Suasana meja makan di kediaman Adrian malam itu terlihat lebih ramai dari biasanya. Makanan yang dihidangkan pun tampak beraneka ragam. Tamu besar yang ditunggu sudah duduk bersama keluarganya yang lain. Mereka adalah Tuan Bima Dirgantara bersama istri keduanya, Veronica, lalu tentu saja ada Bumi dan Dimas, anak dari Veronica dengan suami pertamanya yang juga sudah meninggal dunia.
Tuan rumah sendiri juga sudah ikut duduk bersama sang istri dan anak semata wayangnya Nesya. Ada juga Andika dan istrinya, Liliana berada disana, tapi putri kesayangan mereka belum tampak batang hidungnya.
Malam itu Nesya terlihat sangat cantik dan anggun dengan gaun yang ia kenakan.Ia sengaja mempersiapkan tampilannya sebaik mungkin untuk bertemu Bumi, pria yang akan dijodohkan dengannya.
Semenjak Bumi bersekolah di luar negeri, mereka sudah lama tidak bertemu kembali. Kali ini baru mereka bertemu. Dan tentu saja di mata Nesya, Bumi tampak semakin tampan dan gagah. Ia tak menyesal menyetujui perjodohan ini.
“Sudah lama sekali rasanya kita tidak berkumpul bersama seperti ini,” kata Tuan Bima berbasa-basi.
“Betul sekali, Tuan. Saya harap dengan perjodohan anak kita, hubungan kita bisa lebih akrab lagi,” sahut Adrian dengan wajah sumringahnya. Siapa yang tak senang bisa akrab dengan Tuan Dirgantara bukan?
“Ya, saya harap begitu. Tapi semua kembali lagi ke anak-anak kita. Jika memang mereka saling setuju untuk melanjutkan hubungan mereka ke arah yang lebih serius, kita sebagai orang tua hanya bisa mendukungnya saja,” kata Tuan Bima Dirgantara penuh wibawa.
Nesya tersenyum senang mendengar percakapan orang tuanya. Ia beberapa kali curi-curi pandang ke arah Bumi yang fokus pada makanannya saja. Wajahnya pun datar saja seperti biasa.
“Oh ya, jadi apa kegiatan Nesya saat ini?” tanya Tuan Dirgantara kemudian.
“Saya saat ini sedang fokus mengurus butik, Om. Makin lama pelanggan butik makin banyak. Dan produk yang saya produksi sudah mulai masuk ke pasar Asia,” jawab Nesya tetap dengan keanggunannya yang melekat pada jati dirinya.
“Wah, bagus sekali. Om senang dengan anak muda yang suka bekerja keras. Meskipun kamu tidak melanjutkan perusahaan ayahmu, tapi kamu punya potensi untuk sukses di bidang yang kamu tekuni,” puji Tuan Dirgantara sehingga wajah Nesya bertambah cerah.
“Terimakasih, Om. Saya harap begitu.”
“Saya dengar ada putri keluarga Wijaya yang ikut berbisnis bukan?” tanya Tuan Dirgantara lagi.
“Benar, Tuan. Dia keponakan saya, anak dari Mas Andika,” jawab Adrian seraya melihat pada Andika.
“Iya, Tuan. Dia dari dulu senang berbisnis, jadi setelah selesai kuliah, dia juga ikut menjalankan perusahaan. Tapi dia masih tahap belajar, saya hanya membimbingnya saja,” kata Andika ikut menjelaskan.
“Lalu kemana dia sekarang? Apa dia tidak ikut makan malam ini?” tanya Tuan Dirgantara.
Sontak Andika dan Liliana saling pandang mendengar pertanyaan itu. Mereka bingung mau menjawab apa. Padahal mereka sudah berkali-kali menelepon Senja, tapi anak itu tetap saja belum kelihatan batang hidungnya, sementara acara makan malam sudah dimulai.
“Benar juga. Saya baru sadar dia tidak disini. Senja kemana, Mas?” tanya Adrian.
Senja? Batin Bumi.
Tiba-tiba yang ditunggu baru saja muncul dengan langkah tergesa-gesa. Ia pun dengan cepat menghampiri meja makan itu.
“Senja disini!” kata Senja setengah berteriak lalu menghampiri Om Adriannya sebagai Tuan rumah yang punya acara.
“Maaf, Om. Senja terlambat. Biasa, urusan anak muda,” bisik Senja sambil terkekeh pada Adrian lalu mencium pipi Om nya itu.
Selanjutnya ia pun menyapa keluarganya. Liliana memberi kode pada Senja untuk segera duduk di kursi sebelahnya.
“Kau ini dari mana saja? Kau sudah terlambat,” tanya Liliana setengah berbisik.
“Maaf, Senja kan cari gaun dulu biar cantik,” jawab Senja beralasan.
“Ada aja alasannya,” oceh Liliana.
“Tidak apa-apa. Biasalah, namanya anak muda. Memang sering begitu,” ucap Tuan Dirgantara yang mendengar obrolan kedua ibu dan anak itu.
Senja menunduk karena merasa bersalah. Dari tadi ia belum sempat memperhatikan siapa tamu undangan mereka. Sementara Bumi sudah menyadari keberadaannya sejak awal ia datang.
“Maaf, saya datang terlambat, Tuan,” ucap Senja yang masih menunduk.
Tuan Dirgantara tergelak. “Jangan panggil, Tuan. Terlalu kaku. Panggil Om saja, tidak masalah. Siapa namamu? Apa kau putrinya Tuan Andika?” tanya Tuan Dirgantara.
“Benar, Tuan. Eh, Om maksud saya. Saya putri Tuan Andika, nama saya Sen...” perkataannya terputus saat ia mengangkat kepalanya lalu melihat sosok pria yang sudah ia rindukan selama dua hari ini. Pria itu duduk tepat di sebelah Tuan Dirgantara.
Deg.
Hati Senja mendadak bergemuruh. Jutaan pertanyaan bermain di kepalanya. Kenapa pria itu ada disini dan ikut makan malam bersama? Apakah dia adalah anak Tuan Dirgantara? Berarti dia Tuan Muda Dirgantara? Lalu, bukannya ini makan malam untuk membahas perjodohan Nesya dan anak Tuan Dirgantara? Apakah pria itu...adalah...pria yang akan dijodohkan...dengan...Nesya?
Senja tak dapat menyembunyikan keterkejutannya. Beda dengan Bumi yang masih mampu bersikap tenang saat kedua mata mereka saling pandang.
Benarkah ini? Benarkah kau pria yang akan dijodohkan dengan Kak Nesya? Tanya Senja dalam hati.
“Kenapa tidak dilanjutkan? Namamu Sen apa?” ulang Tuan Dirgantara.
Senja langsung mengerjapkan matanya berkali-kali. Ia baru sadar, ia sudah bertindak gegabah. Tak seharusnya ia hilang fokus seperti itu.
“Senja, Tuan. Eh, Om. Nama saya Cahaya Senja Wijaya. Biasa dipanggil Senja,” jawab Senja dengan senyum yang dipaksakan.
“Nama yang bagus,” ucap Dimas tiba-tiba.
Senja pun mengalihkan pandangannya ke sumber suara, lalu ia tersenyum sekilas pada Dimas.
Ternyata Senja jauh lebih menarik daripada Nesya. Apa dia sudah ada jodohnya juga atau belum, ya? Batin Dimas.
Tak hanya Bumi saja yang memperhatikan Senja dari awal masuk, tapi ternyata Dimas juga diam-diam menaruh perhatian pada Senja.
Liliana yang mendengar Dimas memuji Senja merasa sangat senang. Rasanya niatnya untuk menjodohkan Senja dengan Dimas dapat berjalan lancar jika Dimas sudah mulai tertarik pada Senja.
“Om dengar kamu senang berbisnis. Benarkah begitu?” tanya Tuan Dirgantara.
“Betul, Om. Senja sangat senang berbisnis. Tapi sebenarnya niat awal Senja berbisnis agar bisa membuka lebih banyak lapangan pekerjaan. Dengan begitu akan banyak orang yang bisa menghidupi keluarganya dengan hasil yang didapat dari bekerja. Bagi Senja bisnis tidak hanya tentang untung dan rugi, tapi tentang seberapa besar bisnis yang kita jalankan bisa bermanfaat untuk banyak orang,” jawab Senja dengan sangat diplomatis.
Hampir semua yang ada disana tertegun dengan jawaban Senja. Meskipun usianya yang paling kecil disana, tapi pemikirannya cukup dewasa. Tuan Dirgantara malah mulai tertarik dengan putri semata wayang Tuan Andika itu dibandingkan calon menantunya. Di matanya, setiap kata yang diucapkan Senja memang tulus dari hatinya tanpa dibuat-buat. Meskipun sepintas ia terlihat manja, tapi ia adalah seorang gadis yang berprinsip.
“Wah, sepertinya Om harus banyak belajar soal bisnis juga sama kamu,” ucap Tuan Dirgantara.
Senja tertawa kecil. Bagaimana bisa seorang pebisnis handal seperti Tuan Dirgantara mau belajar dengan anak kemarin sore sepertinya. “Terbalik, Om. Justru Senja yang harus belajar sama Om,” sahut Senja.
“Jangan terlalu fokus mengurusi bisnis, urusan jodoh juga harus diurusi,” sela Liliana pada Senja.
Mama apaan, sih? Bahas jodoh lagi. Batin Senja.
“Betul, Nyonya Lili. Urusan pribadi juga tidak bisa dikesampingkan. Jadi, bagaimana Bumi? Nesya? Apa kalian siap membuat suatu ikatan dalam hubungan kalian berdua?” tanya Tuan Dirgantara langsung ke intinya.
“Beri kami waktu,” jawab Bumi singkat.
“Maksudnya?” tanya Adrian.
“Kami akan melakukan pendekatan selama sebulan dulu, jika memang sama-sama nyaman, baru lanjut ke pertunangan. Aku tidak mau terburu-buru untuk pilihan yang hanya sekali untuk seumur hidup ini,” jawab Bumi dengan tegas.
“Bukannya lebih cepat lebih baik?” tanya Senja yang keceplosan. Senja pun langsung mendapat tatapan mematikan dari Bumi.
“Tidak masalah. Saya ikut apa kata Bumi saja. Bumi pasti masih banyak kesibukan. Tidak usah terlalu terburu-buru,” jawab Nesya kemudian.
“Baiklah, berarti kita akan adakan pertemuan keluarga lagi satu bulan setelah ini,” kata Tuan Dirgantara yang mendapat anggukan dari yang lain.
Senja curi-curi pandang ke arah Bumi. Bumi pun masih menatap Senja dengan tatapan mengintimidasi. Dan ternyata diam-diam Tuan Dirgantara memperhatikan kontak mata antara mereka berdua.
Kenapa sepertinya ada sesuatu di antara mereka? Apa sebelumnya Bumi dan Senja pernah saling mengenal? Bumi bahkan tak tertarik untuk melihat ke arah Nesya. Batin Tuan Dirgantara.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 145 Episodes
Comments
Titha Tantya
tuan dirgantara peka banget.. mdh2an tuan dirgantara gak maksa banget bumi harus sama nesya deh.. klo sampe terjadi susah deh buat bumi sma senja 🥺
2022-11-09
0
♡momk€∆π♡
sebenarnya tuan dirgantara sudah punya feel nih ke senja dibandingkan ke Nesya..🤔💗
2022-10-14
0
Nanda Lelo
ayah yg sangat peka,,
2022-09-24
0