Malam harinya Niky langsung mengebumikan jasad ayahnya sendiri di pemakaman umum tak jauh dari tempat tinggalnya sekarang.
“Ayah....jangan tinggalkan kami...” ucap ibu dan dua adik Niky yang masih bersedih karena kematian ayahnya. Tampak mata ibunya yang bengkak karena belum bisa berhenti menangis sedari tadi dan masih tak bisa menerima kepergian sang suami.
“Ibu...adik... aku tahu kalian semua masih berat melepaskan kepergian ayah. Tapi kalian harus merelakan kepergiannya agar ayah tenang di sana.” ucap Niky yang menahan kesedihannya untuk memberikan contoh pada dua adiknya agar tabah menghadapi cobaan hidup sambil memeluk mereka bertiga.
Hujan turun lagi membasahi bumi. Niky berjalan ke jendela dan melihat rintik hujan yang turun. Dia merenung meratapi nasibnya sekarang sambil duduk di jendela dan membiarkan tubuhnya basah terkena hujan.
Tengah malam kemudian dia turun dari jendela dan melihat ibu dan adiknya sudah tertidur pulas. Baginya hidupnya sekarang seolah tak ada malam dan pada waktu baginya untuk memejamkan mata.
“Lebih baik aku keluar sebentar untuk memeriksa keadaan.” gumamnya lalu mengambil jaket, kacamata dan topi lalu memakainya sambil berjalan keluar rumah.
“Taxi... !” panggil Niky kemudian setelah agak lama menunggu di jalanan.
Taksi berwarna biru berhenti setelah mendengar panggilannya. Dia pun segera masuk dan duduk dengan tenang di kursi belakang.
“Pak tolong antar saya ke Prefektur C-king road nomor 8.” ucap Niky pada sopir taksi itu sebelum lelaki itu bertanya padanya.
“Baik...” balas sopir taksi itu sambil mengangguk akan segera mengemudikan taksinya menuju ke alamat yang disebutkan oleh Niky.
Beberapa saat kemudian taksi itu berhenti. Niky segera keluar setelah membayarnya. Dia berjalan menuju ke sebuah rumah mewah yang di jaga oleh beberapa petugas security di pintu gerbangnya.
“Hmm... jadi si tua Wardana itu meningkatkan pengamanan rumahnya sekarang...” batinnya melihat dari depan pagar dan menatap pos security di mana di sana ada lima orang yang berjaga.
Niky menurunkan topinya agar tak ada yang bisa melihat wajahnya. Dia lalu berjalan mengitari rumah Wardana untuk memandang situasi dan mencari informasi.
“Ternyata di bagian belakang rumah si tua bangka itu juga ada penjaga lainnya.” batinnya saat melihat enam lelaki dengan tato naga di lengannya.
Tanpa sengaja dia mendengar percakapan keenam orang lelaki itu.
“Tuan Wardana sebentar lagi akan semakin melejit dan berada di puncak kejayaan bisnisnya. Tentunya kita akan mendapatkan tambahan bonus.” ucap salah satu pria yang bertubuh besar dan berkumis lebat pada temannya.
“Satu-satunya rival dalam bisnisnya sudah hancur maksud ku sudah mati sekeluarga dalam kebakaran rumah. Tak ada lagi yang bisa menyainginya.” ucap pria bertato lainnya sambil membuang puntung rokok ke tanah lalu menginjaknya.
“Jadi bajingan itu menganggap kami sekeluarga sudah mati ? Bagus kalau begitu.” batin Niky sambil tersenyum lalu berjalan pergi dari tempat itu.
“srak....” Niky menginjak ranting pohon yang ada di jalan. Pria bertato tadi langsung keluar setelah mendengar ada suara di sekitar rumah yang di jaganya.
“Sialan... !” umpat Niky kesal lalu segera berjalan dengan cepat meninggalkan tempat itu sebelum para pria bertato tadi mengejarnya.
Niky langsung melompat masuk ke dalam bus saat ada bus yang melintas di depannya walaupun sebenarnya dia ingin naik taksi.
“Tak ada siapa-siapa di sini !” ucap salah satu pria bertato yang memeriksa jalanan dan hanya menemukan seekor anjing liar yang kebetulan lewat di sana dan sedang mengais tong sampah.
Meskipun tidak menemukan keberadaan seseorang keenam pria bertato itu tetap menyisir sekitar rumah untuk memastikan kondisi rumah itu benar-benar aman dan tak ada penyusup yang masuk ke sana.
“Aman... tak ada penyusup yang ke sini !” ucap pria bertato lainnya setelah selesai menyisir sekitar rumah dan tidak menemukan siapapun di sana. Keenam pria bertato tadi kembali ke tempat mereka berjaga sebelumnya.
“Huft...” Niky melihat dari balik kaca bus keenam pria bertato tadi tidak mengejarnya dan masuk kembali ke tempat penjagaan mereka.
Dua puluh menit kemudian Niky turun dari bus. Dia berjalan jalan cepat menuju ke rumahnya.
“Sebaiknya aku mengajak mereka semua keluar dari sini sekarang juga.” gumamnya sambil menatap jam dinding yang menunjukkan pukul 02.00 dini hari.
Niky masuk ke kamar tempat ibu dan dua adiknya tidur.
“Ibu... Fiona... Devan... bangun. Kita harus segera pergi dari sini sekarang.” ucapnya membangunkan tiga anggota keluarganya.
“Kakak kita mau kemana ?” tanya Devan yang terbangun dengan mata yang masih berat untuk dibuka.
“Niky kenapa tidak menunggu pagi sekalian baru kita keluar dari rumah ini ?” ucap ibunya yang ikut terbangun dan melihat jam dinding yang menunjukkan masih dini hari.
“Ibu.... Devan... kita harus segera keluar dari rumah ini sekarang juga sebelum ada orang yang mengetahui kita masih hidup. Sudah tidak aman lagi bagi kita untuk tinggal di sini. Nanti akan ku ceritakan.” ucap anak itu menjelaskan.
Ibu dan Devan segera bangkit sambil membangunkan Fiona ini masih tertidur. Mereka berempat keluar dari rumah itu dan masuk ke mobil.
“broom...” Niky segera menyalakan mesin mobilnya lalu meluncur ke jalanan sebelum ada yang mengetahui keberadaan mereka.
Niky memacu mobilnya keluar jauh dari tempat tinggalnya sejauh yang dia bisa. Tiba di luar kota bensin di tangki maserati putihnya hampir habis dan dia segera menghentikan mobilnya.
“Ku rasa di sini sudah aman dan Wardana tak akan mengetahui keberadaan kita.” ucapnya lalu mematikan mesin mobil setelah berhenti di sebuah tanah kosong dan memejamkan mata senang bersama ibu dan adiknya menunggu pagi tiba.
Pagi harinya dia keluar dari mobil mengajak Devan lalu meminta ibu dan Fiona untuk menunggunya di dalam mobil.
“Devan ayo ikut kakak sebentar.” ucapnya berjalan sambil mengganti adik lelakinya itu.
“Kakak kita akan ke mana lagi ?” tanya Devan berjalan mengikuti kakaknya sambil menatap ke sekitar.
“Nanti kau akan tahu sendiri.” jawabnya singkat dan terus berjalan sambil tetap memegang tangan adiknya.
Di jalan dia melewati warung makan dan berhenti sebentar di sana.
“Bu tolong buatkan nasi bungkus untuk empat orang.” ucap Niky memesan nasi bungkus untuk mereka sarapan.
“Bu maaf... apakah di sekitar sini ada rumah yang disewakan ?” tanya Niky pada pemilik warung nasi itu saat menerima nasi bungkus pesanannya.
Wanita itu tampak diam dan mengingat sesuatu.
“Ada nak.” jawab wanita itu singkat.
“Bisakah Ibu memberitahuku di mana letak rumah yang disewakan itu ?” tanya Niky kembali sambil menyerahkan beberapa lembar uang pada wanita itu.
“Di sana tempatnya... kau ikuti jalan utama ini lalu.. bla bla bla...” ucap wanita itu memberitahukan letak lokasi rumah di sewakan pada Niky dengan detail.
“Terima kasih bu...” ucapnya pada wanita itu lalu keluar bersama Devan dari warung makan dan menuju ke lokasi yang tadi di ceritakan oleh pemilik warung.
“Di sewakan atau di jual.” ucap Devan membaca tulisan yang terpampang di depan rumah tempat mereka berhenti sekarang.
Niky melihat pemilik rumah itu ada di teras dan dia memanggilnya.
“Permisi pak... !” panggil Niky pada lelaki tua yang ada di teras rumah itu.
“Ya anak muda ada yang bisa ku bantu ?” tanya lelaki itu membuka pagar rumahnya dan menghampiri Niky.
“Maaf pak apa benar tempat ini disewakan ? Jika benar kami bermaksud bla-bla-bla....” ucap Niky menjelaskan maksud kedatangannya.
Lelaki tua itu mempersilahkan Niky dan Devan masuk ke rumahnya lalu melanjut kan pembicaraan mereka.
Satu jam kemudian Niky mendapatkan kunci rumah dari lelaki tua itu setelah membayar uang sewa di muka.
“Terima kasih pak.” ucap Niky lagi pamitan pada lelaki pemilik Rumah itu selalu keluar dari sana untuk menjemput ibu dan adiknya.
BERSAMBUNG....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 145 Episodes
Comments
dementor
orang kaya mah bebas.. walaupun sudah gembel,uang tetap ada..
2023-06-13
1
Lurah Desa Konoha
Ok
2022-05-26
0
dark evil
Bener deh gitu aja
2022-04-15
0