Bab 11 - Serasa Dilecehkan Pacar Sendiri

...༻✿༺...

Bella sedang berkutat di depan cermin. Kebetulan dia mempersiapkan diri untuk berkencan bersama Justin. Bella mengenakan dress motif bunga berwarna merah maroon. Dia sengaja menggerai rambutnya agar terlihat semakin cantik.

"Tidak biasanya kau berdandan," tegur Cecil yang tengah mengamati dari depan pintu.

"Ini adalah salah satu syarat Justin. Dia ingin melihatku berdandan hari ini," jawab Bella yang telah selesai merias diri di depan cermin. Ia segera menyampirkan tas selempang. Lalu mengenakan sepatu.

"Bella, apa kau yakin Justin tidak memiliki hubungan apapun dengan Corine? Sebab aku sangat meragukannya. Bukankah akhir-akhir ini sikapnya dingin? Dia tiba-tiba perhatian denganmu lagi, karena melihat kau berdandan." Cecil berucap panjang lebar.

"Sudahlah, Corine. Ini adalah pilihanku. Aku akan mencoba mempercayai Justin," ujar Bella. Kemudian benar-benar pergi melewati pintu.

Bella pergi seorang diri. Di perjalanan dia menyempatkan waktu untuk menelepon Emilia. Emilia sendiri merupakan orang yang dibayar Bella untuk menjaga ayahnya.

"Bella, semua orang di sini marah kepadamu. Mereka menyebutmu tidak bertanggung jawab. Karena kau belum juga memperbaiki taman bunga milik para tetanggamu!" kata Emilia dari seberang telepon.

Bella menepuk jidatnya sendiri. Dia lupa untuk memperbaiki taman bunga para tetangganya akibat terlalu sibuk.

"Sampaikan kepada Mia dan yang lain, kalau aku akan segera memperbaiki taman bunga mereka. Kemungkinan aku bisa melakukannya besok. Karena hari ini aku masih ada janji," ungkap Bella. Dia menatap ke kaca jendela. Kebetulan Bella sedang menaiki taksi. Gadis itu akan bertemu Justin di jalan trotoar.

"Cepatlah! Berhentilah bersikap seolah sedang sibuk. Semua orang tahu, bar milikmu sepi dari pelanggan." Emilia langsung mematikan panggilan telepon. Tanpa sempat mendengarkan penjelasan Bella seterusnya.

Bella menghela nafas panjang. Dia pasrah dengan anggapan semua orang terhadapnya. Bella juga mencoba untuk tidak peduli.

Selang sekian menit, tibalah Bella di tempat tujuan. Dia menyaksikan Justin sudah menunggu. Pria itu tampak menawan dalam balutan kemeja dan celana jeans.

Lambaian tangan dari Justin Bella terima. Ketika telah tiba di hadapan Justin, dia langsung mendapatkan sebuah kecupan singkat di bibir.

Bella terkesiap. Sebab biasanya dia yang meminta ciuman lebih dulu. Sekarang sepertinya Justin sudah mulai berubah. Jujur saja, Bella merasa senang bisa mendapat perhatian Justin kembali.

"Apa kegiatan pertama kita hari ini, Babe?" tanya Bella sembari melingkarkan tangan ke lengan Justin.

"Entahlah... aku hanya ingin jalan kaki di trotoar bersamamu. Persis seperti saat kuliah dahulu. Kau ingat bukan?" balas Justin. Senyuman merekah diwajahnya. Membuat Bella kian mengeratkan pegangan.

Bella dan Justin berjalan menyusuri jalanan trotoar bersama. Mereka menghabiskan waktu yang cukup menyenangkan. Apalagi saat mereka tiba di taman. Di sana keduanya menimkmati es krim bersama.

"Setelah sekian lama, baru kali ini aku merasa mempunyai seorang pacar," celetuk Bella.

Justin tergelak kecil. Lalu mencolek pipi Bella dengan es krim. Pipi Bella otomatis menjadi belepotan. Meskipun begitu, Bella justru tertawa dengan candaan kecil Justin.

Hingga tibalah momen Bella dan Justin bertukar pandang. Waktu seakan berhenti. Bella sangat suka mata Justin yang berwarna kecokelatan. Baginya tatapan Justin selalu meneduhkan.

Perlahan Justin mendekat karena berniat memberikan ciuman. Akan tetapi Bella langsung membuang muka. Dia terlalu malu melakukannya saat di depan umum.

"Aku belum menghabiskan es krimku." Bella memberikan alasan.

Justin lantas menghempaskan punggung ke sandaran kursi. Lelaki itu melonggarkan kerah bajunya seolah kepanasan. Bola matanya terus melirik gerak-gerik Bella yang sudah asyik menikmati es krim.

"Bella, aku sudah terbukti tidak memiliki hubungan dengan Corine bukan? Kau harus penuhi janjimu." Justin menatap Bella dengan sudut matanya.

"Tentu saja. Bukankah aku sudah melakukan apa yang kau mau sekarang?" sahut Bella dengan ekspresi wajah cerianya.

Justin kembali terkekeh dan menyebut kata no. Dia memberitahu Bella bahwa apa yang dilakukannya sekarang bukanlah keinginan sebenarnya.

"Lalu?" Bella masih mengerutkan dahi. Benaknya bertanya-tanya. Namun Justin hanya tersenyum dan mengajak Bella untuk mengunjungi sebuah restoran.

"Aku akan mengatakannya setelah makan malam," ucap Justin seraya menggenggam erat jari-jemari Bella.

Di perjalanan, Justin singgah sebentar di toko perhiasan. Dia hendak membelikan sesuatu yang spesial untuk Bella.

"Apa kau akan melamarku?" goda Bella. Dia tidak berhenti tersenyum. Terutama saat harus bertukar pandang dengan kekasihnya.

Justin membelikan Bella sebuah kalung berbentuk mawar. Permata yang menghiasi mawar tersebut terlihat berwarna merah. Tanpa pikir panjang, Justin segera memasangkan kalung itu ke leher Bella.

"Kau menyukai mawar merah. Menurutku itu sangat cocok dengan dirimu, Babe. Cantik, berani, dan penuh cinta..." ungkap Justin. Dia baru selesai memasangkan kalung untuk Bella.

Sekali lagi perasaan Bella terasa melambung tinggi. Dia terus saja memperhatian kalung pemberian Justin. Akibat saking senangnya, sebuah pelukan langsung Bella berikan kepada Justin.

...***...

Kini Bella dan Justin tengah berada di restoran. Kebetulan Justin memilih restoran yang super mewah. Tempatnya bernama Foodton. Merupakan salah satu cabang restoran milik Ben Mayers. Perusahaan Ben sendiri merupakan bisnis yang bergelut dibidang produk makanan.

"Kau pasti menghabsikan banyak uang untuk datang ke sini," komentar Bella.

"Kau benar. Tetapi itu tidak masalah jika aku lakukan untukmu." Justin menjawab dengan tenang. Obrolan santai dilanjutkan sambil sesekali menyantap hidangan yang ada.

Pemusik terlihat baru saja datang. Musik jazz segera menggema memenuhi ruangan. Seorang wanita keturunan negro tampak sudah bernyanyi.

"Apa kau tahu? Kalau Ben Mayers menyuguhkan musik jazz di semua restoran miliknya?" imbuh Justin. Mata Bella sontak melebar penuh akan ketertarikan.

"Benarkah? Apa dia punya alasan tertentu?" tanya Bella.

"Entahlah. Tidak ada yang tahu. Jika ada pegawai yang mencoba merubah musik di restorannya, maka dia akan langsung memecat orang itu." Justin menjelaskan.

Bella tenggelam dalam pikiran. Dia mendadak tertarik untuk menanyakan sifat Ben lebih dalam kepada Justin.

"Bagaimana saat di perusahaan? Apa Ben pernah bersikap aneh?" Bella bertanya lagi.

"Sangat sering. Dia pernah marah besar saat rapat, lalu pergi begitu saja tanpa alasan yang jelas. Terkadang Ben sangat perhatian dengan karyawannya, tetapi di suatu waktu dia berubah pikiran secara tiba-tiba." Justin bercerita panjang lebar. Dia memeriksa jam yang melingkar di pergelangan tangan. "Kau sudah selesai?" tanya-nya sembari memastikan Bella sudah menghabiskan makanan.

"Ya, ayo kita pulang." Bella yang mengerti langsung mengenakan tas. Dia dan Justin pulang bersama menggunakan kereta bawah tanah.

"Sekarang, aku akan mengatakan keinginanku yang sebenarnya." Justin menatap dalam manik biru milik Bella.

"Cepat beritahu aku!" desak Bella. Justin lalu berbisik ke telinganya. Senyuman yang tadi mengembang diwajah Bella perlahan memudar.

Justin mengajak Bella untuk menghabiskan waktu di apartemennya. Bella tidak punya pilihan selain setuju. Toh dia sudah terlanjur berjanji.

Sesampainya di apartemen, Justin langsung memojokkan Bella ke dinding. Perlakuannya membuat Bella kaget bukan kepalang. Gadis itu tidak menyangka Justin akan langsung memulai saat baru saja tiba di apartemen.

Perlahan Justin mulai mencumbu. Sedangkan Bella justru dirundung rasa tidak karuan. Apa lagi kekasihnya tidak mengawali sentuhan dengan lembut. Justin meliar, dan itu justru membuat Bella gemetar ketakutan.

Bella benar-benar tidak nyaman. Entah kenapa dia merasa seperti dilecehkan oleh kekasihnya sendiri. Di sisi lain, Bella juga sudah terlanjur setuju untuk melakukan.

"Justin, hentikan..." Bella mencoba menghentikan. Namun Justin masih saja sibuk menjamah setiap jengkal tubuhnya. Bahkan ketika Bella berusaha menghindar.

Peluh mulai menetes di beberapa titik tubuh Bella. Bukan karena terangsang, melainkan karena Bella merasa sangat ketakutan.

"Justin, hentikan!" Bella akhirnya menghentikan dengan kasar. Dia reflek mendorong Justin hingga jatuh menabrak perkakas barang yang menumpuk.

Terpopuler

Comments

Juan Sastra

Juan Sastra

kayaknya justin sering main sama corine..maka ebsesinya sama bella sangat besar..iyakah thorr

2023-02-20

1

Aisy Hilyah

Aisy Hilyah

pemaksaan, lawan bellaaa kau pasti bisa

2022-04-29

0

Wina Yuliani

Wina Yuliani

noooo bellla..... ayo kabur, kayaknya justin juga punya penyimpangan nih😱😱😱

2022-04-12

2

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 - Diremehkan
2 Bab 2 - Demensia
3 Bab 3 - Digandrungi Banyak Pria
4 Bab 4 - Anxiety Disorder (Gangguan Kecemasan)
5 Bab 5 - Rencana Red Rose
6 Bab 6 - Dia Selingkuh? [Bonus Visual]
7 Bab 7 - Pasien Misterius
8 Bab 8 - Ben Mayers
9 Bab 9 - Kepribadian Ganda
10 Bab 10 - Keberhasilan Bella
11 Bab 11 - Serasa Dilecehkan Pacar Sendiri
12 Bab 12 - Ke Rumah Ben
13 Bab 13 - Terjebak
14 Bab 14 - Dream A Little Dream Of Me
15 Bab 15 - Insomnia
16 Bab 16 - Diculik
17 Bab 17 - Ketidakpedulian Ben
18 Bab 18 - Hipotermia
19 Bab 19 - Masih Dingin, Sedingin Salju
20 Bab 20 - Depresi [Stay, and Love Yourself]
21 Bab 21 - Dipaksa Ikut
22 Bab 22 - Ben is a Trouble Maker
23 Bab 23 - Lucky And The Gang
24 Bab 24 - Satu-Satunya Wanita
25 Bab 25 - Menjadi Penolongmu Lagi
26 Bab 26 - Mencari Tahu Identitas Red Rose
27 Bab 27 - Ben Harus Berjuang Sendiri
28 Bab 28 - Seribu Bunga Dalam Seratus Buket
29 Bab 29 - Undangan Pesta
30 Bab 30 - Tidak Sengaja Bertemu
31 Bab 31 - Malam Yang Tak Di Ingat
32 Bab 32 - Tanda Merah Misterius
33 Bab 33 - Yang Terjadi Malam Itu...
34 Bab 34 - Menghilang & Keonaran
35 Bab 35 - Bantuan Tak Terduga
36 Bab 36 - Ben Salah Tingkah
37 Bab 37 - Menganalisis Perasaan
38 Bab 38 - Menguak Masa Lalu Ben [1]
39 Bab 39 - Menguak Masa Lalu Ben [2]
40 Bab 40 - Menguak Masa Lalu Ben [3]
41 Bab 41 - Pesona Bella
42 Bab 42 - Lucky Is A Monster!
43 Bab 43 - Ciuman Pertama Lucky
44 Bab 44 - Seperti Dongeng Putri Tidur
45 Bab 45 - Musuh Dalam Selimut
46 Bab 46 - Ternyata Hanya...
47 Bab 47 - Panggilan Bella
48 Bab 48 - Kau Datang Terlalu Cepat, Bodoh!
49 Bab 49 - Terapi Di Luar Ruangan
50 Bab 50 - Riset Tentang Cinta
51 Bab 51 - Rencana Pergi Ke Hawai
52 Bab 52 - Justin Menolak?
53 Bab 53 - Tawaran Mengejutkan
54 Bab 54 - Ranjang Pemula
55 Bab 55 - Banyak Gangguan
56 Bab 56 - Pengakuan Bella
57 Bab 57 - Perkelahian!
58 Bab 58 - Pernyataan Cinta Ben
59 Bab 59 - Pengkhianat Sejati
60 Bab 60 - Sad Boy
61 Bab 61 - Hari Pernikahan Yang Kacau
62 Bab 62 - Justin Tetap Menyebalkan!
63 Bab 63 - Rencana Baru
64 Bab 64 - Ben Bebas
65 Bab 65 - Kemurkaan Lucky
66 Bab 66 - Masa Lalu Nan Kelam
67 Bab 67 - Masa Pemulihan [Lucky Telah Pergi]
68 Bab 68 - Sama-Sama Sibuk
69 Bab 69 - Ayo Kita Menikah!
70 Bab 70 - Ending [Menerima Apa Adanya Kamu]
Episodes

Updated 70 Episodes

1
Bab 1 - Diremehkan
2
Bab 2 - Demensia
3
Bab 3 - Digandrungi Banyak Pria
4
Bab 4 - Anxiety Disorder (Gangguan Kecemasan)
5
Bab 5 - Rencana Red Rose
6
Bab 6 - Dia Selingkuh? [Bonus Visual]
7
Bab 7 - Pasien Misterius
8
Bab 8 - Ben Mayers
9
Bab 9 - Kepribadian Ganda
10
Bab 10 - Keberhasilan Bella
11
Bab 11 - Serasa Dilecehkan Pacar Sendiri
12
Bab 12 - Ke Rumah Ben
13
Bab 13 - Terjebak
14
Bab 14 - Dream A Little Dream Of Me
15
Bab 15 - Insomnia
16
Bab 16 - Diculik
17
Bab 17 - Ketidakpedulian Ben
18
Bab 18 - Hipotermia
19
Bab 19 - Masih Dingin, Sedingin Salju
20
Bab 20 - Depresi [Stay, and Love Yourself]
21
Bab 21 - Dipaksa Ikut
22
Bab 22 - Ben is a Trouble Maker
23
Bab 23 - Lucky And The Gang
24
Bab 24 - Satu-Satunya Wanita
25
Bab 25 - Menjadi Penolongmu Lagi
26
Bab 26 - Mencari Tahu Identitas Red Rose
27
Bab 27 - Ben Harus Berjuang Sendiri
28
Bab 28 - Seribu Bunga Dalam Seratus Buket
29
Bab 29 - Undangan Pesta
30
Bab 30 - Tidak Sengaja Bertemu
31
Bab 31 - Malam Yang Tak Di Ingat
32
Bab 32 - Tanda Merah Misterius
33
Bab 33 - Yang Terjadi Malam Itu...
34
Bab 34 - Menghilang & Keonaran
35
Bab 35 - Bantuan Tak Terduga
36
Bab 36 - Ben Salah Tingkah
37
Bab 37 - Menganalisis Perasaan
38
Bab 38 - Menguak Masa Lalu Ben [1]
39
Bab 39 - Menguak Masa Lalu Ben [2]
40
Bab 40 - Menguak Masa Lalu Ben [3]
41
Bab 41 - Pesona Bella
42
Bab 42 - Lucky Is A Monster!
43
Bab 43 - Ciuman Pertama Lucky
44
Bab 44 - Seperti Dongeng Putri Tidur
45
Bab 45 - Musuh Dalam Selimut
46
Bab 46 - Ternyata Hanya...
47
Bab 47 - Panggilan Bella
48
Bab 48 - Kau Datang Terlalu Cepat, Bodoh!
49
Bab 49 - Terapi Di Luar Ruangan
50
Bab 50 - Riset Tentang Cinta
51
Bab 51 - Rencana Pergi Ke Hawai
52
Bab 52 - Justin Menolak?
53
Bab 53 - Tawaran Mengejutkan
54
Bab 54 - Ranjang Pemula
55
Bab 55 - Banyak Gangguan
56
Bab 56 - Pengakuan Bella
57
Bab 57 - Perkelahian!
58
Bab 58 - Pernyataan Cinta Ben
59
Bab 59 - Pengkhianat Sejati
60
Bab 60 - Sad Boy
61
Bab 61 - Hari Pernikahan Yang Kacau
62
Bab 62 - Justin Tetap Menyebalkan!
63
Bab 63 - Rencana Baru
64
Bab 64 - Ben Bebas
65
Bab 65 - Kemurkaan Lucky
66
Bab 66 - Masa Lalu Nan Kelam
67
Bab 67 - Masa Pemulihan [Lucky Telah Pergi]
68
Bab 68 - Sama-Sama Sibuk
69
Bab 69 - Ayo Kita Menikah!
70
Bab 70 - Ending [Menerima Apa Adanya Kamu]

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!