Bab 18 - Hipotermia

...༻✿༺...

Kini Bella dan Ben duduk bersebelahan menghadap perapian. Kebetulan Lucky seorang perokok, jadi dia tidak pernah lupa membawa alat pemantik di kantong jaket.

Bella beberapa kali mengusap tangannya. Berusaha memberikan rasa panas untuk tubuhnya sendiri. Sesekali gadis itu akan menyodorkan telapak tangan ke arah perapian.

Ben duduk dengan tenang. Dia terpaku menatap kobaran api yang ada di perapian. Entah apa yang sedang dipikirkan oleh pria tersebut.

"Hal terakhir yang kuingat di malam itu adalah badai salju," celetuk Ben. Menyebabkan Bella otomatis menoleh.

"Malam apa?" tanya Bella. Menatap Ben dengan sudut matanya.

"Aku tidak tahu. Itulah masalahnya, Dokter. Aku melupakan beberapa hal penting di malam itu..." jelas Ben ambigu.

Bella memperhatikan Ben dari samping. Dia dapat melihat darah yang ada di kepala Ben membeku. Bella yang cemas segera menyentuh titik luka tersebut.

"Kau baik-baik saja kan?" tanya Bella. Tangannya sudah menempel ke kepala Ben yang berdarah. Kulit pria itu terasa sangat dingin.

"Oh my god! Kau ternyata lebih kedinginan dariku," ujar Bella yang merasa kaget.

Ben tidak bisa berkata-kata. Ia bahkan mulai kesulitan mengontrol nafas. Meskipun begitu, Ben mengambil ponsel dari saku mantel dan menyuruh Bella menghubungi Jimmy.

"Suruh Jimmy untuk menjemput!" perintah Ben. Seluruh tubuhnya menggigil hebat. Keadaan seolah terbalik. Padahal jelas kalau tadi Bella-lah yang tidak memakai mantel saat di luar. Kemungkinan selimut dan perapian-lah yang telah menyelamatkan Bella. Warna kebiruan di bibirnya juga tampak memudar.

"Bukankah sebaiknya kita menelepon 911? Mereka akan lebih mudah mencari kita dibandingkan Jimmy," usul Bella. Dia sudah mengetik angka 911 untuk dihubungi. Di Amerika sendiri, 911 merupakan panggilan yang dapat dilakukan saat mengalami masalah darurat. Ben otomatis mengangguk setuju. Lagi pula usulan Bella ada benarnya.

Bella memberitahu lokasi dimana dirinya dan Ben berada. Dia juga tidak lupa mengatakan insiden kecelakaan mobil yang sempat terjadi. Selanjutnya, Bella dan Ben hanya perlu menunggu.

Setengah jam berlalu. Hujan salju justru semakin lebat. Gundukan salju yang ada di tanah bahkan menebal sampai membuat jalanan tak terlihat. Perapian yang ada perlahan meredup. Rasa dingin kembali menusuk.

Demi menambah kehangatan, Bella menutup semua pintu dan jendela rapat-rapat. Dia mengganjalnya dengan barang-barang berat. Seperti lemari, meja, dan kursi.

Jujur saja, baik Bella maupun Ben sedang sama-sama kedinginan. Namun entah kenapa Ben merasa menggigil lebih parah dari pada Bella. Mungkin luka dikepalanya yang menjadi penyebab utama.

Akibat saking dinginnya, darah keluar dari lubang hidung Ben. Pria itu kewalahan mengatasinya. Sehingga mengharuskan Bella turun tangan.

Bella menjadikan kain kumal yang ditemukannya untuk mengelap darah Ben. Bibir Ben membiru. Ia juga kesulitan untuk bicara. Manik biru Ben terus menatap lurus ke arah Bella. Seolah ada yang ingin dia katakan.

"Ben, aku akan melakukan sesuatu untuk membuat kita berdua hangat." Bella membuka kancing kemeja Ben satu per satu. Sampai otot perut Ben yang atletis terpampang di depan mata. Namun Bella sama sekali tidak memperdulikan itu. Dia berada di keadaan genting sekarang.

Setelah melepas semua kancing kemeja Ben. Bella lantas membuka jaket dan kaos atasannya. Tampilan gadis itu sekarang hanya mengenakan bra dan celana jeans. Selanjutnya, Bella langsung memeluk Ben dengan erat. Kemudian menggunakan selimut untuk mengurung tubuhnya dan Ben.

Dada Bella dan Ben saling bersentuhan. Rasa hangat perlahan mulai menjalar ke seluruh tubuh mereka. Keduanya sama-sama mengatur nafas yang terus memburu.

Bella memejamkan mata rapat-rapat. Hal serupa juga dilakukan oleh Ben. Pelukan mereka sangat erat. Bella bahkan sudah tidak peduli dada sucinya menempel dengan dada Ben. Mereka juga dapat merasakan detak jantung satu sama lain. Tempo detak jantung keduanya memacu lebih cepat karena gejala hipotermia.

"Kapan 911 tiba ke sini?..." tanya Ben lirih.

"Entahlah, yang pasti kita harus bertahan hidup sebisa mungkin..." Bella menjawab dengan suara seadanya.

Ben semakin mengeratkan pelukan. Dia menenggelamkan wajahnya ke ceruk leher Bella. Menyebabkan Bella tidak kuasa menahan darah yang berdesir di sekujur badannya.

Bruk!

Suara keributan dari arah jendela terdengar. Membuat Ben dan Bella sontak kaget. Keduanya langsung menengok ke sumber suara.

Pintu jendela terlihat jebol. Desiran angin bersalju seketika masuk ke dalam. Bella yang cemas, berniat bangkit untuk memperbaiki. Akan tetapi Ben tidak membiarkan.

"Bertahanlah sebentar..." perintah Ben dengan suara pelan.

"Tidak Ben. Jika kita membiarkan jendela itu terbuka, rasa dingin akan semakin bertambah!" sahut Bella. Dia meninggalkan Ben sebentar.

Bella mengenakan jaketnya kembali. Menarik resleting jaket hingga ke leher. Kemudian melakukan sesuatu untuk menutup jendela.

Dengan susah payah Bella mendorong lemari untuk menutupi jendela. Untung saja gadis itu tidak lemah. Dia mempunyai tenaga yang memadai. Karena usahanya tersebut, kini jendela dapat tertutup.

Bella mendengus lega. Ia segera berbalik dan menghampiri posisi Ben. Betapa terkejutnya Bella, ketika menyaksikan Ben sudah meringkuk di lantai.

"Bertahanlah! Aku yakin regu penyelamat akan tiba ke sini secepatnya," ujar Bella sembari membuka jaketnya. Lalu membawa Ben masuk ke dalam pelukan.

Bella membiarkan kepala Ben menyandar ke dada. Dia berusaha memberikan kehangatan semaksimal mungkin.

Ben merasa tubuhnya terasa kaku. Meskipun begitu, dia mencoba melingkarkan tangannya ke tubuh Bella. Ben melakukannya agar dia bisa mendapatkan kehangatan yang lebih. Hingga pada akhirnya pria itu menenggelamkan wajah ke bagian belahan dada Bella.

Mata Bella membulat sempurna. Dia tentu merasa kaget terhadap sentuhan wajah Ben yang tiba-tiba. Namun Bella paham betul bahwasanya Ben hanya berusaha mencari kehangatan. Gadis itu memutuskan untuk mempercayai Ben. Bella yakin, Ben bukan tipe lelaki yang kurang ajar. Mengingat sikap dingin yang diberikannya kepada semua wanita.

Lama-kelamaan, hujan salju mulai reda. Bella dan Ben masih dalam posisi saling mendekap. Karena pemikiran cerdik Bella, Ben bisa mencegah serangan hipotermia.

Bella dan Ben akhirnya telentang di lantai. Mereka menyatu dalam gulungan selimut tebal. Keduanya tidak sengaja tertidur.

Sementara dari luar rumah, gundukan salju tampak sangat tebal. Jalur transportasi menjadi tersendat. Kemungkinan regu penyelamat akan datang terlambat.

Tidak terasa pagi telah tiba. Ben perlahan bangun dari tidur. Dia kaget saat menemukan wajahnya tenggelam di dada Bella. Gadis itu telentang ke samping. Membuat tampilan belahan dadanya semakin nampak.

Ben lekas-lekas menjauh dari Bella. Jantungnya berdebam bak gendang yang ditabuh. Dia tak tahu kenapa. Namun Ben merasa agak syok.

Sinar matahari yang cerah menembus jendela. Memberikan pendar ke arah Bella. Menyebabkan kulit gadis itu tampak mengkilap dan bercahaya. Ben sempat termangu akan hal tersebut.

Ben mengerjapkan mata dengan pelan. Dia mencoba mengingat kejadian kemarin malam. Ben ingat betul apa yang sudah dilakukan Bella. Alhasil pria itu kini menutupi tubuh Bella dengan selimut. Sementara dirinya akan berusaha mencari bantuan.

..._____...

Catatan Kaki :

Hipotermia : Penurunan suhu tubuh secara drastis yang berpotensi berbahaya. Penyebab yang paling umum adalah berada di lingkungan bersuhu dingin dalam waktu yang lama.

Terpopuler

Comments

Yenie Yul Rompis

Yenie Yul Rompis

begitu caranya🤣🤣🤣

2022-04-13

1

friyana

friyana

weleh weleh dada Bella udah gak suci lagi.. ga papa lah yg penting nyawa ben gak melayang gara gara hipotermia 😄😄

2022-04-12

1

Wina Yuliani

Wina Yuliani

badai salju pembawa nikmat y ben😅
tau aja c ben bagian mana yg bisa bikin hangat..... semoga ben sedikit luluh dan bisa lbh terbuka lg sama bella😊😊😊😊

2022-04-12

2

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 - Diremehkan
2 Bab 2 - Demensia
3 Bab 3 - Digandrungi Banyak Pria
4 Bab 4 - Anxiety Disorder (Gangguan Kecemasan)
5 Bab 5 - Rencana Red Rose
6 Bab 6 - Dia Selingkuh? [Bonus Visual]
7 Bab 7 - Pasien Misterius
8 Bab 8 - Ben Mayers
9 Bab 9 - Kepribadian Ganda
10 Bab 10 - Keberhasilan Bella
11 Bab 11 - Serasa Dilecehkan Pacar Sendiri
12 Bab 12 - Ke Rumah Ben
13 Bab 13 - Terjebak
14 Bab 14 - Dream A Little Dream Of Me
15 Bab 15 - Insomnia
16 Bab 16 - Diculik
17 Bab 17 - Ketidakpedulian Ben
18 Bab 18 - Hipotermia
19 Bab 19 - Masih Dingin, Sedingin Salju
20 Bab 20 - Depresi [Stay, and Love Yourself]
21 Bab 21 - Dipaksa Ikut
22 Bab 22 - Ben is a Trouble Maker
23 Bab 23 - Lucky And The Gang
24 Bab 24 - Satu-Satunya Wanita
25 Bab 25 - Menjadi Penolongmu Lagi
26 Bab 26 - Mencari Tahu Identitas Red Rose
27 Bab 27 - Ben Harus Berjuang Sendiri
28 Bab 28 - Seribu Bunga Dalam Seratus Buket
29 Bab 29 - Undangan Pesta
30 Bab 30 - Tidak Sengaja Bertemu
31 Bab 31 - Malam Yang Tak Di Ingat
32 Bab 32 - Tanda Merah Misterius
33 Bab 33 - Yang Terjadi Malam Itu...
34 Bab 34 - Menghilang & Keonaran
35 Bab 35 - Bantuan Tak Terduga
36 Bab 36 - Ben Salah Tingkah
37 Bab 37 - Menganalisis Perasaan
38 Bab 38 - Menguak Masa Lalu Ben [1]
39 Bab 39 - Menguak Masa Lalu Ben [2]
40 Bab 40 - Menguak Masa Lalu Ben [3]
41 Bab 41 - Pesona Bella
42 Bab 42 - Lucky Is A Monster!
43 Bab 43 - Ciuman Pertama Lucky
44 Bab 44 - Seperti Dongeng Putri Tidur
45 Bab 45 - Musuh Dalam Selimut
46 Bab 46 - Ternyata Hanya...
47 Bab 47 - Panggilan Bella
48 Bab 48 - Kau Datang Terlalu Cepat, Bodoh!
49 Bab 49 - Terapi Di Luar Ruangan
50 Bab 50 - Riset Tentang Cinta
51 Bab 51 - Rencana Pergi Ke Hawai
52 Bab 52 - Justin Menolak?
53 Bab 53 - Tawaran Mengejutkan
54 Bab 54 - Ranjang Pemula
55 Bab 55 - Banyak Gangguan
56 Bab 56 - Pengakuan Bella
57 Bab 57 - Perkelahian!
58 Bab 58 - Pernyataan Cinta Ben
59 Bab 59 - Pengkhianat Sejati
60 Bab 60 - Sad Boy
61 Bab 61 - Hari Pernikahan Yang Kacau
62 Bab 62 - Justin Tetap Menyebalkan!
63 Bab 63 - Rencana Baru
64 Bab 64 - Ben Bebas
65 Bab 65 - Kemurkaan Lucky
66 Bab 66 - Masa Lalu Nan Kelam
67 Bab 67 - Masa Pemulihan [Lucky Telah Pergi]
68 Bab 68 - Sama-Sama Sibuk
69 Bab 69 - Ayo Kita Menikah!
70 Bab 70 - Ending [Menerima Apa Adanya Kamu]
71 Pengumuman
72 Novel Baru
73 Novel Baru Konflik Rumah Tangga
74 Novel Baru Gairah Cinta Zerin & Zidan
75 Novel Baru
76 NOVEL WANITA KUAT
Episodes

Updated 76 Episodes

1
Bab 1 - Diremehkan
2
Bab 2 - Demensia
3
Bab 3 - Digandrungi Banyak Pria
4
Bab 4 - Anxiety Disorder (Gangguan Kecemasan)
5
Bab 5 - Rencana Red Rose
6
Bab 6 - Dia Selingkuh? [Bonus Visual]
7
Bab 7 - Pasien Misterius
8
Bab 8 - Ben Mayers
9
Bab 9 - Kepribadian Ganda
10
Bab 10 - Keberhasilan Bella
11
Bab 11 - Serasa Dilecehkan Pacar Sendiri
12
Bab 12 - Ke Rumah Ben
13
Bab 13 - Terjebak
14
Bab 14 - Dream A Little Dream Of Me
15
Bab 15 - Insomnia
16
Bab 16 - Diculik
17
Bab 17 - Ketidakpedulian Ben
18
Bab 18 - Hipotermia
19
Bab 19 - Masih Dingin, Sedingin Salju
20
Bab 20 - Depresi [Stay, and Love Yourself]
21
Bab 21 - Dipaksa Ikut
22
Bab 22 - Ben is a Trouble Maker
23
Bab 23 - Lucky And The Gang
24
Bab 24 - Satu-Satunya Wanita
25
Bab 25 - Menjadi Penolongmu Lagi
26
Bab 26 - Mencari Tahu Identitas Red Rose
27
Bab 27 - Ben Harus Berjuang Sendiri
28
Bab 28 - Seribu Bunga Dalam Seratus Buket
29
Bab 29 - Undangan Pesta
30
Bab 30 - Tidak Sengaja Bertemu
31
Bab 31 - Malam Yang Tak Di Ingat
32
Bab 32 - Tanda Merah Misterius
33
Bab 33 - Yang Terjadi Malam Itu...
34
Bab 34 - Menghilang & Keonaran
35
Bab 35 - Bantuan Tak Terduga
36
Bab 36 - Ben Salah Tingkah
37
Bab 37 - Menganalisis Perasaan
38
Bab 38 - Menguak Masa Lalu Ben [1]
39
Bab 39 - Menguak Masa Lalu Ben [2]
40
Bab 40 - Menguak Masa Lalu Ben [3]
41
Bab 41 - Pesona Bella
42
Bab 42 - Lucky Is A Monster!
43
Bab 43 - Ciuman Pertama Lucky
44
Bab 44 - Seperti Dongeng Putri Tidur
45
Bab 45 - Musuh Dalam Selimut
46
Bab 46 - Ternyata Hanya...
47
Bab 47 - Panggilan Bella
48
Bab 48 - Kau Datang Terlalu Cepat, Bodoh!
49
Bab 49 - Terapi Di Luar Ruangan
50
Bab 50 - Riset Tentang Cinta
51
Bab 51 - Rencana Pergi Ke Hawai
52
Bab 52 - Justin Menolak?
53
Bab 53 - Tawaran Mengejutkan
54
Bab 54 - Ranjang Pemula
55
Bab 55 - Banyak Gangguan
56
Bab 56 - Pengakuan Bella
57
Bab 57 - Perkelahian!
58
Bab 58 - Pernyataan Cinta Ben
59
Bab 59 - Pengkhianat Sejati
60
Bab 60 - Sad Boy
61
Bab 61 - Hari Pernikahan Yang Kacau
62
Bab 62 - Justin Tetap Menyebalkan!
63
Bab 63 - Rencana Baru
64
Bab 64 - Ben Bebas
65
Bab 65 - Kemurkaan Lucky
66
Bab 66 - Masa Lalu Nan Kelam
67
Bab 67 - Masa Pemulihan [Lucky Telah Pergi]
68
Bab 68 - Sama-Sama Sibuk
69
Bab 69 - Ayo Kita Menikah!
70
Bab 70 - Ending [Menerima Apa Adanya Kamu]
71
Pengumuman
72
Novel Baru
73
Novel Baru Konflik Rumah Tangga
74
Novel Baru Gairah Cinta Zerin & Zidan
75
Novel Baru
76
NOVEL WANITA KUAT

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!