah terima kasih banyak, ya aku ikhlas menerima semua ini jika memang TakdirNya, baiklah kami duluan ya." pamitku yang merasa kasihan pada Anniyah yang mungkin sudah lelah.
" Ekhem, yang sudah tidak sabar untuk malam pertama lagi, pelan-pelan saja kasihan anak gadis orang." bisik Saiful meledekku dan menepuk pundakku lalu melipir pergi begitu saja sembari tertawa. Dasar!
" Ayo." kutarik tangan Anniyah untuk melangkah lebih cepat, berlari-lari kecil di bawah guyuran air hujan.
Aku lebih dulu masuk ke dalam dan menuju ke kamar mandi sebenarnya untuk bersih-bersih, tetapi aku justru merenung di dalam sana, bagaimana jika suatu saat nanti Nikmah mengetahui pernikahan ini? Aku tahu sebaik-baiknya bangkai yang di sembunyikan pasti akan tercium juga. Namun aku bingung harus menjelaskan bagaimana padanya nanti.
Aku baru ingat mungkin ini juga barkat tuduhannya juga yang mungkin di jabah oleh yang di atas sebagai doa, semakin lama aku berpikir semakin sakit saja kepalaku ini, namun aku harus menerima semua ini bukan? Ya Anniyah sekarang sudah sah menjadi istriku dan aku pun tak ingin mendzoliminya.
Aku pun akhirnya keluar dari kamar mandi berjalan mendekatinya dan duduk di kasur tipis yang sama dengannya namun ia bergeser menjaga jarak. Lama kami hanya diam tak bersuara hingga aku beranikan diri untuk berbicara terlebih dahulu.
" Eemm,, Bang."
" Dek."
Ucap kami secara bersamaan, dia terlihat terkejut sambil menunduk mungkin mendengarkan memanggilnya dengan sebutan Dek, ya aku sendiri bingung mau memanggilnya apa?
" Maaf, Adek saja duluan yang ngomong." ujarku mempersilahkannya untuk bicara lebih dulu, bukannya dimana-dimana Ladies first ya.
" Emm,, Abang pasti marah 'kan terpaksa menikahi bocah sepertiku? maafkan aku, semua ini memang salahku." lirihnya tanpa menatapku, aku baru sadar di luar sana ternyata hujan sudah turun dengan derasnya.
Aku sebenarnya bukan marah padanya. melainkan pada diriku sendiri, yang pengecut tak bisa menjelaskan statusku yang sesungguhnya pada semua orang, termasuk pada dirinya. Aku menghela nafas berat.
" Maafkan Abang juga ya, dan ini semua juga bukan salah Adek, jangan menyalahkan diri sendiri, mungkin memang semua ini sudah menjadi TakdirNya. Kita hanya bisa menerima dan pasrah untuk menjalani semua ini dengan sabar, sekarang Adek sudah menjadi istriku, jadi Abang akan bertanggung jawab sepenuhnya padamu, kamu mau 'kan membina rumah tangga dengan Abang?" tanyaku dengan mantap, ia pun langsung menoleh padaku.
Ya sebagai seorang lelaki bukankah harus bertanggung jawab, aku yakin pasti bisa adil pada mereka berdua nantinya. Dan untuk masalah kejujuran suatu saat nanti aku pasti akan mengatakan yang sebenarnya pada mereka berdua, tetapi untuk saat ini sepertinya belum waktunya.
" Adek,, kok gak di jawab?" tanyaku lagi
" Hah! oh i-iya, Insya Allah Bang, " jawabnya yang terlihat gugup.
Aku mengambil sebelah tangannya lalu kugenggam erat. " Dek, maafkan Abang ya, jika suatu saat nanti Abang telah mengecewakan Adek. Abang akan berusaha membahagiakan Adek, semampu Abang, Insya Allah." ucapku bersungguh-sungguh.
.
.
.
.
.
.tbc
Mohon dukungan dari semuanya, tekan like dan favoritenya,, dan juga hadiahnya jangan lupa..🌷🌷🌷
Terima kasih sudah mampir membaca, maaf kalau masih banyak typo dimana-mana.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 201 Episodes
Comments
enungdedy
kan bisa tlp istrinya harusnya
2022-09-21
1