Aziz_PoV
*
Ternyata saat aku berangkat tadi di tengah jalan hujan turun dengan derasnya, aku pun menepikan motorku sejenak di depan ruko yang sedang tutup lalu segera mengeluarkan jas hujan yang aku letakkan di bawah tabung bensin dan langsung memakainya.
Jika tahu akan hujan lebih baik tadi membawa mobil saja, dari pada harus hujan-hujanan seperti ini. Astagfirullah.. maafkan hambamu yang tiba-tiba mengeluh seperti ini.
Aku kembali melanjutkan perjalananku ke Masjid, sebab jika harus menunggu lama sampai hujan reda, takutnya nanti acaranya sudah selesai, apalagi aku juga ikut bertanggung jawab atas berjalannya acara tersebut. Aku melajukan motorku dengan kecepatan sedang, mengingat jalanan pasti licin tersiram air hujan, apalagi terhalang kabut dari derasnya hujan yang menghalangi pandanganku, membuatku hati-hati.
Hingga tak lama motorku memasuki area masjid dan langsung menuju ke arah belakang dan memarkirkan di depan Madrasah, ternyata daerah sini tidak hujan. Subhanallah,,
Setelah melepaskan jas hujan aku pun bergegas melangkah menuju ke masjid tempat acaranya berlangsung, ternyata semuanya sudah berkumpul disana.
" Assalamualaikum.." ucapku sembari melangkah masuk dan langsung mencari duduk di dekat para pengurus yang lain.
" Hujan-hujanan dimana Ust?" ledek seorang pria seusia denganku bernama Zaki.
" Tadi di perjalanan kesini memang hujan deras sekali Ust, namun hanya di daerah tertentu saja." sahutku apa adanya.
" Oh begitu ya Ust, padahal disini tidak hujan sama sekali, hehe.." jawabnya sambil menyengir.
Setelah dua jam lamanya berada di dalam Masjid bersama yang lain juga bersama para santri akhirnya acara pun telah usai, tepat saat waktu maghrib tiba, kami segera melaksanan shalat maghrib bersama dan setelah selesai membaca doa aku pamit undur diri.
Aku kembali berjalan ke arah motorku berada jas hujan aku letakkan di atasnya karena masih basah aku pun kembali memakainya agar cepat kering lalu ku simpan kembali ke tempat semula.
Kini aku melajukan motorku ke arah kost Anniyah, tak lupa mampir untuk membeli nasi untuknya, pasti dia belum makan. Kali ini aku membeli nasi padang yang jaraknya dekat dengan Masjid.
Setelah selesai membayarnya, aku pun kembali melajukan motorku, hingga tak lama aku sudah di sampai di kost Anniyah, kira-kira sedang apa gadis itu sekarang, apa dia sedang menangis karena merindukan keluarga dan kampung halamannya?
Bukankah malam ini hari pertama shalat terawih? yang mana besok adalah hari pertama berpuasa bagi umat islam sekalian. Tak ingin memikirkan hal yang tidak-tidak aku bergegas turun dari motor dan berjalan ke depan teras sembari melepaskan jas hujanku, namun sebelumnya aku sudah mengetuk pintunya terlebih dahulu.
Ceklek!
Terdengar suara pintu di buka, ternyata Anniyah lamgsung membukakan pintu, mungkin dia mendengar suara motorku yang baru datang.
" Assalamualaikum.." ucapku menatapnya sekilas.
" Waalaikum salam. Masuk Bang, kok Abang sudah basah kuyup?" ucapnya mempersilahkan aku masuk, aku meletakkan jas huja di kursi bambu depan lalu melangkah masuk.
" Iya, di dekat rumah Abang sudah hujan deras sekali disana, ini makanlah dulu." sahutku sambil menyodorkan kresek hitam berisi makanan itu padanya.
" Oh iya, besok kamu puasa?" tanyaku sembari duduk di karpet, sementara Anniyah berjalan mengambil air minum untuk kami.
" Insya Allah Bang." sahutnya sambil menikmati makanan padang yang aku belikan tadi.
Setelah menyelesaikan makananku, aku merogoh saku mengambil ponsel untuk mengecek pesan yang tadi sempat terdengar suara notifikasinya yang belum aku buka.
Namun tiba-tiba saja terdengar suara orang berteriak dari luar, " Ada apa ya?" tanyaku menatap Anniyah yang ternyata juga menatapku, Aku dan Anniyah pun langsung bergegas keluar untuk melihatnya, ada beberapa orang Ibu-Ibu dan Bapak-Bapak yang datang ke kost, entah merek sedang apa?
" Tuh Pak lihat, mereka mau berbuat mesum disini." ucap seorang Ibu-ibu pada kami, aku langsung terkejut mendengar tuduhannya itu pada kami berdua.
" Jadi benar yang di katakan Ibu ini?" tanya pria paruh baya yang aku kenal sebagai Pak RT di lingkungan sini.
" Maaf Pak, sebenarnya ini ada apa? Dan apa yang Ibu itu katakan tidaklah benar, kami hanya_
" Halah sudah jangan mengelak lagi, aku melihat sendiri kamu setiap hari datang kemari bukan, pagi, siang, malam. Untuk apa jika tidak ingin berbuat mesum di dalam.!" ujar Ibu-ibu yang lain, yang membuatku semakin geram.
" Iya itu benar."
" Nikahkan saja mereka Pak."
" Usir saja mereka, jika tidak memiliki hubungan."
Aku jadi kebingungan sendiri untuk menjawab pertanyaan mereka semua, padahal tuduhan mereka sama sekali tidaklah benar, kami bahkan tidak pernah berbuat seperti yang mereka tuduhkan itu.
" Sudah-sudah semuanya harap tenang. Jadi begini dengan Mas siapa namanya?" tanya Pak RT padaku.
" Nama saya Aziz Pak." jawabku sedikit gugup lantaran bingung.
" Baiklah, Mas Aziz banyak yang melaporkan Mas datang kesini setiap hari tanpa ada yang tahu status kalian, jadi Mas dan Mbanya bisa ikut saya ke rumah, agar masalah ini cepat selesai." pinta Pak RT pada kami.
Dan akhirnya kami berdua pasrah di ajak ke rumah Pak RT, dan ternyata disana sudah ada Saiful temanku. Aku sedikit lega, dia bisa membantuku kali ini untuk urusan beginian. Dia 'kan seorang pengacara handal pasti mengerti.
" Tunggu dulu Pak RT, saya kenal dengannya. Pria ini adalah teman saya yang sedang menyewa kost milik saya untuk keponakannya itu." ujar Saiful dengan menunjuk Anniyah dan berusaha membelaku.
" Tidak mungkin Pak!" sela Seorang Ibu-Ibu dengan suara lantang. " Jika memang pria ini adalah pamannya seharusnya tidak merasa canggung, sebab saya dengar sendiri pembicaraan mereka. Dan mereka memanggil dengan sebutan Abang dan Adek, apa coba kalau bukan pacaran.!" siapa sebenarnya Ibu ini, dia terlihat begitu emosi sekali saat menjelaskan.
" Iya, itu benar Pak!"
" Sudah nikahkan saja, dari pada kumpul kebo."
" Iya, ya benar."
Aku hanya menghela nafas panjang mendengar perkataan para warga, Saiful terlihat melirikku, aku sangat bingung sekali. " Maaf semuanya_
" Sudah jangan mengelak lagi, ini saya sudah bawa Bapak penghulu." teriak seorang pria yang baru saja datang bersama seseorang yang mungkin itu adalah Bapak penghulunya, membuatku was-was.
Aku menatap Anniyah yang sedari tadi menunduk, dari jauh aku melihat Pak RT sedang membujuk yang lainnya hingga tak lama kemudian Bu RT datang dan berjalan ke arah Anniyah, " Neng ayo ikut dengan Ibu." ajaknya agar Anniyah ikut dengannya.
Anniyah melirikku sekilas mungkin meminta ijin padaku, aku pun hanya bisa mengangguk. Entah mereka akan melakukan hal apa lagi setelah ini.
" Maaf semuanya sebenarnya saya ini sudah menikah dan mempunyai seorang istri Pak." ujarku menjelaskan yang sesungguhnya agar pernikahan ini tidak terjadi.
Degh!!
Semua orang menoleh ke arahku, membuatku langsung terhenyak seketika di buatnya.
.
.
.
.
.
.
.tbc
Mohon dukungan dari semuanya, tekan like dan favoritenya,, dan juga hadiahnya jangan lupa..🌷🌷🌷
Terima kasih sudah mampir membaca, maaf kalau masih banyak typo dimana-mana.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 201 Episodes
Comments