Jam 7 malam Senja nampak meninggalkan rumahnya dengan mengendarai mini cooper kesayangannya yang sudah diperbaiki. Ia teringat ada janji dengan Viona untuk mentraktirnya berbelanja. Senja menuju ke salah satu mall terbesar di kota itu. Viona sudah lebih dulu menunggunya disana.
“Senja,” panggil Viona sambil melambaikan tangannya ke arah Senja.
Senja mengikuti arah suara itu. Ia berhasil menemukan Viona yang berdiri menunggunya di samping eskalator.
“Sudah lama sampai?” tanya Senja.
“Baru saja,” jawab Viona.
“Ya sudah, ayo kita naik ke atas. Kau mau beli apa?”
“Hmmm sepertinya aku mau beli sepatu dan tas saja.”
“Baiklah. Hari ini aku traktir semuanya.”
“Kau serius, Senja?”
“Tentu. Kan aku sudah bilang kemarin. Ayo!”
Senja menarik tangan Viona untuk mengikutinya menaiki eskalator. Viona sangat senang ternyata Senja benar-benar ingin membelanjakannya. Mereka terlihat masuk dari satu toko ke toko lain.
“Model tasnya tidak ada yang matching sama sepatu,” keluh Viona saat kelelahan mencari yang sesuai keinginannya.
“Sepertinya aku tau dimana tempat yang bagus. Kau mau tas yang matching sama sepatu kan?” tanya Senja yang diangguki Viona.
“Aku tau tempatnya. Kita naik ke lantai tiga,” kata Senja lagi.
Viona hanya mengikuti Senja saja. Sepertinya Senja tau toko mana yang akan mereka tuju. Saat sudah berada di lantai 3, Senja dan Viona berhenti di sebuah butik khusus tas dan sepatu.
Di depan butik itu terpampang wajah Nesya dan seorang selebgram terkenal dalam sebuah banner, mereka terlihat sedang mengenakan produk tas dan sepatu. Ya, itu adalah butik milik Nesya.
“Ini bukannya punya sepupumu?” tanya Viona.
“Kau benar. Disini kualitasnya juga sangat bagus. Modelnya juga sangat up to date. Kita beli disini saja, ya,” jawab Senja.
“Kau bayar juga ya kalau belanja disini? Aku kira gratis. Kan punya sepupumu.”
“Ya bayarlah. Dia kan juga butuh modal untuk butiknya. Ini namanya mendukung usaha keluarga. Ayo masuk.”
Senja dan Viona pun masuk ke dalam butik milik Nesya. Viona mulai melihat-lihat produk tas dan sepatu yang ada disana. Sepertinya banyak sekali pilihan yang membuatnya bingung. Produk disana sangat bagus-bagus.
Senja juga ikut memilih tas dan sepatu disana. Ia memilih tas dan sepatu senada berwarna biru muda, sedangkan Viona memilih warna nude pink.
Setelah selesai berbelanja, mereka mampir ke salah satu restoran disana sebelum pulang untuk mengisi perut yang sudah lapar. Begitu makanan yang dipesan sampai, mereka pun tak sabar untuk langsung menyantapnya.
“Senja, apa kau dekat dengan kakak sepupumu itu?” tanya Viona di sela makannya.
“Hmmm lumayan, sih. Tapi sejak pulang dari luar negeri aku belum pernah bertemu dengannya lagi. Mungkin nanti, pas makan malam bersama keluarga besar sekaligus membicarakan perjodohannya,” jawab Senja sambil mengunyah makanannya.
“Perjodohannya? Dia mau dijodohkan? Sama siapa?” tanya Viona penasaran.
“Sama anak Tuan Dirgantara,” jawabnya singkat.
“Apa? Kau yang benar.”
“Untuk apa aku bohong. Papaku sendiri yang bilang.”
“Wah, beruntung sekali sepupumu itu. Kau tau, anak Tuan Dirgantara itu pria paling sempurna yang pernah aku temui. Sudah tampan, cerdas, pintar berbisnis, kalau soal kekayaan jangan diragukan lagi. Nomor 1 pokoknya.”
Viona mengacungkan telunjuknya pas di depan wajah Senja. Ia terlalu semangat mendeskripsikan kesempurnaan anak Tuan Dirgantara.
“Sepertinya kau tertarik padanya,” tebak Senja.
“Aku rasa cuma wanita yang buta saja yang tidak tertarik padanya. Pesonanya itu tidak bisa ditolak. Kau juga pasti akan jatuh hati kalau melihatnya,” jawab Viona.
Senja hanya mengangkat bahunya sekilas. Ia tidak peduli pada anak Tuan Dirgantara. Yang muncul di kepalanya hanyalah Tuan Muda yang sudah melindunginya kemarin.
Mana mungkin aku jatuh hati pada Tuan Muda Dirgantara. Bagiku yang paling sempurna saat ini adalah malaikat penolongku saja. Huffffttt, tapi siapa namanya, ya? Ah, aku makin penasaran saja dengannya.
“Tapi aku rasa sepupumu dan anak Tuan Dirgantara tidak cocok.”
“Kenapa kau bilang begitu?”
“Tuan Muda Dirgantara itu terkenal sangat pendiam, dingin dan jarang bergaul kecuali urusan bisnis. Kalau sepupumu kan setauku suka sekali berpesta. Teman-temannya juga banyak dari kalangan artis. Kalau mereka sampai menikah, aku tidak bisa membayangkan. Bisa-bisa mereka bertengkar setiap hari karena tidak sejalan.”
“Ah, kau ini seperti orang yang sudah berpengalaman dalam menikah saja.”
“Aku serius. Apalagi aku dengar-dengar gosipnya.....”
“Gosip apa?”
“Kak Nesya itu pergaulannya bebas kan?” tanya Viona dengan suara yang pelan bahkan hampir berbisik.
“Hmmmm tidak tau juga, sih. Tapi aku yakin dia anak baik. Dia pasti bisa menjaga kehormatannya.”
“Ya, semoga saja. Kau sendiri bagaimana? Tidak dijodohkan juga?”
“Tidak ah, aku tidak mau dijodohkan seperti dia.”
“Hahaha kau trauma dijodohkan dengan Riko, ya?”
“Itu tau. Lagipula aku sudah ada seseorang yang aku sukai.”
“Siapa?” tanya Viona penasaran.
“Rahasia. Kalau sudah pasti, baru aku akan memberitahumu.”
“Ah, kau ini. Paling bisa buat orang penasaran.”
Senja tidak menjawab lagi. Yang jelas saat ini hanya ada satu orang yang selalu mengganggu pikirannya. Dan orang itu adalah pria yang dia anggap sebagai malaikat penolongnya.
Kurang lebih sejam menghabiskan waktu untuk makan dan mengobrol akhirnya mereka berniat pulang dari mall tersebut karena sudah hampir jam 10 malam.
Mereka berpisah di parkiran. Senja pulang dengan mobilnya sendiri, begitu juga dengan Viona.
Senja memutar musik di dalam mobilnya untuk menemani kesendiriannya selama di perjalanan. Suasana sudah semakin gelap. Hanya lampu-lampu jalan dan lampu kendaraan yang lalu lalang menjadi penerang.
Tiba di sebuah jalan yang tak ramai dilalui kendaraan, dua buah motor besar menghadang mobil Senja dengan berhenti mendadak tepat di depan mobilnya.
Ciiitttttttttt.
Mobil berdecit saat Senja mengerem mobilnya secara mendadak. Matanya melotot saat melihat ada dua orang preman yang sudah menghadangnya. Tak lama muncul lagi satu mobil yang ikut berhenti di dekat mereka.
“Siapa mereka? Kenapa tiba-tiba menghalangi jalanku? Jangan-jangan mereka mau merampokku.”
Senja terlihat sangat panik saat itu.
“Papa. Aku harus telfon Papa sekarang.”
Senja dengan cepat mengeluarkan handphone-nya dari dalam tas.
Tit. Tit. Tit.
Layar handphone-nya menjadi gelap. Dia kehabisan baterai.
“Sialll! Kenapa baterainya harus habis di saat genting begini.”
Senja semakin ketakutan. Apalagi kedua preman tadi mulai berjalan ke arah mobilnya. Tapi yang menjadi perhatian Senja adalah pria yang baru saja keluar dari mobil di depannya. Ia seperti mengenali pria itu.
“Riko?”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 145 Episodes
Comments
Titha Tantya
nah loh si riko muncul.. aigooo.. gmn nasibnya senja...😱
2022-11-09
0
Nanda Lelo
dendam tuh si Riko,, dasar sampah masyarakat nih orang
2022-09-24
0
Mommy K3
Tuh kan beneran modelan Riko mah seorang laki2 pecundang, gak gentle
2022-07-29
0