Bab 8 - Ben Mayers

...༻✿༺...

Sesosok lelaki melangkah masuk ke dalam apartemen Bella. Dia tidak lain adalah Ben Mayers. Pria yang pernah Bella temui saat berada di kantor Alfred.

"Halo, Tuan. Silahkan masuk..." Cecil yang tidak tahu tentang siapa Ben, berusaha menyambut dengan ramah.

Sementara Bella sibuk termangu. Dia tidak tahu harus berbuat apa. Baik mengusir atau menerima kedatangan Ben, keduanya terasa salah bagi Bella.

Tanpa sepatah kata pun, Ben melingus begitu saja melewati Cecil. Atensinya tertuju ke arah Bella. Ben sepertinya mengingat wajah Bella.

Ben memperhatikan Bella dari ujung kaki hingga kepala. Penampilan gadis itu sangat berbeda dibanding sebelumnya. Belum lagi keadaan Brian dan Cecil, yang terlihat sama lusuhnya.

Suasana terasa hening bak suasana di kuburan. Bahkan Brian yang biasanya cerewet ikut bungkam. Dia hanya saling bertukar tatapan bingung dengan Bella dan Cecil.

Ben menggeleng sambil meringiskan wajah. Dia memaklumi tindakan tiga orang di sekelilingnya. Ben menyimpulkan kalau Bella dan kawan-kawan pasti memiliki gangguan jiwa yang cukup parah.

Pikiran Ben masih bertanya-tanya mengenai keberadaan Red Rose. Kepalanya celingak-celingukan ke segala arah. Dia tidak tahu kalau orang yang dirinya cari sudah ada di depan mata.

Tidak lama kemudian, seorang lelaki tua muncul dari balik pintu. Namanya adalah Jimmy. Sekretaris pribadi Ben. Kebetulan Jimmy akan membantu Ben untuk melakukan konsultasi.

"Siapa dia? Bukankah aku menyuruhmu untuk datang sendiri?" Bella semakin tercengang. "Tunggu, tunggu. Kau Mr. X bukan? Pasien yang harusnya melakukan jadwal temu denganku sekarang?" tambahnya memastikan.

Ben dan Jimmy saling bertatapan. Ben tampak membisikkan sesuatu ke telinga Jimmy. Nampaknya dia memberitahukan perihal penting.

"Perkenalkan, aku Jimmy Crewson... dan dia adalah Tuanku yang bernama Ben Mayers. Kami ingin bertemu dengan Dokter Red Rose. Apa dia masih sibuk sekarang?" Jimmy berucap sembari mengedarkan pandangan.

"Akulah Dokter Red Rose!" ungkap Bella sambil meletakkan tangan di dada.

Ben membulatkan mata. Ekspresi wajahnya nampak terkejut. Ben merasa tidak percaya kalau dokter Red Rose adalah gadis yang dilihatnya sekarang. 'Sangat tidak pantas!' itulah komentar yang langsung muncul dalam pikiran Ben.

"Kau ternyata Dokter Red Rose. Maaf, aku dan Tuan tidak langsung mengenalimu. Kami..." Jimmy bingung harus meneruskan.

"Tidak apa-apa. Aku mengerti. Silahkan duduk!" Bella yang dapat memahami suasana canggung, mencoba bersikap seramah mungkin. Bahkan saat Ben terus melayangkan tatapan serius.

"Terima kasih. Silahkan, Tuan..." Jimmy mempersilahkan Ben duduk lebih dulu. Selanjutnya barulah dia yang duduk.

Ben menggerakkan bola mata ke arah Jimmy. Hanya dengan tatapan, Jimmy mengerti apa yang harus dilakukan. Intinya Ben menyuruh dia untuk segera bicara.

Sementara itu di dapur. Cecil menguping sambil membuatkan minuman untuk tamu. Beberapa saat kemudian Brian ikut bergabung bersamanya.

"Kau lihat itu?" cetus Brian sembari sesekali mengintip ke ruang tengah. Tempat dimana Bella, Ben dan Jimmy berada.

"Ya, tentu saja. Bella benar! Ben Mayers sangat mengerikan. Aku harap Bella tidak bersedia melakukan terapi dengannya. Kita bisa tersiksa." Cecil berbicara dengan nada pelan. Teh buatannya telah jadi. Kini dia hanya perlu menyuguhkannya kepada Ben dan Jimmy.

...***...

Jimmy mulai menceritakan gangguan yang menimpa tuannya. Dia memberitahu kalau Ben sering mengalami hal aneh selama beberapa tahun terakhir.

"Tuanku selalu tidur di kamar apartemennya. Tetapi dia seringkali menemukan dirinya terbangun di lain tempat. Selain itu, dia juga beberapa kali mendapatkan luka dan memar tanpa alasan yang jelas. Pernah satu kali--"

"Tunggu, tunggu! Kenapa kau yang menjelaskan ini, Jimmy. Menurutku, seharusnya Ben yang harus menceritakan masalahnya sendiri. Tidak apa-apa bukan?" Bella menjeda penjelasan Jimmy. Dia memberanikan diri untuk menatap Ben. Meski tatapan Ben seperti sinar laser yang menusuk, Bella sama sekali tidak ciut. Gadis itu justru tersenyum tipis.

"Dokter, tuanku tidak akan bisa melakukannya. Itulah alasan dia mengajakku untuk ikut," terang Jimmy lembut.

"Begitukah?" Bella meragu. Dia sudah enggan menatap ke arah Ben. Bella memaklumi saja. Lagi pula berbicara dengan Jimmy memang lebih nyaman dibanding dengan Ben.

Jimmy lantas kembali melanjutkan ceritanya. Dia seakan sangat hapal dan tahu apa yang terjadi kepada tuannya.

Bella mengangguk-anggukkan kepala. Dia tenggelam dalam diam. Bella sedang berpikir untuk mencari tahu. Ia menduga Ben memiliki penyakit kepribadian ganda. Tetapi sebelum menyimpulkan, Bella mencoba memberikan beberapa pertanyaan terlebih dahulu.

Bella kembali menatap Ben. Ia bersiap memberikan pertanyaan kepada pria tersebut. Bella mengambil buku daftar ceklist beserta pulpen.

"Ben, kali ini aku ingin kau yang menjawab. Kau bersedia bukan?" tanya Bella. Ben hanya mengangguk sambil masih memasang mimik wajah datar. Pria itu sangat irit bicara.

"Oke, apa kau pernah mendapatkan pesan misterius dari seseorang? Pesan yang terasa seperti orang asing, tapi dia sangat mengenal dirimu dengan baik." Bella menatap sembari mengerjapkan mata beberapa kali.

Ben yang tadinya tersandar, perlahan duduk tegak. Dia meletakkan kedua tangannya ke atas paha. Ben agak mencondongkan wajahnya ke arah Bella. Sekarang manik birunya dapat terlihat jelas oleh Bella.

"Bisakah kau langsung ke intinya saja? Kau pasti sudah bisa menyimpulkan penyakit yang aku derita bukan?" pungkas Ben. Tatapan matanya begitu tajam. Seakan-akan ingin memakan Bella hidup-hidup.

Bella tidak peduli. Dia tersenyum dan membalas, "Oke, sepertinya kau sudah tahu kalau dirimu menderita penyakit kepribadian ganda. Apa kau pernah melakukan terapi dengan dokter lain sebelumnya? Karena saat melihat datamu, aku tidak menemukan riwayat pengobatannya."

"Jimmy!" panggil Ben seraya menyandarkan punggung kembali. Ia menyuruh sekretarisnya untuk menjelaskan. Lagi...

"Tuan merahasiakan rapat-rapat penyakit yang dideritanya, Dokter. Itulah alasan dia ingin menemuimu." Jimmy menerangkan.

"Aku mengerti. Tetapi bukankah itu sulit untuk ditutupi? Apalagi namamu cukup dikenal banyak orang, Mr. Mayers." Bella menatap ke arah Ben lagi.

Ben memutar bola mata jengah. Dia benci dengan sikap berani yang ditunjukkan Bella. Berbeda dengan Jimmy, yang justru merasa kagum dengan Bella. Bagaimana tidak? Baru kali ini dirinya menemukan psikiater yang sabar dengan sikap Ben. Meskipun begitu, Jimmy tidak mau langsung mengambil kesimpulan terlalu cepat. Ia akan memastikan kinerja Bella terlebih dahulu.

Ben mengeratkan rahang. "Itulah alasan aku datang ke sini!!!" pekiknya lantang. Sampai berhasil membuat Bella hampir jantungan.

Bella dan yang lain terperangah. Mata mereka terbelalak bersamaan. Hanya Jimmy yang terbiasa dengan sikap Ben.

Sekarang Bella menghela nafas panjang. Dengan begitu dia bisa menenangkan diri. Selanjutnya, Bella mencoba berbicara kembali dengan baik-baik.

"Oke, aku mengerti maksudmu. Kau ingin aku membantumu menghilangkan kepribadianmu yang lain itu bukan?" ujar Bella. Membuat Ben yang tadinya kesal, perlahan kembali memandang Bella. Dia menampakkan ekspresi datarnya lagi.

"Siapa namanya, Ben? Kau juga harus beritahu bagaimana sikap kepribadianmu yang satunya itu. Oke?" Bella tahu cara menghadapi pasien pemarah. Yaitu dengan cara mengabulkan apa yang di inginkan pasien tersebut. Dan paling utama, jangan memancing orang marah dengan kemarahan.

Terpopuler

Comments

Aisy Hilyah

Aisy Hilyah

semangat bellaaa ... jangan takut!!!!!

2022-04-23

1

Wina Yuliani

Wina Yuliani

waw... keren, perjuangan d mulai, menaklukan 2 pribadi dlm satu raga💪💪

2022-04-12

1

Yenie Yul Rompis

Yenie Yul Rompis

hati2 Ben nanti bucin loh😅😅😅

2022-04-04

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 - Diremehkan
2 Bab 2 - Demensia
3 Bab 3 - Digandrungi Banyak Pria
4 Bab 4 - Anxiety Disorder (Gangguan Kecemasan)
5 Bab 5 - Rencana Red Rose
6 Bab 6 - Dia Selingkuh? [Bonus Visual]
7 Bab 7 - Pasien Misterius
8 Bab 8 - Ben Mayers
9 Bab 9 - Kepribadian Ganda
10 Bab 10 - Keberhasilan Bella
11 Bab 11 - Serasa Dilecehkan Pacar Sendiri
12 Bab 12 - Ke Rumah Ben
13 Bab 13 - Terjebak
14 Bab 14 - Dream A Little Dream Of Me
15 Bab 15 - Insomnia
16 Bab 16 - Diculik
17 Bab 17 - Ketidakpedulian Ben
18 Bab 18 - Hipotermia
19 Bab 19 - Masih Dingin, Sedingin Salju
20 Bab 20 - Depresi [Stay, and Love Yourself]
21 Bab 21 - Dipaksa Ikut
22 Bab 22 - Ben is a Trouble Maker
23 Bab 23 - Lucky And The Gang
24 Bab 24 - Satu-Satunya Wanita
25 Bab 25 - Menjadi Penolongmu Lagi
26 Bab 26 - Mencari Tahu Identitas Red Rose
27 Bab 27 - Ben Harus Berjuang Sendiri
28 Bab 28 - Seribu Bunga Dalam Seratus Buket
29 Bab 29 - Undangan Pesta
30 Bab 30 - Tidak Sengaja Bertemu
31 Bab 31 - Malam Yang Tak Di Ingat
32 Bab 32 - Tanda Merah Misterius
33 Bab 33 - Yang Terjadi Malam Itu...
34 Bab 34 - Menghilang & Keonaran
35 Bab 35 - Bantuan Tak Terduga
36 Bab 36 - Ben Salah Tingkah
37 Bab 37 - Menganalisis Perasaan
38 Bab 38 - Menguak Masa Lalu Ben [1]
39 Bab 39 - Menguak Masa Lalu Ben [2]
40 Bab 40 - Menguak Masa Lalu Ben [3]
41 Bab 41 - Pesona Bella
42 Bab 42 - Lucky Is A Monster!
43 Bab 43 - Ciuman Pertama Lucky
44 Bab 44 - Seperti Dongeng Putri Tidur
45 Bab 45 - Musuh Dalam Selimut
46 Bab 46 - Ternyata Hanya...
47 Bab 47 - Panggilan Bella
48 Bab 48 - Kau Datang Terlalu Cepat, Bodoh!
49 Bab 49 - Terapi Di Luar Ruangan
50 Bab 50 - Riset Tentang Cinta
51 Bab 51 - Rencana Pergi Ke Hawai
52 Bab 52 - Justin Menolak?
53 Bab 53 - Tawaran Mengejutkan
54 Bab 54 - Ranjang Pemula
55 Bab 55 - Banyak Gangguan
56 Bab 56 - Pengakuan Bella
57 Bab 57 - Perkelahian!
58 Bab 58 - Pernyataan Cinta Ben
59 Bab 59 - Pengkhianat Sejati
60 Bab 60 - Sad Boy
61 Bab 61 - Hari Pernikahan Yang Kacau
62 Bab 62 - Justin Tetap Menyebalkan!
63 Bab 63 - Rencana Baru
64 Bab 64 - Ben Bebas
65 Bab 65 - Kemurkaan Lucky
66 Bab 66 - Masa Lalu Nan Kelam
67 Bab 67 - Masa Pemulihan [Lucky Telah Pergi]
68 Bab 68 - Sama-Sama Sibuk
69 Bab 69 - Ayo Kita Menikah!
70 Bab 70 - Ending [Menerima Apa Adanya Kamu]
71 Pengumuman
72 Novel Baru
73 Novel Baru Konflik Rumah Tangga
74 Novel Baru Gairah Cinta Zerin & Zidan
75 Novel Baru
76 NOVEL WANITA KUAT
Episodes

Updated 76 Episodes

1
Bab 1 - Diremehkan
2
Bab 2 - Demensia
3
Bab 3 - Digandrungi Banyak Pria
4
Bab 4 - Anxiety Disorder (Gangguan Kecemasan)
5
Bab 5 - Rencana Red Rose
6
Bab 6 - Dia Selingkuh? [Bonus Visual]
7
Bab 7 - Pasien Misterius
8
Bab 8 - Ben Mayers
9
Bab 9 - Kepribadian Ganda
10
Bab 10 - Keberhasilan Bella
11
Bab 11 - Serasa Dilecehkan Pacar Sendiri
12
Bab 12 - Ke Rumah Ben
13
Bab 13 - Terjebak
14
Bab 14 - Dream A Little Dream Of Me
15
Bab 15 - Insomnia
16
Bab 16 - Diculik
17
Bab 17 - Ketidakpedulian Ben
18
Bab 18 - Hipotermia
19
Bab 19 - Masih Dingin, Sedingin Salju
20
Bab 20 - Depresi [Stay, and Love Yourself]
21
Bab 21 - Dipaksa Ikut
22
Bab 22 - Ben is a Trouble Maker
23
Bab 23 - Lucky And The Gang
24
Bab 24 - Satu-Satunya Wanita
25
Bab 25 - Menjadi Penolongmu Lagi
26
Bab 26 - Mencari Tahu Identitas Red Rose
27
Bab 27 - Ben Harus Berjuang Sendiri
28
Bab 28 - Seribu Bunga Dalam Seratus Buket
29
Bab 29 - Undangan Pesta
30
Bab 30 - Tidak Sengaja Bertemu
31
Bab 31 - Malam Yang Tak Di Ingat
32
Bab 32 - Tanda Merah Misterius
33
Bab 33 - Yang Terjadi Malam Itu...
34
Bab 34 - Menghilang & Keonaran
35
Bab 35 - Bantuan Tak Terduga
36
Bab 36 - Ben Salah Tingkah
37
Bab 37 - Menganalisis Perasaan
38
Bab 38 - Menguak Masa Lalu Ben [1]
39
Bab 39 - Menguak Masa Lalu Ben [2]
40
Bab 40 - Menguak Masa Lalu Ben [3]
41
Bab 41 - Pesona Bella
42
Bab 42 - Lucky Is A Monster!
43
Bab 43 - Ciuman Pertama Lucky
44
Bab 44 - Seperti Dongeng Putri Tidur
45
Bab 45 - Musuh Dalam Selimut
46
Bab 46 - Ternyata Hanya...
47
Bab 47 - Panggilan Bella
48
Bab 48 - Kau Datang Terlalu Cepat, Bodoh!
49
Bab 49 - Terapi Di Luar Ruangan
50
Bab 50 - Riset Tentang Cinta
51
Bab 51 - Rencana Pergi Ke Hawai
52
Bab 52 - Justin Menolak?
53
Bab 53 - Tawaran Mengejutkan
54
Bab 54 - Ranjang Pemula
55
Bab 55 - Banyak Gangguan
56
Bab 56 - Pengakuan Bella
57
Bab 57 - Perkelahian!
58
Bab 58 - Pernyataan Cinta Ben
59
Bab 59 - Pengkhianat Sejati
60
Bab 60 - Sad Boy
61
Bab 61 - Hari Pernikahan Yang Kacau
62
Bab 62 - Justin Tetap Menyebalkan!
63
Bab 63 - Rencana Baru
64
Bab 64 - Ben Bebas
65
Bab 65 - Kemurkaan Lucky
66
Bab 66 - Masa Lalu Nan Kelam
67
Bab 67 - Masa Pemulihan [Lucky Telah Pergi]
68
Bab 68 - Sama-Sama Sibuk
69
Bab 69 - Ayo Kita Menikah!
70
Bab 70 - Ending [Menerima Apa Adanya Kamu]
71
Pengumuman
72
Novel Baru
73
Novel Baru Konflik Rumah Tangga
74
Novel Baru Gairah Cinta Zerin & Zidan
75
Novel Baru
76
NOVEL WANITA KUAT

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!