Yura berada di salah satu kamar di gedung viola, tempat pernikahan mereka berlangsung. Tangan seorang perias masih sibuk memoles wajah Yura.
Yura hanya memandang kosong cermin di depan nya. Tak ada perasaan senang sedikitpun, yang ada ia malah sedih dengan pernikahan ini. Apalagi ia belum tahu siapa pria yang akan menikah dengan nya, sang Ayah masih saja bungkam soal itu.
"Selesai ..." ucap perias tersebut. "Wah ... kau cantik sekali Ayura ..."
"Aku memang cantik," sahut Yura pelan dengan muka masam membuat perias itu terkekeh.
"Astaga Yura ... Kau ini menikah dengan pengusaha kaya, seharusnya kau senang ..." kata perias itu dengan membenarkan rambut Yura.
Yura mendengus. "Bagaimana bisa aku senang menikah dengan pria yang tidak aku cintai, lebih parahnya lagi aku tidak kenal dia."
"Yura ..." panggil Benjamin.
Yura dan perias perempuan itu pun menoleh.
"Apa sudah selesai?" tanya Benjamin kepada perias tersebut.
"Sudah Tuan ..."
Benjamin tersenyum. "Baguslah ... Ayo Yura."
"Kemana Dad?"
"Menikah lah. Kau masih tanya saja."
Benjamin pun mendekati Yura dan mengulurkan tangan nya. Dengan berat hati Yura menggandeng tangan Ayahnya menuju pendeta yang sudah siap di ruangan lain.
Pintu ruangan terbuka lebar. Yura dan Ayahnya berjalan di karpet merah dengan pandangan orang-orang tertuju ke arah mereka. Benjamin tersenyum sementara Yura memasang ekspresi datar melihat para tamu yang tidak ia kenali satupun.
Bella pasti sedang bersenang-senang di acara nikahnya sepupu Nathan-ku.
Seorang pria naik ke atas altar dan ada seorang pendeta di sana. Awalnya pria itu terlihat menunduk.
Apa dia calon suamiku ...
Tapi kemudian pria itu mendongak menatap mata Yura yang sedang berjalan ke arahnya. Sontak Yura pun menghentikan langkahnya, jantungnya seakan hendak keluar dari tubuhnya. Dia membeku di tempat.
"D-dia ..." gumam Yura dengan mata membulat sempurna.
"Yura ayo ..." bisik Benjamin.
"Kenapa dia sayang?" tanya Milan kepada Maxime.
"Mungkin dia kaget karena Winter terlalu tampan," sahut Maxime terkekeh kecil.
Milan menyikut suaminya. "Ih kau ini!"
Javier menatap bergantian Winter dan Yura. Seakan bertanya kenapa gadis itu menghentikan langkahnya.
Summer baru saja datang bersama asisten laki-lakinya, Julian. Ia duduk di dekat Maxime dan Javier.
Summer meneliti wajah Yura dari atas sampai bawah lalu Javier menyikut lengan Summer.
"Darimana saja, kenapa baru datang!"
"Hehe telat bangun grandpa," sahut Summer membuat Javier dan Maxime menggelengkan kepalanya.
Yura kembali berjalan bersama Benjamin dengan wajah tegang. Sementara di atas sana Winter memasang wajah datar.
Setelah Yura berdiri di atas altar bersama Winter dan seorang pendeta. Benjamin kembali turun.
"Sudah siap?" tanya Pendeta kepada mereka berdua.
Winter mengangguk samar. Sementara Yura masih menatap Winter tanpa berkedip.
Dia kan si es batu yang cuman duduk saja saat di mobil, bagaimana bisa dia menjadi suamiku astajim ...
"Nona apa anda sudah siap?" tanya Pendeta itu lagi.
Yura masih saja diam menatap intens mata Winter. Pandangan mereka saling mengunci membuat para tamu saling berbisik karena pengantin di atas altar itu malah saling menatap dalam keheningan.
Pendeta itu menghela nafas. "Jadi nikah tidak?" tanya nya dengan pelan tapi sedikit geram.
Yura pun mengerjapkan matanya lalu berdehem, ia menggosok hidungnya kemudian menatap sang Ayah yang duduk bersama Ibunya. Benjamin menatap Yura dengan anggukan kepala meminta putrinya untuk melanjutkan pernikahan ini.
Dan dengan berat hati Yura pun menoleh ke arah pendeta kemudian menganggukan kepalanya.
Janji pernikahan itu di ucapkan lebih dulu oleh Winter, tapi Yura bukannya fokus mendengarkan janji pernikahan yang di ucapkan Winter, dia malah terus memandangi para tamu satu persatu membuat Benjamin menghela nafas kasar melihat kelakuan putrinya yang tidak bisa serius dengan pernikahannya sendiri.
Winter mengucapkan janji pernikahannya dengan menggenggam tangan Yura.
"Saya, Winter Louis De Willson, menerima engkau Ayura Aletta, sebagai istri satu-satunya dan sah di mata Tuhan. Saya berjanji akan selalu mengasihimu, baik dalam keadaan suka maupun duka, kaya maupun miskin, sehat maupun sakit, sampai maut memisahkan kita. Saya berjanji segala milikku adalah milikmu juga."
Seharusnya Yura mengucapkan janji pernikahannya setelah Winter. Tapi gadis itu malah menatap pintu masuk dengan mata menyipit. Pendeta sudah berdehem meminta Yura mengucapkan janji pernikahannya tapi Yura malah terus memandangi pintu masuk gedung.
Benjamin dan Bayuni mengikuti arah pandang Yura dan sontak Yura melebarkan mata kala melihat Nathan, Laura dan Nala berjalan di pintu masuk dengan banyak fans di belakangnya.
"Loh ..." Yura menghempaskan tangan Winter yang menggenggam tangan nya.
"NATHAN ..." teriak Yura dengan suara lantang membuat para tamu terkejut.
Nathan tersenyum melambaikan tangan ke arah Winter. Winter hanya mendengus kasar.
"AAAAA NATHANNN ..." Yura berteriak dengan berjingkrak-jingkrak senang, Winter mengerutkan dahi nya melihat sikap Yura yang melompat-lompat dengan memakai gaun pengantin yang panjang.
Benjamin menepuk jidat nya merasa malu. Bella yang berada di tengah-tengah fans yang lain cukup terkejut melihat sikap Yura.
Tadi pagi Bella sudah menebak kalau sepupu laki-laki Nathan yang akan menikah itu adalah calon suami sahabatnya. Karena ketika ia melihat kembali alamat gedung yang ada di undangan online sama dengan alamat gedung pernikahan yang di kirimkan oleh Yura kepadanya.
"Nona ... Nona ... tenang Nona ..." pendeta berusaha menenangkan Yura yang kesenangan sampai lupa dengan moment pernikahannya sendiri.
Ada kursi khusus yang sudah di persiapkan untuk Nathan, Nala dan Laura dengan fans mereka yang duduk di belakangnya.
Nathan mengedipkan mata dengan tersenyum ke arah sang Ibu, Tessa. Tessa hanya menghela nafas dengan menggelengkan kepala.
"Lalita, kenapa sebanyak itu," ucap Daniel kepada Lalita yang duduk di dekat Miwa.
"Fans Nathan memang banyak, di tambah lagi fans Laura dan Nala," sahut Lalita membuat Daniel berdecak.
Benjamin yang mulai naik pitam dengan kelakuan putrinya sendiri akhirnya menghampiri Yura dan memegang lengannya lalu berbisik.
"Jangan buat Dad malu, Yura!!" ucapnya dengan penuh penekanan.
"A-akhh ... sakit, Dad," sahut Yura karena Benjamin terlalu kuat memegang lengan nya.
Winter yang melihat itu langsung menghampiri Benjamin dan melepaskan tangan Benjamin dengan pelan. Benjamin pun sontak menoleh ke arah Winter dengan tersenyum sungkan.
"M-maaf ... anak ini memang tidak bisa diam."
Yura menekuk wajah dengan mengusap lengan nya.
"Iya Dad, aku menikah sekarang tapi setelah itu aku mau minta foto dengan Nathan-ku ..."
"Terserah kau saja, yang penting cepat selesaikan pernikahan ini ..." kata Benjamin kemudian turun dari altar.
Winter kembali memegang tangan Yura kemudian kembali mengucapkan janji pernikahannya di depan pendeta, keluarga dan para tamu yang lain.
Dan ketika giliran Yura yang mengucapkan janji pernikahan.
"Saya, Ayura Aletta, menerima engkau, Nathan Zahair Bachtiar, sebagai---"
"Ehhh ..." para tamu mengerutkan dahi nya. Kenapa nama Nathan yang di sebutkan.
Benjamin lagi-lagi menepuk jidat nya. Maxime terlihat gelisah dengan menghela nafas melihat janji pernikahan yang dari tadi tidak kunjung selesai.
Yura terlihat mengigit bibir bawahnya malu karena salah menyebutkan nama suaminya. Ia terlalu fokus dengan Nathan, Nathan sendiri malah tersenyum sambil menggelengkan kepala mendengar namanya di sebutkan.
Yura mendekatkan wajahnya sedikit ke arah Winter lalu bertanya pelan.
"Aku lupa, siapa namamu tadi?"
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 163 Episodes
Comments
KaylaKesya
hahahaha🤣🤣 aduiiii
2023-12-26
0
ponakan Bang Tigor
winter dikacangin. melas banget ganteng-ganteng jadi kacang😂
2022-09-04
1
ulus imla
ya ampuun
2022-07-26
0