“Hallo, sahabat terbaikku yang paling baik hati semuka bumi ini,” sapa Senja saat mengangkat panggilan dari sahabatnya, Viona.
“Hallo juga, sahabatku yang super sibuk sekali sekarang, sampai membalas pesanku pun lama sekali,” sahut Viona bernada sindiran.
Senja pun tergelak mendengar perkataan Viona. Ia tau, saat ini Viona pasti kesal padanya karena mereka jarang berkomunikasi lagi semenjak Senja sudah aktif bekerja di perusahaan ayahnya.
“Maaf, maaf, maklumlah, namanya juga masih penyesuaian, jadi sedikit sibuk,” ucap Senja sambil mengetik sesuatu pada laptop di depannya.
“Iya, iya, Nona Senja Wijaya, aku paham. Oh iya, kau sedang apa sekarang? Mau makan siang bersama tidak?” tanya Viona.
Senja melihat jam tangannya. Kurang lima menit lagi jam 12, hampir jam istirahat.
“Aku sampai tidak sadar sudah hampir jam makan siang. Kau mau mengajakku makan dimana? Kau tidak bekerja hari ini?” tanya Senja pula.
“Kerja dong. Tapi aku lagi di jalan ada tugas di luar kantor. Jadi, apa mau makan siang bersamaku?”
“Boleh. Kita ketemu di restoran biasa, ya,” kata Senja.
“Oke. Sampai ketemu disana.”
Senja segera bergegas menutup laptopnya lalu pergi menyusul Viona di restoran tempat mereka biasa makan.
Sesampainya disana, Senja bertemu dengan Viona di parkiran. Lalu mereka pun sama-sama masuk ke dalam restoran. Ketika masuk ke dalam, Senja melihat-lihat ke kiri dan ke kanan mencari tempat yang masih kosong. Karena jam makan siang, jadi pengunjung di restoran tersebut cukup ramai.
Saat sedang mencari meja yang kosong, mata Senja menangkap sosok yang ia kenal sedang makan bersama seorang wanita berpenampilan anggun dan elegan. Senja melihat Bumi dan Nesya sedang makan siang bersama saat itu.
Hati Senja mendadak berdenyut. Ia merasa tidak rela melihat Bumi menghabiskan waktunya bersama Nesya. Tapi bukankah mereka memang telah dijodohkan? Itu hal yang wajar bukan jika mereka terlihat bersama? Entahlah, rasanya Senja cemburu melihat kedekatan mereka.
“Eh, disitu ada yang masih kosong. Ayo kita kesana!” kata Viona sambil menarik tangan Senja menuju ke meja yang masih kosong disana.
Posisi meja itu berada di belakang tempat duduk Nesya dengan jarak yang cukup jauh, sehingga Nesya tidak menyadari keberadaan Senja disana. Tapi Bumi, ia bisa melihat dengan jelas keberadaan Senja disana. Ia pun cukup terkejut saat melihat Senja disana. Ada rasa tidak nyaman di hatinya karena Senja harus melihatnya dengan wanita lain. Tapi bukan Bumi namanya kalau tidak bisa mengontrol raut wajahnya menjadi datar seperti biasa.
Mereka mulai memesan makanan lalu menikmati makanan yang dipesan saat makanan itu telah sampai di meja mereka. Selama makan, sesekali Senja melirik ke arah dimana Bumi dan Nesya duduk. Hatinya sakit melihat itu, tapi matanya tetap saja curi-curi pandang ke arah sana. Padahal seharusnya ia fokus makan saja agar tidak sakit hati.
“Hei, kau kenapa? Makananmu tidak enak?” tanya Viona.
“Ha? Makanan ini? Enak kok, ni aku makan.” Senja menyendok makanannya lalu menyuapkannya ke mulut.
“Tapi makananmu itu masih banyak, punyaku saja tinggal sedikit. Dari tadi ku lihat kau lebih banyak diam,” ucap Viona yang aneh melihat tingkah sahabatnya.
“Hmm...perutku agak tidak enak. Jadi aku makan sedikit-sedikit,” kata Senja beralasan.
"Perutmu kenapa memangnya?" tanya Viona.
"Entahlah, agak kurang nyaman. Mau datang bulan mungkin," jawab Senja asal-asalan.
“Ada-ada saja,” ujar Viona sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
“Vio, aku ke toilet sebentar, ya,” ucap Senja lalu berdiri dari duduknya.
“Ya sudah, aku tunggu disini. Jangan lama, ya.”
“Iya, sebentar saja kok.”
Melihat Senja bergerak menuju toilet, Bumi pun ikut bangkit lalu mengikuti Senja dari belakang secara diam-diam. Saat dirasa suasana sedang sepi, tidak ada yang lewat disana, Bumi pun dengan cepat mensejajari langkah Senja.
“Aku tidak sengaja makan dengannya disini,” kata Bumi tiba-tiba.
Senja spontan berhenti lalu menatap Bumi. Sebetulnya dia agak terkejut saat tau Bumi sudah di sampingnya.
“Kau hobby sekali datang mendadak,” ucap Senja.
“Aku tidak sengaja makan dengannya disini,” ulang Bumi lagi.
“Iya, aku dengar. Sengaja atau tidak bukan urusanku. Dia kan memang dijodohkan denganmu. Wajar kalau kalian menghabiskan waktu bersama supaya bisa lebih mengenal satu sama lain,” kata Senja berusaha tegar. Padahal hatinya cukup pilu mengatakan itu.
Bumi tak membalas lagi perkataan Senja. Ia hanya diam menatap wajah Senja. Entah apa yang ada di pikirannya saat itu, Senja pun tak dapat menebaknya.
Setelah cukup puas menatap wajah Senja, Bumi berbalik meninggalkan Senja sendirian disana. Senja menatap punggung Bumi yang semakin menjauh darinya. Senja menggaruk kepalanya yang tidak gatal, ia bingung dengan sikap Bumi yang tiba-tiba datang lalu tiba-tiba pergi.
***
“Kau sudah dari toilet?” tanya Nesya.
Bumi mengangguk lalu duduk kembali di kursinya.
“Cepat sekali,” ucap Nesya.
Bumi tak menjawab. Ia hanya mengangguk saja.
“Oh ya, aku rasa kalau tiap hari kita bisa makan siang bersama seperti ini...”
“Aku tidak punya banyak waktu untuk selalu makan di luar,” potong Bumi sebelum Nesya sempat menuntaskan perkataannya. Ini saja mereka makan siang bersama karena Bumi tadi kebetulan ada janji dengan client nya disana. Setelah client nya pergi, malah Nesya datang menghampirinya.
“Oh, baiklah. Kalau weekend bagaimana? Apa kau juga selalu sibuk saat weekend?” Nesya masih berusaha agar bisa sering menghabiskan waktu bersama Bumi.
“Biasanya begitu,” jawab Bumi singkat.
“Sibuk apa?” tanya Nesya penasaran. Dalam hatinya tidak mungkin weekend juga masih sibuk.
Bumi menoleh ke arah Nesya. Ia menatap wanita di depannya dengan tatapan mengintimidasi.
“Kita memang punya waktu satu bulan untuk lebih mengenal satu sama lain, tapi aku mau semua berjalan dengan alami tanpa harus dipaksakan,” jawab Bumi mengandung arti bahwa dia tidak suka Nesya memaksa untuk selalu bertemu dengannya.
“Tapi kalau tidak direncanakan, bagaimana kita bisa sering bertemu lalu mengenal satu sama lain lebih jauh?” tanya Nesya lagi.
Bumi tampak menghela nafas dengan berat. “Tidak perlu terlalu risau. Kalau memang sudah takdirnya bertemu, meskipun tidak direncanakan tetap saja akan selalu ada celah untuk bertemu,” jawab Bumi.
Seperti aku dan Senja. Meskipun awalnya kami saling menolak untuk tidak bertemu lagi, tapi ternyata semesta selalu mempertemukan kami kembali hampir setiap hari. Imbuhnya dalam hati.
Nesya terdiam dengan jawaban Bumi. Pria satu ini memang tidak mudah ditaklukan. Sangat berbeda dengan pria-pria yang pernah ia kenal sebelumnya. Tapi semakin Bumi menciptakan jarak antara mereka, Nesya justru semakin tertantang untuk mendekatinya bahkan memilikinya.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 145 Episodes
Comments
Titha Tantya
buminya risih klo sama nesya maunya sama senja.. sepertinya nesya cwe yg bakal mengejar apa yg dia inginkan meskipun org itu gak suka sama dia😒
2022-11-09
0
Nanda Lelo
pengalaman with senja y bg bumi
2022-09-24
0
Mommy K3
Awas jadi pbsesi Nesta
2022-07-29
0