Bab 4 - Anxiety Disorder (Gangguan Kecemasan)

...༻✿༺...

Sebuah apertemen mewah. Di sanalah biasanya Bella beraksi menjadi Red Rose. Cecil dan Brian juga ikut menemaninya. Bella sekarang tengah menunggu kedatangan pasien yang bernama Emerald.

"Bella, bukankah seharusnya kau memakai pakaian rapi? Jujur, aku lelah melihatmu yang terus tidak peduli dengan penampilan. Kau itu cantik. Kau akan tampak luar biasa jika berdandan. Pasienmu pasti juga akan merasa nyaman," cetus Brian yang sedang duduk santai di sofa. Menyebabkan Bella menatap malas ke arahnya.

Bella memang cantik. Namun semenjak menjadi orang di balik nama Red Rose, dia sudah malas berdandan. Bella sekarang mengutamakan pasiennya. Dia hanya tampil apa adanya dengan celana jeans dan jaket hodie. Agar terlihat rapi, biasanya Bella menggelung rambut panjangnya ke atas.

"Sebelum kau mengkritik orang, kau lebih baik bercermin dahulu," balas Bella. Dia menilik penampilan Brian dari ujung kaki hingga kepala. Pria itu memiliki penampilan yang lebih acak-acakan dari Bella.

Brian Patrow. Dia adalah pria berbadan jangkung. Bertubuh atletis, tatoan dan berkulit kecokelatan. Dia selalu menggerai rambutnya yang panjang sebahu. Mengenakan celana jeans sobek serta kaos lusuh yang mungkin tidak dicuci tiga hari lebih.

"Aku hanya ingin kau tampak berwibawa di depan pasienmu. Pengobatan yang kau berikan pasti akan memberikan kesan kuat," terang Brian. Dia menaikkan kedua kaki ke atas meja. Saat itulah Cecil menendang betisnya. Sebab Brian mengganggu kegiatan bersih-bersih Cecil.

"Brian, kau tahu nama negara yang kita tinggali ini bukan?" tukas Bella seraya memasang gaya berkacak pinggang.

"Amerika?" Brian mengangkat salah satu alisnya. Berusaha memahami maksud Bella.

"Benar! Ini Amerika. Harusnya kau mengerti maksudku," balas Bella tak acuh. Ucapannya berhasil membungkam mulut Brian. Ya, siapa yang bisa membantah. Amerika memang negara liberal. Bebas dalam segala hal. Baik berpendapat, bercinta apalagi dalam hal berpakaian.

...***...

Setelah sekian menit berlalu. Emerald akhirnya datang di waktu yang tepat. Dia sengaja datang sendiri atas saran dari Bella. Toh Emerald juga berupaya menyembunyikan kecemasan yang dideritanya dari siapapun.

Emerald Winston. Seorang istri dari pengusaha sukses di bidang bangunan. Emerald terlihat mengenakan pakaian rapi. Dia berusia 38 tahun. Tetapi sebagian rambutnya tampak sudah memutih. Dari sana Bella dapat menyimpulkan, Emerald pasti mengalami stress yang berat.

Emerald dipersilahkan duduk di sofa. Dia duduk berhadapan dengan Bella. Cecil yang bertugas membuatkan minuman, segera menyerahkan secangkir teh untuk Emerald.

"Aku sudah sering mendengar tentangmu. Aku sangat senang bisa menemuimu sekarang." Emerald membuka pembicaraan dengan Bella. Dia tentu hanya mengenal Bella sebagai Red Rose.

"Terima kasih sudah memilihku. Aku sangat menghargainya. Padahal dari yang aku tahu, kau sudah bertemu dengan dokter lain sebelumnya," tanggap Bella.

"Iya, Dokter Corine. Dia hanya meresepkan obat untukku dan itu sama sekali tidak membantu," ungkap Emerald.

"Mungkin kita bisa langsung saja. Kau bisa ceritakan mengenai masalahmu. Buatlah dirimu merasa nyaman, Nona Winston. Jika kau membutuhkan apa-apa, silahkan beritahu aku..." Bella menuturkan dengan ramah. Hingga Emerald menganggukkan kepala.

"Oke... thank you very much..." Emerald mendadak memecahkan tangis. Padahal dia belum sama sekali bercerita. Kedua tangannya sudah gemetaran.

"Aku..." Emerald tersendat sejenak. Dia menggigit kukunya dengan gelisah. Emerald menatap Bella dengan ragu.

"Ya, kau bisa katakan kepadaku..." ujar Bella lembut.

"Aku takut kau akan merespon masalahku seperti dokter yang aku temui sebelumnya," ungkap Emerald.

"Kau tidak akan pernah tahu jika tidak mencoba." Bella memasang raut wajah meneduhkan. Ia berusaha meyakinkan Emerald.

"Baiklah..." Emerald memilih mempercayai Bella. Dia sesekali menghapus air matanya yang berjatuhan.

"Ini sebenarnya tentang masalah keluarga. Aku sangat menyayangi kedua anakku. Karena itulah aku bertahan dengan suamiku sampai sekarang." Emerald mulai bercerita.

"Kenapa dengan suamimu?" tanya Bella penuh empati.

"Dia berselingkuh, dan tidak hanya dengan satu wanita. Tapi... aku sebenarnya tidak masalah dengan itu..." ucap Emerald. Membuat Bella otomatis heran. Bagaimana bisa seorang istri merasa baik-baik saja jika suaminya berselingkuh? Meskipun begitu, Bella lebih memilih mendengar kelanjutan cerita Emerald.

"Masalahnya adalah... dia seringkali memukuliku saat marah. Dari mulai menampar, menendang, bahkan pernah sampai mencekik leherku. Aku merahasiakan semua ini sendirian, karena aku tidak ingin anak-anakku tahu. Mereka adalah segalanya bagiku..." Emerald meneruskan dengan deraian air mata. Dia mengingat dua wajah anaknya dalam bayangan.

"Ya Tuhan... hal seperti ini harusnya kau laporkan kepada polisi." Bella merasa prihatin dengan hal yang menimpa Emerald.

"Aku tidak bisa. Aku sendirian... maksudku, aku tidak punya siapapun lagi selain suami dan anak-anak. Semua orang tahu kami adalah keluarga harmonis. Setidaknya begitulah yang terlihat." Emerald menerima tisu yang disodorkan oleh Bella.

Emerald terus menangis. Sampai dia tidak mampu lagi melanjutkan cerita. Bella lantas berupaya menenangkan dengan cara berpindah duduk ke sebelah Emerald.

"Semuanya akan baik-baik saja." Bella membawa Emerald masuk ke dalam pelukan.

"Aku ingin menceraikan suamiku, tapi aku tidak bisa... aku takut semuanya malah tambah kacau." Emerald masih belum berhenti menangis.

"Apa yang kamu takutkan, Emerald? Beritahu aku?" Bella bertanya baik-baik. Akibat terbawa suasana, dia juga ikut-ikutan menangis. Namun Bella berusaha keras agar tidak berlebihan.

"Aku khawatir kedua anakku tidak akan bahagia lagi. Aku takut dia akan dirundung di sekolah dan banyak hal lagi yang aku takutkan!" Emerald melepas pelukan Bella. Lalu menutupi wajahnya dengan dua tangan.

"Apa mereka tahu tentang perselingkuhan suamimu?" tanya Bella yang langsung dijawab dengan gelengan kepala dari Emerald.

"Sudah kubilang aku merahasiakannya seorang diri," imbuh Emerald seraya menundukkan kepala.

"Tapi jika kau terus bertahan maka penderitaan itu akan terus menghantuimu. Kau harus memikirkan tentang kesehatan mentalmu, Emerald." Bella memegangi lengan Emerald dengan lembut.

"Aku tahu. Makanya aku datang kepadamu. Berharap kau bisa memberikan solusi untuk masalahku."

Bella menganguk. Suasana hening menyelimuti dalam sesaat. Hingga akhirnya Bella bangkit dari sofa. Dia berjalan ke depan jendela. Berpikir sejenak, kemudian berbalik kembali menatap Emerald.

"Izinkan aku bicara dengan suamimu," pungkas Bella. Ucapannya sukses membuat tangisan Emerald perlahan mereda.

"Tapi suamiku sangat membenci psikiater. Dia tidak akan bersedia," jawab Emerald khawatir.

"Benarkah?" Bella memiringkan kepala. Ia lagi-lagi berpikir. Hingga terlintaslah sebuah ide brilian dalam benaknya.

Bella mengembangkan senyuman dan berkata, "Serahkan kepadaku. Aku berjanji akan bicara dengan suamimu. Yang bisa kau lakukan saat pulang nanti adalah... ajak kedua anakmu untuk berlibur."

"Apa kau yakin tidak memerlukan bantuanku? Mu-mungkin aku bisa membujuknya." Emerald berbicara dengan tergagap. Ketika mengingat tentang suaminya, dia selalu saja merasa cemas.

"Percayalah kepadaku. Kau harus menenangkan pikiranmu, Emerald. Itulah yang terpenting. Aku yakin kau akan tenang saat menikmati waktu bersama kedua anakmu." Bella bertutur kata lembut.

Emerald akhirnya mengangguk. Dia memutuskan mempercayai Bella. Selanjutnya, Emerald diperbolehkan untuk pulang. Sebelum pergi, Bella tentu saja memberikan resep obat untuk Emerald.

"Minumlah saat semuanya tak terkendali. Terutama saat kau merasa cemas dan gemetaran. Kau mengalami gangguan kecemasan, Emerald. Makanya aku menyarankanmu untuk berlibur bersama orang yang kau cintai," ujar Bella dengan senyuman yang menenangkan.

"Terima kasih, Dokter Red. Terima kasih banyak." Emerald saling bersalaman dengan Bella.

"Aku akan mengabarimu jika sudah selesai bicara dengan suamimu," sahut Bella. Pembicaraannya dan Emerald berakhir.

..._____...

Catatan Kaki :

Anxiety Disorder (Gangguan Kecemasan) : Gangguan kesehatan mental yang ditandai dengan perasaan khawatir, cemas, atau takut yang cukup kuat untuk mengganggu aktivitas sehari-hari. Contoh gangguan kecemasan yaitu serangan panik, gangguan obsesif-kompulsif, dan gangguan stres pascatrauma.

Terpopuler

Comments

Kadek Pinkponk

Kadek Pinkponk

ceritanya bagus. plus dapat pengetauan
good job thor

2022-08-08

0

Anonymous

Anonymous

bgs thor...jd byk tau.

2022-07-15

0

Nopa

Nopa

semangat trs thor.byk pengetahuan baru dnovel ini👍

2022-05-29

2

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 - Diremehkan
2 Bab 2 - Demensia
3 Bab 3 - Digandrungi Banyak Pria
4 Bab 4 - Anxiety Disorder (Gangguan Kecemasan)
5 Bab 5 - Rencana Red Rose
6 Bab 6 - Dia Selingkuh? [Bonus Visual]
7 Bab 7 - Pasien Misterius
8 Bab 8 - Ben Mayers
9 Bab 9 - Kepribadian Ganda
10 Bab 10 - Keberhasilan Bella
11 Bab 11 - Serasa Dilecehkan Pacar Sendiri
12 Bab 12 - Ke Rumah Ben
13 Bab 13 - Terjebak
14 Bab 14 - Dream A Little Dream Of Me
15 Bab 15 - Insomnia
16 Bab 16 - Diculik
17 Bab 17 - Ketidakpedulian Ben
18 Bab 18 - Hipotermia
19 Bab 19 - Masih Dingin, Sedingin Salju
20 Bab 20 - Depresi [Stay, and Love Yourself]
21 Bab 21 - Dipaksa Ikut
22 Bab 22 - Ben is a Trouble Maker
23 Bab 23 - Lucky And The Gang
24 Bab 24 - Satu-Satunya Wanita
25 Bab 25 - Menjadi Penolongmu Lagi
26 Bab 26 - Mencari Tahu Identitas Red Rose
27 Bab 27 - Ben Harus Berjuang Sendiri
28 Bab 28 - Seribu Bunga Dalam Seratus Buket
29 Bab 29 - Undangan Pesta
30 Bab 30 - Tidak Sengaja Bertemu
31 Bab 31 - Malam Yang Tak Di Ingat
32 Bab 32 - Tanda Merah Misterius
33 Bab 33 - Yang Terjadi Malam Itu...
34 Bab 34 - Menghilang & Keonaran
35 Bab 35 - Bantuan Tak Terduga
36 Bab 36 - Ben Salah Tingkah
37 Bab 37 - Menganalisis Perasaan
38 Bab 38 - Menguak Masa Lalu Ben [1]
39 Bab 39 - Menguak Masa Lalu Ben [2]
40 Bab 40 - Menguak Masa Lalu Ben [3]
41 Bab 41 - Pesona Bella
42 Bab 42 - Lucky Is A Monster!
43 Bab 43 - Ciuman Pertama Lucky
44 Bab 44 - Seperti Dongeng Putri Tidur
45 Bab 45 - Musuh Dalam Selimut
46 Bab 46 - Ternyata Hanya...
47 Bab 47 - Panggilan Bella
48 Bab 48 - Kau Datang Terlalu Cepat, Bodoh!
49 Bab 49 - Terapi Di Luar Ruangan
50 Bab 50 - Riset Tentang Cinta
51 Bab 51 - Rencana Pergi Ke Hawai
52 Bab 52 - Justin Menolak?
53 Bab 53 - Tawaran Mengejutkan
54 Bab 54 - Ranjang Pemula
55 Bab 55 - Banyak Gangguan
56 Bab 56 - Pengakuan Bella
57 Bab 57 - Perkelahian!
58 Bab 58 - Pernyataan Cinta Ben
59 Bab 59 - Pengkhianat Sejati
60 Bab 60 - Sad Boy
61 Bab 61 - Hari Pernikahan Yang Kacau
62 Bab 62 - Justin Tetap Menyebalkan!
63 Bab 63 - Rencana Baru
64 Bab 64 - Ben Bebas
65 Bab 65 - Kemurkaan Lucky
66 Bab 66 - Masa Lalu Nan Kelam
67 Bab 67 - Masa Pemulihan [Lucky Telah Pergi]
68 Bab 68 - Sama-Sama Sibuk
69 Bab 69 - Ayo Kita Menikah!
70 Bab 70 - Ending [Menerima Apa Adanya Kamu]
71 Pengumuman
72 Novel Baru
73 Novel Baru Konflik Rumah Tangga
74 Novel Baru Gairah Cinta Zerin & Zidan
75 Novel Baru
76 NOVEL WANITA KUAT
Episodes

Updated 76 Episodes

1
Bab 1 - Diremehkan
2
Bab 2 - Demensia
3
Bab 3 - Digandrungi Banyak Pria
4
Bab 4 - Anxiety Disorder (Gangguan Kecemasan)
5
Bab 5 - Rencana Red Rose
6
Bab 6 - Dia Selingkuh? [Bonus Visual]
7
Bab 7 - Pasien Misterius
8
Bab 8 - Ben Mayers
9
Bab 9 - Kepribadian Ganda
10
Bab 10 - Keberhasilan Bella
11
Bab 11 - Serasa Dilecehkan Pacar Sendiri
12
Bab 12 - Ke Rumah Ben
13
Bab 13 - Terjebak
14
Bab 14 - Dream A Little Dream Of Me
15
Bab 15 - Insomnia
16
Bab 16 - Diculik
17
Bab 17 - Ketidakpedulian Ben
18
Bab 18 - Hipotermia
19
Bab 19 - Masih Dingin, Sedingin Salju
20
Bab 20 - Depresi [Stay, and Love Yourself]
21
Bab 21 - Dipaksa Ikut
22
Bab 22 - Ben is a Trouble Maker
23
Bab 23 - Lucky And The Gang
24
Bab 24 - Satu-Satunya Wanita
25
Bab 25 - Menjadi Penolongmu Lagi
26
Bab 26 - Mencari Tahu Identitas Red Rose
27
Bab 27 - Ben Harus Berjuang Sendiri
28
Bab 28 - Seribu Bunga Dalam Seratus Buket
29
Bab 29 - Undangan Pesta
30
Bab 30 - Tidak Sengaja Bertemu
31
Bab 31 - Malam Yang Tak Di Ingat
32
Bab 32 - Tanda Merah Misterius
33
Bab 33 - Yang Terjadi Malam Itu...
34
Bab 34 - Menghilang & Keonaran
35
Bab 35 - Bantuan Tak Terduga
36
Bab 36 - Ben Salah Tingkah
37
Bab 37 - Menganalisis Perasaan
38
Bab 38 - Menguak Masa Lalu Ben [1]
39
Bab 39 - Menguak Masa Lalu Ben [2]
40
Bab 40 - Menguak Masa Lalu Ben [3]
41
Bab 41 - Pesona Bella
42
Bab 42 - Lucky Is A Monster!
43
Bab 43 - Ciuman Pertama Lucky
44
Bab 44 - Seperti Dongeng Putri Tidur
45
Bab 45 - Musuh Dalam Selimut
46
Bab 46 - Ternyata Hanya...
47
Bab 47 - Panggilan Bella
48
Bab 48 - Kau Datang Terlalu Cepat, Bodoh!
49
Bab 49 - Terapi Di Luar Ruangan
50
Bab 50 - Riset Tentang Cinta
51
Bab 51 - Rencana Pergi Ke Hawai
52
Bab 52 - Justin Menolak?
53
Bab 53 - Tawaran Mengejutkan
54
Bab 54 - Ranjang Pemula
55
Bab 55 - Banyak Gangguan
56
Bab 56 - Pengakuan Bella
57
Bab 57 - Perkelahian!
58
Bab 58 - Pernyataan Cinta Ben
59
Bab 59 - Pengkhianat Sejati
60
Bab 60 - Sad Boy
61
Bab 61 - Hari Pernikahan Yang Kacau
62
Bab 62 - Justin Tetap Menyebalkan!
63
Bab 63 - Rencana Baru
64
Bab 64 - Ben Bebas
65
Bab 65 - Kemurkaan Lucky
66
Bab 66 - Masa Lalu Nan Kelam
67
Bab 67 - Masa Pemulihan [Lucky Telah Pergi]
68
Bab 68 - Sama-Sama Sibuk
69
Bab 69 - Ayo Kita Menikah!
70
Bab 70 - Ending [Menerima Apa Adanya Kamu]
71
Pengumuman
72
Novel Baru
73
Novel Baru Konflik Rumah Tangga
74
Novel Baru Gairah Cinta Zerin & Zidan
75
Novel Baru
76
NOVEL WANITA KUAT

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!