Selama beberapa jam Yura menunggu, Winter tidak kunjung pulang ke mansion. Yura berpikir jika pria itu langsung pergi ke bandara tanpa pulang ke mansion dulu.
Yura sibuk main game di ponselnya seraya tiduran di ranjang. Dan ketika ia mendengar suara ketukan pintu, gadis itu segera menoleh dan beranjak dari ranjangnya dengan tersenyum. Dan ketika membuka pintu, ia pikir Winter. Ternyata Lusi.
"Maaf Nona, saya harus membawa beberapa baju Tuan Winter."
"Baju? kenapa bawa baju, kan bisa beli juga."
"Takutnya kami sibuk dan tidak sempat untuk membeli baju."
Alasan. Aku yakin bukan cuman Lusi saja yang mengurus Winter di sana.
"Winter dimana?" Tanya Yura kemudian.
"Ada di bawah nona."
"Oh, oke." Yura pun keluar dari kamarnya untuk menghampiri Winter dan Lusi segera mempacking beberapa baju, memasukannya ke dalam koper.
Ketika Yura menuruni anak tangga, ia baru ingat.
Harusnya aku yang memasukan baju-bajunya ke koper. Kenapa Lusi. Astaga ... Yura kau bodoh.
Yura pun segera berbalik kembali ke kamar, Winter mengerutkan dahinya bingung ketika melihat Yura tadi turun dan sekarang lari terbirit-birit ke kamarnya.
"Lusi, biar aku saja!" ucap Yura dengan nada sedikit meninggi.
Lusi yang kaget mendongak. "Tapi sudah selesai nona ..."
"Hah? sudah selesai?"
Lusi mengangguk.
"Kenapa tidak lama?" tanya Yura.
"Tidak banyak baju yang dibawa, hanya beberapa stel saja Nona."
Lusi menyeret kopernya keluar dari kamar, Yura mendengus kasar dan terpaksa mengikuti langkah Lusi.
Lusi lebih dulu berjalan menuju mobil yang parkir di depan. Ia memasukan koper ke mobil di bantu oleh Oris.
Yura menginjakkan kakinya di anak tangga terakhir dengan wajah murung. Winter yang duduk di sofa sambil meminum segelas coffe menyimpan coffe nya di meja, ia menatap Yura sesaat kemudian beranjak dari duduknya.
Yura menunduk. Ia pikir Winter akan menghampirinya, tapi ternyata pria itu malah berjalan menyusul Lusi ke luar.
Ketika Yura mendongak ia hanya bisa menghela nafas melihat Winter sudah tidak ada di sofa.
Gadis itu segera berjalan ke teras depan.
"Ada berkas yang ketinggalan, Tuan. Tunggu sebentar," ucap Lusi lalu masuk ke dalam mansion. Ia berpapasan dengan Yura yang berdiri di ambang pintu.
Lihat, dia bahkan tidak mengatakan apapun kepadaku.
Yura menggerutu dalam hatinya ketika Winter berdiri membelakanginya dengan memasukan kedua tangannya ke saku celana.
Yura menekuk wajahnya, setidaknya ia berharap ada obrolan sebelum Winter ke luar kota.
Selama beberapa menit menunggu kedatangan Lusi yang sedang mencari berkas yang tertinggal. Mereka benar-benar hening tanpa obrolan, bahkan Winter tidak menoleh sama sekali ke belakang.
Yura menggaruk lengannya yang gatal, rasa gatal di campur dengan perasaan kesal membuat gadis itu menggaruk lengannya dengan kuat sampai akhirnya gelang mutiara yang di kenakan tak sengaja putus dan semua mutiara di gelang itu jatuh berhamburan kemana-mana.
"Yahhhh ..."
Dan saat itu Winter menoleh ke belakang, melihat Yura sedang mengambil mutiara nya satu persatu di lantai dengan berjongkok.
Winter pun segera membantu Yura mengumpulkan semua mutiara dari gelang gadis itu.
Setelah selesai Winter memberikannya kepada Yura.
"Akan aku perbaiki nanti," ucap Winter.
"Hmm," sahut Yura setelah semua mutiaranya terkumpul lagi.
Yura menunduk menghitung mutiara di tangannya. Kemudian Lusi pun datang, perempuan itu masuk lebih dulu ke mobil.
"Aku berangkat," ucap Winter.
Yura mendongak dengan wajah datar lalu mengangguk pelan.
Winter menaikkan satu alisnya kemudian tangannya terangkat mencubit hidung Yura.
"Aku hanya tiga hari Yura."
"Aku pergi dulu." Winter masuk ke mobil dengan Yura yang masih mematung di tempat.
Kenapa dia mencubitku.
Lamunan Yura buyar ketika mendengar suara mesin mobil yang menyala.
"Eh tunggu-tunggu."
Yura berlari mendekati mobil dan mengetuk jendela tempat duduk Winter. Winter menurunkan jendelanya.
"Itu ... aku, eum ... apa ya, aku lupa."
"Apa?" tanya Winter.
"Oh iya. Oleh-oleh, bawakan aku oleh-oleh yang banyak ya hehe."
Winter mengangguk.
"Yasudah, hati-hati. Byee ..."
Yura melambaikan tangan dengan tersenyum. Winter menaikkan kembali jendela nya dan mobil pun melaju keluar dari halaman mansion.
Yura berbalik masuk ke mansion dengan senyum mengembang di wajahnya.
"Ada peningkatan nih," ledek Oris yang berdiri di dekat pintu.
"Eh, kau dari kapan berdiri di situ?"
"Dari tadi nona hehe."
"Huh, menyebalkan. Kau kenapa kembali ke sini?"
"Tuan Winter yang menyuruhku, karena dia mau keluar kota. Kau tidak senang aku kembali ke sini nona? kau kan tidak perlu memasak kalau ada aku."
"Dih, aku lebih suka memasak tau!" sahut Yura lalu berjalan melewati Oris. Tapi langkahnya tiba-tiba terhenti dengan ucapan Oris.
"Suka memasak atau suka dengan Tuan Winter nona?"
Yura berbalik kembali menatap Oris. "Berisik ya Oris!"
"Aku menyuruhmu membuat Tuan Winter jatuh cinta malah kau yang jatuh cinta duluan nona."
"K-kau ... apa maksudmu berbicara seperti itu."
"Kau mencintainya kan, Nona?" Oris tersenyum menggoda.
"A-aku. Tidak, aku tidak mencintainya. Aku hanya sedang berusaha meluluhkan si musim dingin Tuan mu itu Oris!" sahut Yura lalu segera pergi meninggalkan Oris. Ia tidak mau mendengarkan ucapan Oris yang terlalu berpikir jauh menurutnya.
Oris menggelengkan kepalanya. "Tidak cinta tapi cemburu dengan Lusi. Huh dasar perempuan."
*
Yura baru saja keluar dari kamar mandi setelah hidungnya mimisan. Ia duduk menatap dirinya di cermin, setelah mimisan wajahnya selalu pucat.
"Aku ini kenapa," gumam Yura seraya meneliti wajahnya di depan cermin.
"Aku tidak pernah mimisan sesering ini. Kepalaku juga sering pusing, badanku sering lemas tiba-tiba. Aku masih minum jamu bi Ijah, biasanya langsung sembuh tapi kenapa sekarang tidak ya."
"Apa aku periksa ke dokter saja? Ah tapi aku tidak mau minum obat kalau ternyata aku sakit ... Bagaimana ini ..."
Yura kemudian mengambil ponsel di tas dan mengetik gejala-gejala yang ia alami di google. Dan artikel yang muncul cukup mengagetkan Yura.
"Hahaha ... tidak, tidak mungkin. Ini google salah pasti." Yura tertawa dengan nada khawatir.
"Tidak, aku tidak mau periksa. Aku baik-baik saja, iya aku baik-baik saja," ucap Yura ke cermin di depannya. Yura memaksakan dirinya untuk tersenyum walaupun ia kepikiran dengan artikel yang ada di google tadi.
Karena tidak ada Winter, Yura tidur di ranjang. Ia terus berguling-guling tidak jelas.
Winter dan Lusi sedang apa ya ...
Ini sudah tengah malam, Yura masih belum tidur karena memikirkan Winter.
Kemudian ia mengambil ponselnya, mencari nama Winter di kontak telpon.
Aku telpon dia aja kali ya. Tapi kalau dia sudah tidur bagaimana.
Yura membulatkan mata ketika ibu jarinya tak sengaja menekan nomor Winter. Dan Winter langsung mengangkatnya.
"Ya?"
Yura segera menempelkan ponselnya ke telinga.
"Eum ... m-maaf, aku kepijit hehe."
"Oh, oke."
Winter pun mematikan panggilannya membuat Yura uring-uringan tidak jelas.
"Arrrghhhh pria musim dingin menyebalkan!" kesal Yura dengan menghentak-hentakkan kakinya di ranjang.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 163 Episodes
Comments
ulus imla
Yura Yura bilang dong kangen gitu ah
2022-07-27
0
lid
oh iya🤣🤣🤣🤣winter
2022-06-30
0
lelah sekali
aku sih sih dulu sering mimisan sakit kepala.batuk begitu kukira sakit biasa ternyata aku sakit parah dan koma hampir 2 bulan karna dulu takut juga sama obat+jarum suntik
2022-05-29
0