Aziz_PoV
*
Aku langsung menempelengnya," Sembarangan nuduh orang, dia cuma keponakan, ya keponakan." Dustaku meyakinkannya, entah dia percaya atau tidak, aku tidak peduli.
Aku hanya ingin cepat pergi dari hadapan temanku ini, dan segera meminta Anniyah untuk istirahat di dalam, pasti gadis itu sudah sangat lelah.
" Keponakan apa keponakan?" Cibirnya yang masih saja tidak percaya.
Aku hanya bisa menghela nafas kasar, percuma saja mendustai temanku yang satu ini, ia memang selalu jeli terhadap apapun, itulah selain mempunyai banyak kost-kost an, ia mempunyai pekerjaan tetap sebagai seorang pengacara handal di Ibukota besar ini.
" Aku hanya ingin membantunya saja, dia baru saja kabur dari rumah Budhenya yang jahat itu, dia tidak punya siapa-siapa di kota ini, jadi yaa,, sudahlah kapan-kapan aku ceritakan semua padamu. Sekarang biarkan aku pergi dulu, dia pasti sudah sangat lelah biarkan dia beristirahat." Terangku menjelaskan intinya saja, semoga dia mengerti.
" Baiklah Ustadz AA, aku pergi dulu, jagain anak gadis orang." Cibirnya lagi sambil menggodaku dan segera bergegas pergi kembali ke rumahnya. Aku hanya geleng-geleng melihat tingkahnya.
Saiful melajukan motornya menuju ke rumah yang jaraknya tidak terlalu jauh dari kost-an miliknya ini. Sedangkan aku kembali berjalan menghampiri Anniyah yang tengah duduk di kursi bambu yang ada di teras depan.
Aku segera membuka pintunya, ternyata di dalam sudah tersedia kasur lantai walau tipis itu lebih baik daripada tidur tampa alas, dan di sudut juga ada lemari pakaian berukuran kecil, hanya itu yang ada, kasihan gadis ini nanti.
" Ayo masuklah, Abang mau pergi sebentar, kalau mau mandi silahkan di dalam pasti sudah tersedia sabun baru yang memang sudah di sediakan." Ujarku sebelum pergi.
Anniyah hanya mengangguk, aku pun segera keluar kembali untuk membeli makanan pasti dia belum makan, entah sejak pagi atau siang tadi? Aku segera melajukan motorku menuju warung makan.
Jalanan di kota cukup padat malam ini, tak lama aku sampai di warung nasi padang dan segera memesan dua bungkus nasi campur berlauk ayam, dan juga dua botol air mineral.
Setelah membayarnya aku segera melajukan kembali motorku membelah jalanan. Namun sebelum itu aku mampir ke bengkel untuk mengambil karpet yang sudah lama tidak terpakai yang ku letakkan di lantai atas yang kujadikan gudang untuk menyimpan alat-alat mekanik. Setelahnya aku bergegas kembali menuju kost Anniyah.
Sesampainya di kost, aku tak melihat Anniyah sepertinya dia sedang mandi, dan ternyata lantainya juga sudah di sapu bersih oleh dia, aku mengangkat kasur tipis itu terlebih dahulu lalu karpet yang kuambil tadi segera kubentangkan lebar, setelahnya ku letakkan kembali kasurnya di atasnya hingga menutupi sebagian karpet dan sebagiannya lagi bisa untuk duduk, tidak harus duduk di atas kasur nantinya.
Aku segera keluar kembali ke teras dan duduk di kursi bambu sambil menunggu Anniyah mandi dan kami makan bersama, aku berdecak, kami sudah seperti dua remaja yang sedang pacaran saja!
Tak lama Anniyah muncul di ambang pintu yang terbuka lebar, " Bang terima kasih atas semua bantuannya." Cicitnya padaku. Aku langsung menoleh ke arahnya, namun hanya sekilas saja aku langsung menunduk.
Astagfirullah..cobaan ini sungguh berat.
" Sudah selesai mandinya? Kenapa jilbabnya tidak di pakai lagi? Sepertinya kamu lebih cocok memakai jilbab." Seruku tanpa menatapnya.
Aku kembali merasa tidak nyaman saat ia tidak memakai jilbabnya, rambutnya yang tidak berbentuk jadi terlihat, Namun bukan itu yang menjadi alasannya. Oh ayolah aku adalah pria normal, walau ia memakai pakaian panjang tetap saja 'kan jiwa kelakianku keluar.
Aku sedikit melirik ternyata ia sudah berbalik badan sepertinya akan masuk kembali ke dalam. Aku segera memanggilnya, pasti dia malu padaku saat ini.
" Eh mau kemana? Ayo sini makan dulu, ini sudah Abang belikan nasi bungkus." Ajakku menunjukkan kantong kresek berwarna hitam yang kuletakkan di samping tempat dudukku.
" Mau ambil handuk dulu Bang." Sahutnya membuatku bingung.
" Buat?"
" Buat nutupin kepalaku ini, supaya Abang nyaman. Soalnya jilbabku yang tadi basah aku cuci, sebentar ya." Belum sepat aku menjawab, ia sudah lembih dulu melangkah masuk.
" Masuk saja Bang, gak enak makan di luar, makasih ya.." Aku di ajak masuk olehnya, benar juga apa yang dia katakan para penghuni kost di samping kanan kiri ternyata sudah pulang ke kost mungkin mereka baru pulang dari bekerja, gawat kalau mereka semua curiga pada kami.
" Sepertinya tadi tidak ada karpet?" Tanyanya bingung, aku hanya menghendikkan bahuku sembari menikmati makananku.
Setelah selesai makan aku segera berpamitan pulang karena malam semakin larut, " Abang pulang dulu ya, kamu hati-hati disini." Pamitku memberi pesan.
" Bang nanti kalau Niyah sudah mendapatkan pekerjaan, uang yang Abang keluarkan untukku akan aku ganti, terima kasih banyak sekali lagi." Ujarnya tanpa ingin menatapku, tetapi ia terlihat gugup, membuatku tersenyum.
" Tidak perlu di pikirkan Abang ikhlas membantu, memangnya mau bekerja dimana? Disini mau mencari pekerjaan agak susah, nanti coba Abang bantu, kamu mempunyai ijasah?" Tanyaku serius, dan ia langsung menoleh menatapku walau sekilas saja.
" Ijasahku hanya tamatan SD Bang?" Cicitnya sambil menunduk.
" Kalau hanya tamatan SD agak susah nyarinya, tapi besok coba Abang carikan, sekarang kamu istirahat saja. Besok Abang datang lagi, jangan lupa setelah Abang pergi tutup pintu lalu kunci dari dalam, jangan di cabut kuncinya." Pesanku, ia langsung mengangguk mengerti.
" Terima kasih Bang." Serunya sebelum aku pergi. Aku hanya tersenyum lalu berjalan keluar menuju motorku berada.
Anniyah segera menutup pintu aku hanya melihatnya sekilas dan bergegas pergi menuju ke rumah, aku jadi merasa bersalah pada Nikmah istriku. Wanita pilihanku sendiri, wanita yang aku cintai selama ini.
Walau usianya tiga tahun lebih tua dariku, tetapi kalau sudah cinta memang mau apa, walau banyak rintangan tetap kuterjang dan meninggalkan segalanya demi dia.
Tak terasa aku sudah sampai di rumah, sebenarnya ini rumah istriku, rumah peninggalan kedua orangtuanya yang sudah tiada. Aku membuka pintu utama dengan kunci cadangan yang aku bawa sendiri, setelah memasukkan motor aku menutup kembali pintu dan menguncinya, setelahnya melangkah menuju ke kamar.
Ceklek..
Aku membuka pelan-pelan sekali, takut menganggu istriku yang sudah terlelap, setelah menutup pintu aku berjalan ke arah kamar mandi terlebih dahulu untuk bersih-bersih dan mengganti pakaian tidurku. Setelahnya merangkak naik ke tempat tidur disisi kosong sebelah istriku.
Sebelum tidur aku mengecup puncak kepalanya yang tidur menyamping menghadapku, aku memandang wajahnya yang masih terlihat cantik hingga saat ini. Hingga perlahan kedua manik itu terbuka menatapku.
" Ternyata Abi pulang?" Tanyaku dengan suara serak khas bangun tidur, membuat sesuatu di balik celanaku langsung mengeliat minta di keluarkan.
Aah,, si4l! Ini pasti karena tadi aku sudah menahannya saat bersama Anniyah, hingga mendengar suara seksi istriku membuat si AA bereaksi kembali.
Ya si AA berkepala plontos yang sudah mencetak empat orang anak, dan suka ngamuk kalau tidak di turuti keinginannya.
" Maaf Abi menggangu tidurmu ya, tidurlah lagi pasti masih ngantuk." Ujarku dengan suara berat karena menahan diri.
" Jangan di tahan Bi jika ingin." Sahutnya dengan suara yang semakin seksi, di tambah tangannya yang sudah meremas milikku yang sudah menegang sempurna, entah sejak kapan tangannya berada disana. Jika sudah begini harus segera di salurkan ini, jika tidak bisa-bisa membuatku susah tidur nantinya jika AA' mengamuk.
Aku pun segera mencumbuinya, merasakan semua miliknya yang sudah membuatku candu, kami saling menikmati, meresapi. Hingga mencapai puncak kenikmatan bersama untuk yang kesekian lamanya kami berubah tangga.
Namun ada sesuatu yang mengganjalku, aku justru membayangkan sedang berjihad dengan Anniyah.
Astagfirullah.. Maafkan Abi yang kali ini tidak jujur padamu Umi..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 201 Episodes
Comments