Hari ini Senja bekerja seperti biasa di perusahaan milik ayahnya. Meskipun pikirannya masih terganggu dengan kejadian tadi malam, tapi ia berusaha melupakannya dengan menyibukkan dirinya di perusahaan.
Senja memang belum lama ikut bekerja di perusahaan ayahnya, tapi hampir semua karyawan dengan cepat bisa mengenalnya. Itu karena selain cantik, ia juga sangat ramah pada karyawannya. Tapi soal pekerjaan ia tetap bersikap tegas.
Saat itu Senja yang baru saja melewati ruang manager HRD di kantornya mendengar suara seorang pria seperti sedang menangis. Tak lama terdengar juga percakapan dari manager HRD disana. Karena pintu ruangan itu tidak menutup sempurna, Senja dapat mendengar dengan jelas apa yang mereka bicarakan dari balik pintu. Ya, Senja menguping mereka.
“Ini bukan kali pertama bapak bolos kerja. Dalam sebulan bisa lima kali. Di luar sana masih banyak orang yang membutuhkan pekerjaan ini jika bapak tidak serius dalam bekerja,” kata Bapak manager HRD dengan tegas.
“Saya mohon maaf sekali lagi, Pak. Seperti yang sudah saya katakan, istri dan anak saya memang dalam keadaan sakit saat saya ijin, Pak. Saya tidak bisa meninggalkan mereka berdua saja di rumah, saya harus bolak balik membawa mereka ke rumah sakit, Pak,” kata seorang karyawan yang sudah berusia 50 tahunan itu. Karyawan tersebut tampak memakai seragam kebersihan. Sepertinya ia bekerja sebagai cleaning service disana.
“Saya mengerti kondisi Pak Aris, tapi perusahaan ini juga ada aturannya, Pak. Saya kasih Bapak kesempatan satu kali lagi. Ini terakhir kalinya Bapak bolos kerja untuk alasan pribadi. Kalau Bapak masih mengulanginya lagi, saya minta maaf, Bapak silahkan cari kerja di tempat lain,” ucap manager HRD itu dengan tegas.
Cleaning service yang bernama Aris itu tampak menyeka sisa airmatanya yang basah dengan lengan bajunya. Lalu ia berterimakasih berkali-kali pada atasannya itu karena tidak jadi memecatnya saat ini.
Setelah itu Pak Aris pun keluar dari ruangan tersebut. Di depan ruangan ia sempat berpapasan dengan Senja. Beliau tersenyum lalu sedikit membungkuk, baru kemudian pergi dari tempat itu.
Senja melihat Pak Aris dengan tatapan iba, lalu ia masuk ke dalam ruang HRD.
“Selamat pagi, Nona Senja. Apa ada hal penting yang ingin Nona sampaikan? Seharusnya saya yang mendatangi ruangan Nona jika ada sesuatu yang penting, Nona.”
Manager HRD itu cukup terkejut dengan kedatangan atasannya yang terkesan mendadak. Senja pun duduk tepat di hadapannya.
“Tidak ada hal yang penting. Saya hanya ingin bertanya tentang karyawan tadi. Apa beliau ada masalah dengan pekerjaannya?” tanya Senja to the point.
“Oh, yang tadi itu namanya Pak Aris, Nona. Beliau sudah beberapa kali tidak masuk bekerja dengan alasan yang sama, mengurusi anak dan istrinya yang sakit. Bulan ini saja beliau sudah lima hari tidak masuk kerja,” jawab manager HRD.
“Apa anda tau sakit apa anak dan istrinya? Lalu apa Pak Aris sendiri sudah lama bekerja di perusahaan ini?” tanya Senja lagi. Ia mulai tertarik dengan masalah karyawannya itu.
“Beliau sudah cukup lama bekerja di perusahaan ini, Nona. Yang saya dengar istrinya itu lumpuh, tidak bisa berjalan, sedangkan anaknya ada masalah dengan paru-parunya.”
“Bapak tidak pernah memastikan sendiri bahwa itu benar? Apa perusahaan tidak pernah memberikan santunan pada keluarganya yang sakit itu? Bapak bilang Pak Aris sudah cukup lama bekerja di perusahaan ini kan?”
Senja memberikan pertanyaan bertubi-tubi yang membuat manager HRD itu terbungkam. Dibalik keramahannya ternyata atasannya itu sangatlah tegas dalam urusan pekerjaan.
“Maafkan saya, Nona. Saya lalai akan hal itu. Perusahaan memang belum pernah memberi santunan,” jawab manager HRD itu dengan rasa was-was.
“Setelah ini saya akan atur masalah santunan untuk keluarga beliau dan saya akan cari tau sendiri apakah benar istri dan anak beliau memang mengalami penyakit seperti itu, Nona,” tambah manager itu lagi.
“Tidak perlu. Kali ini biar saya yang urus. Tolong kirimkan e-mail pada saya tentang data karyawan tadi. Saya tunggu sekarang,” kata Senja lalu bangkit dari duduknya.
“Baik, Nona. Saya kirimkan sekarang juga.”
Senja mengangguk lalu meninggalkan ruang manager HRD perusahaannya.
Senja kembali ke ruangannya dan langsung mengecek e-mail yang dikirim oleh manager HRD nya. Ia membaca dengan seksama data pribadi karyawan yang bernama Pak Aris tadi. Ia cukup terkejut melihat Pak Aris yang ternyata sudah bekerja hampir sepuluh tahun di perusahaannya tapi masih menempati posisi yang sama yaitu sebagai cleaning service. Senja pun segera mencatat alamat dan nomor telepon Pak Aris di handphone-nya.
***
Ketika istirahat makan siang, Senja tak sengaja berpapasan dengan Pak Aris yang masih membersihkan lantai di dekat area lift. Senja terus memperhatikan Pak Aris dari kejauhan, hingga akhirnya handphone Pak Aris yang terlihat sudah usang berdering, lalu Pak Aris mengangkatnya.
“Hallo, Bu. Iya, Bapak masih kerja.”
“Sabar ya, Bu. Bapak tidak lupa besok anak kita harus ke rumah sakit. Uangnya sudah ada kok. Ibu tenang saja. Sudah dulu ya, Bu. Bapak lanjut kerja lagi. Ibu dan Arman baik-baik di rumah, ya.”
Begitulah kira-kira percakapan yang terdengar oleh Senja. Pak Aris melihat handphone di tangannya lalu menghela nafas berat. Sepertinya beban hidupnya terlalu berat untuk ia pikul sendiri.
“Pak Aris,” panggil Senja.
“Eh, Nona. Iya, Nona. Ada yang bisa saya bantu?” tanya Pak Aris gugup lalu memasukkan handphone ke sakunya dengan cepat.
“Bapak bekerja sampai jam berapa hari ini?” Senja balik bertanya.
“Saya tadi masuk jam 7, Nona. Berarti pulang jam 4 sore,” jawab Pak Aris seadanya.
“Oke. Nanti pulang Bapak tunggu saya, ya. Saya antar Bapak pulang.”
Sontak Pak Aris terkejut lalu menoleh ke arah atasannya itu. Apa dia sudah melakukan kesalahan fatal? Pikirnya.
“Tidak usah khawatir. Saya hanya ingin melihat kondisi keluarga Bapak. Manager HRD sudah cerita pada saya tentang masalah Bapak. Saya hanya berniat menjenguk keluarga Bapak saja. Bolehkah?”
Pak Aris langsung berkaca-kaca. Ia tak menyangka Senja adalah atasan yang sangat baik dan begitu perhatian pada karyawan kecil sepertinya. Selama ini saja tak ada yang pernah memperhatikannya meskipun sudah lama mengabdi di perusahaan itu.
“Apa tidak apa Nona berkunjung ke rumah saya? Rumah saya tidak layak untuk Nona datangi. Rumah saya sangat kecil dan kumuh, Nona,” kata Pak Aris dengan gemetar menahan tangis mengingat kondisi rumahnya yang memprihatinkan. Ia takut atasannya itu akan menyesal telah datang ke rumahnya.
“Bapak tidak seharusnya berkata seperti itu. Saya tidak pernah memandang seseorang berdasarkan apa yang dia miliki. Rumah yang kecil, tapi jika penghuninya semua berhati besar, maka rumah itu akan terasa lapang. Untuk itu, saya harap Bapak mengijinkan saya berkunjung ke rumah Bapak sore nanti,” kata Senja dengan lembut agar tak meyinggung pria di depannya itu.
“Baik, Nona. Kunjungan Nona suatu kehormatan bagi saya,” kata Pak Aris.
“Baiklah, terimakasih sudah mengijinkan saya berkunjung ke rumah Bapak. Jam 4 nanti, saya tunggu Bapak di lobby.”
“Baik, Nona. Sekali lagi terimakasih atas kebaikan Nona.”
Senja tersenyum lalu mengangguk. Kemudian ia pergi meninggalkan Pak Aris yang sedang terkagum-kagum akan kebaikan atasannya itu.
“Ternyata Nona Senja sangat baik sekali. Sama seperti Tuan Andika yang selalu baik pada bawahannya. Orang-orang baik seperti mereka semoga selalu dipermudah oleh Tuhan segala urusannya.”
Untuk orang yang tidak punya seperti Pak Aris, cara terbaik untuk membalas kebaikan seseorang adalah dengan mendo'akannya.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 145 Episodes
Comments
Titha Tantya
jatuh cinta sama kepribadiannha senja.. sampe berkaca2 aku bacanya 😥
2022-11-09
0
♡momk€∆π♡
senja kamu jg berhati malaikat 🥰 Malaika tak bersayap💕💕
2022-10-14
0
Nanda Lelo
eeeh,, kok aku berkaca-kaca y
2022-09-24
0