“Selamat datang di perusahaan kami, Tuan Bumi Dirgantara,” sambut ayah Senja yakni Tuan Andika kepada Bumi yang baru saja tiba di ruang meeting di perusahaannya tempat mereka akan membicarakan kerjasama kedua perusahaan.
Bumi datang mewakili perusahaan ayahnya bersama asistennya, Jefri.
“Terimakasih sambutannya, Tuan. Senang sekali rasanya bisa terlibat langsung untuk kerjasama dengan perusahaan Tuan Andika,” balas Bumi penuh kewibawaan.
“Saya juga turut senang perusahaan Tuan Dirgantara masih bersedia bekerjasama dengan perusahaan kami. Oh iya, hampir lupa. Untuk proyek kali ini anak saya juga ikut ambil andil dalam pelaksanaannya, Tuan. Saya harap Tuan tidak keberatan,” kata Tuan Andika pada Bumi.
Kemudian Tuan Andika meminta Senja yang juga ada disana untuk ikut menyambut kedatangan Bumi sebagai client mereka.
“Senja, nantinya kau akan banyak berurusan dengan Tuan Bumi, karena Tuan Bima sudah mempercayakan proyek ini pada Tuan Bumi,” kata Tuan Andika lagi.
Senja pun mengulurkan tangannya kepada Bumi. “Senang bisa bekerjasama dengan anda, Tuan Muda Dirgantara,” sapa Senja dengan profesional.
Bumi tentu dengan senang hati menyambut uluran tangan Senja. “Sama-sama, Nona Senja. Saya harap kita bisa menjadi partner kerja yang baik,” balas Bumi lalu melepaskan tangannya.
“Baiklah kalau begitu mari kita mulai meeting kita hari ini,” kata Tuan Andika memulai meeting kerjasama mereka.
Senja duduk di sebelah ayahnya, sementara Bumi dan asistennya duduk berseberangan dengan mereka. Sepanjang meeting berlangsung, baik Bumi maupun Senja tak terlihat seperti dua orang yang sudah saling mengenal dengan baik. Mereka cukup profesional dan sangat serius saat bekerja.
Di tengah-tengah meeting tiba-tiba handphone Senja bergetar. Ternyata ada satu pesan yang masuk disana.
“Hari ini cuacanya bagus. Mau melihat matahari terbenam bersama lagi?”
Senja terkejut. Dia melihat ke arah Bumi. Pria itu tampak sedang serius mengamati persentase di depan. Rasanya bukan Bumi yang mengirimkan pesan itu.
Senja pun membalas pesan itu. “Maaf, ini siapa, ya?”
Setelah itu Senja meletakkan lagi handphone-nya ke atas meja. Tak lama handphone itu bergetar lagi. Senja pun kembali memeriksa handphone-nya.
“Malaikat Pelindungmu.”
Setelah membaca balasan pesan itu, Senja kembali melihat ke arah Bumi. Kali ini Bumi juga menatapnya lalu menganggukkan kepalanya dengan samar seolah memberi kode bahwa itu adalah dirinya.
Senja langsung tersenyum, ia tak membalas lagi pesan itu. Tak lama Bumi mengirimkan pesan lagi padanya.
“Bagaimana? Bersedia?”
Senja langsung membalas pesan tersebut. “Tuan Dirgantara bisa kecewa kalau tau perwakilan perusahaannya tidak fokus saat meeting.”
Bumi membaca pesan dari Senja, lalu ia memasang wajah datarnya kembali. Melihat ekspresi Bumi seperti itu, Senja bisa menebak Bumi sedang kesal padanya. Dengan sekuat tenaga Senja berusaha untuk menahan tawanya saat melihat wajah Bumi.
Selang beberapa waktu kemudian meeting pun selesai. Sebelum meninggalkan perusahaan itu, Bumi sempat berbisik pada Senja saat berpamitan pulang.
“Jadi, bagaimana? Mau melihat matahari terbenam bersama lagi?” tanya Bumi.
“Tunggu saja disana kalau mau tau jawabannya,” jawab Senja pura-pura acuh.
Kali ini Bumi langsung memutar bola matanya dengan malas. Ia merasa Senja sengaja mempermainkannya. Sementara Senja hanya bisa menahan tawanya melihat Bumi berhasil dikerjainya.
***
Saat perjalanan kembali ke kantornya, Bumi tampak tersenyum sendiri sambil melihat handphone-nya. Ternyata ia sedang membaca ulang pesan yang Senja kirimkan saat meeting tadi.
Jefri melirik Tuannya dari kaca spion depan. Sungguh pemandangan yang sangat langka. Kalau saja dia tidak sedang sibuk menyetir mobil, mungkin sudah dia rekam saat Bumi senyum-senyum sendiri seperti itu.
Jefri dapat menebak, itu pasti ada kaitannya dengan Senja. Bumi memang selalu nampak berbeda saat berada di dekat Senja. Senja seperti memberikan warna baru bagi hidup Bumi yang dulunya abu-abu. Semenjak mengenal Senja, Bumi tampak lebih bersemangat menjalani hari-harinya.
Jefri sangat mengenal Bumi. Sejak kepergian ibu kandungnya, Bumi tak pernah lagi ceria seperti dulu. Ia selalu memasang wajah datar dan tak mau bergaul dengan orang lain kecuali untuk kepentingan bisnis. Tapi kali ini, Senja berhasil masuk ke dalam kehidupannya, mencuri perhatiannya dan mewarnai hidupnya.
Tuan, saya berdo'a semoga Tuan bisa hidup berdampingan dengan Nona Senja, bukan Nona Nesya. Saya yakin, Tuan akan menemukan kebahagiaan hidup Tuan kembali jika bersama Nona Senja. Kata Jefri mendo'akan Tuannya dalam hati.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 145 Episodes
Comments
Mary Bella
amin...semoga aja ya...semangat bumi
2023-08-23
0
Coco
semoga harapan Jefri terkabul yah
2023-06-07
0
Titha Tantya
interaksinya sungguh menggemaskan.. 🤭
semoga bumi gak ngasih harapan palsu karena bumi kan pngnnya menuruti nasehat ibunya
2022-11-09
0