Sesampainya di mobil, Niky memberikan nasi bungkus yang tadi di belinya pada ibu dan Fiona.
“Ayo kita makan dulu.” ucapnya membukakan nasi bungkus untuk Devan lalu memberikannya pada Devan. Mereka berempat makan dengan lahap di mobil.
Setelah semuanya selesai makan Niky mengajak mereka semua keluar dari maserati putihnya.
“Ayo semuanya Ikuti aku...” ucapnya berjalan menuju ke suatu jalan yang telah dia lewati sebelumnya bersama Devan hingga mereka tiba di depan sebuah rumah sederhana dan ukuran sedang, cukup untuk menampung mereka berempat.
“Ibu... Fiona... Devan kita akan tinggal di sini sementara sampai kakak bisa seperti ayah baru kita kembali ke rumah kita.” ucap Niky Jelaskan pada semuanya sebelum menunjukkan kunci rumah yang dipegangnya.
Ibu dan Fiona saling berpandangan setelah melihat rumah sederhana itu. Mereka tak berani mengungkapkan pendapatnya karena takut menyinggung perasaan Niky dan mengikuti lelaki itu berjalan masuk ke rumah.
“Aku tahu rumah ini sangat sederhana sekali tidak seperti rumah kita sebelumnya. Tapi di sini aman tak ada yang berani mengusik kita lagi.” ucap Niky kembali saat tak ada yang menanggapi nya.
“Aku minta kalian semua bersabar dalam kondisi seperti ini sampai kondisinya stabil.” ucap Niky lagi menjelaskan keadaan mereka saat ini agar bisa menerima dan memaklumi.
“Iya nak... ibu senang tinggal di sini.” ucapnya sambil tersenyum untuk membesarkan hati Niky.
“Aku juga senang kak tinggal di sini...” jawab Fiona dan Devan bersamaan mengikuti ucapan ibunya. Niky balas tersenyum menatap tiga anggota keluarganya dan merasa lega mendengar perkataan mereka.
Beberapa hari berlalu. Tampak setiap malam ibunya terjaga di saat yang lainnya sedang tertidur pulas. Dia selalu merindu dan masih memikirkan suaminya yang sudah meninggal.
“Sayang... aku rindu pada mu. Kenapa kau begitu cepat meninggalkan kami ?” ucapnya lirih sambil menatap bintang di langit yang berkerlip indah dan mulai terisak. Saat hari hampir pagi baru lah ibunya Niky bisa memejamkan matanya.
Niky pun mencairkan sekolah baru untuk Fiona dan Devan. Setelah mendaftarkan Devan di Sma yang ada di daerah sana sekarang giliran dia mendaftarkan Fiona di Universitas terdekat.
“Kakak lebih baik aku tak usah masuk ke universitas. Apa kakak ada biaya untuk ku mengenyam pendidikan di bangku kuliah ?” ucap Fiona menarik tangan kakaknya agar keluar dari kampus dan membatalkan pendaftaran untuk dirinya.
“Fiona dengar kakak baik-baik. Kakak saja belajar sampai S2 meskipun belum lulus. Maka kau dan Devan nanti juga harus sama seperti kakak. Mengenai biaya jangan khawatir nanti kakak akan berusaha menutup semuanya.” ucap Niky memberi penjelasan pada gadis itu. Fiona tampak berpikir dan menyaring ucapan kakaknya lalu dia pun akhirnya bersedia untuk mendaftar sebagai mahasiswa baru di Universitas terdekat.
Semua menjalani hidup baru ke tempat yang baru dengan semangat yang baru pula. Niky juga mencari pekerjaan. Setiap hari dia menyerahkan lamaran pekerjaan pada perusahaan yang ada di sana, meskipun belum ada panggilan sampai saat ini.
Suatu ketika ibunya Niky jatuh sakit mungkin karena terlalu sedih yang mendalam sehingga mengakibatkan wanita itu sakit.
“Aku harus segera mendapatkan pekerjaan apapun itu. Aku mau kerja apa saja asal bisa untuk membiayai mereka semua.” batinnya duduk di dekat ibunya meminumkan obat pada wanita itu serta menatap kedua adiknya yang tampak semangat belajar.
Sudah dua minggu Niky mengirimkan lamaran ke perusahaan namun belum ada yang memanggilnya juga meskipun dia adalah lulusan dari luar negeri.
Di siang hari yang terik setelah menyerahkan lamaran, Niky berhenti disebuah kios makanan untuk membeli air minum sekadar untuk melepaskan dahaganya.
Niky duduk di sebuah kursi butut sambil meminum es buah yang tadi di belinya sambil menatap jalanan yang ramai di depannya.
Dia melihat seorang penjual koran yang ada di trotoar. Dia pun lalu menghampiri penjual koran itu dan membeli beberapa koran lalu segera mencari kolom lowongan kerja.
“Wah ternyata ada banyak lowongan kerja di sekitar sini...” ucapnya sambil tersenyum dan merasa senang saat menemukan banyak lowongan kerja di koran.
“Mungkin salah satu dari perusahaan ini ada yang mau menerima ku bekerja.” gumamnya kembali tersenyum ceria.
Dia segera pulang dan membuat lamaran baru sesuai dengan perusahaan yang membutuhkan lowongan yang di iklankan di surat kabar itu.
Sudah satu minggu dia membeli koran dan mengirim lamaran namun hasilnya tetap sama seperti sebelumnya, nihil. Sementara persediaan uangnya mulai menipis dan dia membutuhkan banyak uang untuk biaya pengobatan ibunya dan juga untuk biaya sekolah dua adiknya.
Dia yang merasa putus asa duduk merenung dan memikirkan sebuah cara agar dia segera mendapatkan pekerjaan. Lama Niky berpikir hingga mendadak terlintas sebuah ide.
“Bagaimana jika aku mencari pekerjaan di luar kota ini ?” gumamnya lagi sambil tersenyum lebar.
Niky melihat ibunya yang sedang duduk menemani dua adiknya belajar. Dia menghampirinya.
“uhuk... jangan tidur dulu Devan sebelum kau menyelesaikan tugas mu.” ucap Ibu saat melihat Devan yang mengantuk berat dan hampir tertidur di meja belajar sambil batuk.
“Adik... awas buku mu basah nanti terkena air...” ucap Fiona yang duduk di sebelahnya termasuk bercanda dengan Devan.
Devan mengangkat kepalanya dan membuka matanya yang terasa berat sekali sambil mengusap bibirnya setelah mendengar perkataan kakaknya.
“Kakak Fiona aku tidak tidur dan buku ku tidak basah, lihat ini.” jawab Devan sambil menunjukkan bukunya pada gadis itu. Dia yang merasa malu karena ada ibu dan kakaknya yang mendengar candaan dari Fiona berdiri dari tempat duduknya lalu berusaha mencubit lengannya.
Fiona lari saat tahu Devan akan mencubit nya.
“Kakak berhenti... jangan lari awas ya... !” ucap Devan lalu mengejar kakaknya sampai keluar rumah untuk mencubitnya.
“Hahaha...” Niky dan ibunya tertawa bersama melihat tingkah Fiona dan Devan, sehingga membuat kesedihan mereka sedikit terobati dengan tingkah dua anak itu.
Setelah melihat ibunya berhenti tertawa, Niky mulai mengajak ibunya bicara.
“Ibu... aku mau meminta izin pada ibu.” ucap lelaki itu tiba-tiba dan duduk di dekat ibunya. Seketika wanita itu langsung menatap Niky.
“Ada apa nak... ?Minta izin.... kau mau ke mana ?” tanya Ibunya Niky yang bingung dan tak mengerti pada ucapan putranya.
“Ibu... aku mau mencari pekerjaan di luar kota karena di sini ini aku belum mendapatkan pekerjaan.” jawab Niky menjelaskan permasalahannya pada ibunya.
Wanita itu menatap putranya lekat-lekat sambil mengelus pipinya. Sebenarnya dia tak mau jauh dari Niky. Karena selama ini dia yang mengurusi semuanya termasuk menjaga kedua adiknya. Dalam hati dia juga merasa bersalah karena membebankan semua urusan keluarga padanya setelah kepergian suaminya.
“Bagaimana ibu ?” tanya Niky kembali karena ibunya tidak menjawab pertanyaannya.
“Ya kau boleh bekerja di luar kota, nak. Tapi seringlah pulang ke sini.” jawab ibunya dengan berat hati memberikan izin dan restu pada Niky.
“Aku usahakan untuk pulang setiap hari ke sini ibu...” jawabnya sambil tersenyum karena dia tahu ibunya berat untuk melepaskan nya pergi.
Keesokan harinya Niky berangkat ke luar kota setelah berpamitan pada ibu dan adiknya.
BERSAMBUNG....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 145 Episodes
Comments
dementor
ingin kulari,lari dari kenyataan yang pahit ini.. curcol..
2023-06-13
0
Siti Zubaidah
mencarikan
2023-01-11
0
Ana Yulia
hadir thor 💪💪
2022-05-26
0