Besok paginya, Andika mengajak Senja ke perusahaannya. Perusahaan keluarga mereka yang sudah dibangun dari sejak kakek Andika masih hidup. Karena nantinya Senja akan membantu Andika mengurusi perusahaan keluarga, jadi sejak awal Andika sengaja memperkenalkan pada Senja seluk beluk perusahaan.
Senja sendiri memang tertarik dengan dunia bisnis. Kuliahnya pun di bidang bisnis. Tapi niat Senja berbisnis bukan hanya sekedar meraih keuntungan besar, tapi lebih untuk membuka banyak lowongan pekerjaan. Begitulah Senja yang memiliki jiwa sosial yang tinggi.
Siangnya, Senja diajak ikut ke tempat rekan bisnis papanya. Disana memang banyak sekali para pengusaha besar di kota itu. Bahkan pamannya sendiri juga ada disana.
Papa Senja yakni Andika, adalah anak pertama dari keluarga Wijaya. Sedangkan ayah Nesya adalah adik dari Andika, namanya Adrian Wijaya. Tapi Adrian lebih dulu menikah dan memiliki anak. Karena waktu muda dulu Andika adalah seorang pekerja keras yang selalu mengutamakan pekerjaan sehingga ia baru menikah saat Adrian sudah memiliki anak. Saat ini Adrian memimpin salah satu anak perusahaan keluarga Wijaya.
“Om Adrian,” sapa Senja waktu bertemu Adrian. Adrian balas memeluknya sekilas. Senja cukup akrab dengan pamannya itu.
“Ponakan Om sudah mulai berbisnis juga rupanya.”
“Baru belajar, Om. Ini sambil menemani Papa.”
“Bagaimana perusahaan? Aman?” tanya Andika pada adiknya itu.
“Kau tidak usah khawatir. Semuanya lancar,” jawab Adrian.
“Baguslah kalau begitu. Aku dengar kalian ada project baru lagi awal bulan depan.”
“Masih dibicarakan. Kalau sudah deal, nanti aku pasti memberitahumu.”
Mereka pun mulai berbicara tentang bisnis. Senja ikut mendengarkan obrolan papa dan pamannya itu. Sesekali ada juga yang menyapa mereka dan bertanya tentang Senja. Karena ini kali pertama Senja diajak ikut dalam pertemuan bisnis papanya.
Senja sangat ramah. Kehadirannya menjadi pusat perhatian semua orang disana. Apalagi dia lah yang paling muda disana. Tak sedikit pengusaha muda yang mencoba curi-curi pandang padanya.
Sama halnya dengan sesosok pria di balik dinding kaca itu. Dia dari tadi tak berhenti menatap Senja dari jarak yang cukup jauh. Dia sangat suka melihat senyum tulus Senja pada setiap orang yang menyapanya. Hari ini baginya Senja terlihat berbeda. Pakaiannya lebih rapi dan rambutnya tertata indah meskipun masih dibiarkan tergerai.
Pria itu adalah Bumi. Dia mewakili ayahnya untuk ikut hadir ke pertemuan bisnis itu. Siapa sangka disana ia kembali bertemu dengan Senja.
Dia masih ingat kata-katanya waktu dia bilang tidak mau bertemu Senja lagi. Tapi seperti termakan omongan sendiri. Ia malah bertemu Senja hampir setiap hari. Lalu ia beralih melihat sosok di sebelah Senja. Ia kenal, itu Tuan Andika Wijaya.
Bumi mengerutkan keningnya. Ia teringat kalau dalam waktu dekat ia akan makan malam bersama keluarga Tuan Wijaya untuk membahas perjodohannya dengan putri keluarga Wijaya.
Apa dia putri keluarga Wijaya yang akan dijodohkan denganku? Tapi seingatku namanya Nesya, bukan Senja. Atau mereka adik kakak? Ah, tidak. Seingatku teman kecilku dulu tidak punya adik.
Bumi terus melihat ke arah Senja sampai tidak sadar asistennya memperhatikannya.
“Apa ada sesuatu yang bisa saya bantu, Tuan?” tanya Jefri.
“Kau lihat itu. Kau masih ingat wanita itu?”
Jefri melihat ke arah yang ditunjuk oleh Bumi.
“Oh, iya Tuan. Wanita yang berhenti mendadak itu kan? Dan wanita yang Tuan tolong kemarin. Ternyata dia putri tunggal keluarga Wijaya, Tuan. Dengar-dengar dia akan ikut ayahnya mengurus perusahaan keluarga mereka. Dan ini kali pertama dia diajak ke pertemuan bisnis, Tuan.”
Bumi nampak mengangguk mendengar penjelasan Jefri.
“Apa Tuan mau menyapa mereka?”
“Tidak. Aku disini saja. Aku tidak ingin wanita itu tau dulu siapa aku.”
“Baik, Tuan.”
Sekilas ingatan Bumi saat pertama kali bertemu Senja muncul di kepalanya.
“Tidak usah berlagak kaya, masih ada keluarga Dirgantara yang lebih kaya darimu.”
Kata-kata Senja masih jelas terngiang di telinganya. Bumi nampak menarik sudut bibirnya hingga membuat senyuman yang samar.
Aku penasaran bagaimana wajahmu saat tau akulah Tuan Muda Dirgantara.
Jefri melihat Tuan mudanya itu tak berhenti melihat ke arah Senja. Baru kali ini ada wanita yang berhasil menyita perhatian Tuannya.
Sepertinya wanita itu terlihat istimewa di mata Tuan Muda. Apa Tuan Muda tertarik padanya? Aku tidak pernah melihat Tuan Muda tersenyum sendiri seperti itu saat melihat seorang wanita. Padahal awal bertemu kan wanita itu mengatainya sombong. Gumam Jefri dalam hati.
Sementara itu Senja masih asik mengobrol dengan papa dan pamannya serta rekan bisnis lainnya. Saat pandangannya tidak sengaja tertuju pada Bumi, pria itu dengan cepat bersembunyi. Dia tak mau Senja melihatnya.
Senja mencoba melihat lagi ke arah yang sama. Dia mau memastikan penglihatannya benar. Tapi sudah tidak ada orang lagi yang berdiri disana.
Tadi perasaan pria yang menolongku itu ada disana. Tapi kenapa sekarang sudah tidak ada lagi? Apa aku salah lihat? Ah, lama-lama aku bisa gila. Kenapa wajahnya selalu muncul di kepalaku? Batin Senja.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 145 Episodes
Comments
Titha Tantya
nah loh.. emg berjodoh kalian.. dmn2 ketemu mulu.. sampe diperusaan pun ketemu.. senja aja sampe bingung antara bener liat atau cuma halu aja..
2022-11-09
0
♡momk€∆π♡
bumi mulai menerka nerka 🤔 senja tapi ktnya Nesya 🤔 wilujeng bingung Bumi 🙈🙈❣️
2022-10-14
0
Cindy Ralisya
likeeee 😍
2022-09-16
0