Winter melajukan mobilnya dengan cepat, ia hendak pergi ke Rumah Sakit. Tapi di perjalan tiba-tiba Yura terbangun.
Yura mengerjap-ngerjapkan matanya. Kemudian menoleh ke luar jendela.
"Masih belum sampai ya," ucap Yura lalu memperbaiki posisi duduknya.
"Kita ke Rumah Sakit," ucap Winter.
"Loh, kenapa Rumah Sakit? bukan pantai?"
Sontak Winter menoleh kepada Yura dengan tatapan bingung.
"Kau, tidak ingat?" tanya Winter kemudian kembali mengalihkan pandangannya lurus ke depan.
"Ingat apa?" tanya Yura.
"Kau pingsan."
"Hah?" Yura tertawa. "Apa sih, aku ini tidur tau."
Winter semakin dibuat heran. "Kau tadi menangis. Ingat?"
"Menangis. Tidak, aku tidak menangis."
Winter menghela nafas kasar. Kenapa Yura tidak ingat apa-apa, padahal jelas-jelas gadis itu menangis dan ketakutan tadi.
"Kita pulang saja," ucap Winter.
"Tidak jadi ke pantai?"
Winter menggeleng membuat Yura menekuk wajahnya. Winter tidak ingin kejadian tadi terulang, apalagi sikap Yura aneh menurutnya.
Sesampainya di mansion, mereka keluar dari mobil. Oris dan beberapa pelayan menyambut mereka di depan teras dengan membungkukan badan.
Yura ke dapur untuk meminum jamu sementara Winter naik ke atas dan pergi ke kamarnya. Setelah selesai minum jamu, Yura tidak pergi menyusul Winter. Karena ini masih sore Yura memutuskan pergi ke taman yang ada di halaman mansion.
Sore ini cuaca masih cukup bagus, ada pohon besar di taman dan di bawahnya ada kursi panjang berwarna putih, Yura duduk di sana, angin menerpa wajah cantiknya, sesekali ada daun berguguran jatuh ke paha nya.
Yura mengambil daun di paha nya kemudian menengadah menatap daun-daun di pohon itu dengan tersenyum.
Winter memperhatikan Yura di jendela kamarnya.
Yura masih menengadah menatap daun-daun di pohon itu yang tumbuh sangat banyak.
"Hei pohon, kalau aku bisa menghitung berapa kata dalam sehari Winter berbicara, jawabannya tidak sebanyak daun di pohonmu. Huhh ... menyebalkan ya."
Winter masih memperhatikan Yura yang berbicara dengan pohon di taman.
*
Malam harinya Yura keluar dari kamar menuruni anak tangga untuk makan malam. Tapi ia mengerutkan dahinya ketika tidak ada hidangan apapun di meja makan, hanya ada Winter yang duduk sambil memainkan ponselnya.
Yura celengak-celinguk mencari Oris. "Oris kemana?"
Winter menjawab dengan mengangkat kedua bahunya tidak tahu. Yura berdecak kemudian mencari Oris ke dapur sambil berteriak memanggil-manggil nama Oris.
Tapi yang ia dapatkan malah catatan yang menempel di pintu kulkas.
Nona maafkan aku, aku sekarang bekerja di kediaman Tuan Maxime. Beberapa pelayan juga ikut pindah, jadi di mansion tidak ada siapa-siapa. Belajar memasak dan mengurus suamimu sendiri ya Nona. Byee ...
Dengan kesal Yura mengambil catatan tersebut lalu menunjukannya kepada Winter.
"Tidak mungkin kan kalau tidak ada pelayan sama sekali," ucap Yura.
Winter mengambil kertas tersebut dan membacanya kemudian menyimpan kertas kecil itu di meja.
"Masih ada, tapi untuk bersih-bersih bukan memasak," sahut Winter.
"Ya tinggal suruh saja mereka memasak. Aku akan mencari pelayan itu."
Yura pun pergi mencari pelayan yang lain meminta mereka memasakan sesuatu untuk dirinya dan Winter. Tapi mereka semua hanya menjawab.
"Nona kami juga tidak pandai memasak, kami hanya di tugaskan untuk bersih-bersih di mansion saja ... mereka yang pandai memasak di pindahkan ke kediaman Tuan Maxime."
Alhasil Yura dan Winter hanya duduk di meja makan. Winter masih bermain ponselnya sementara Yura menopang kepala dengan tangannya. Wajahnya lesu karena ia sangat lapar.
"Apa kau tidak bisa memasak?" tanya Yura kepada Winter.
"Tidak."
Itu bukan omong kosong, tapi Winter benar-benar tidak bisa memasak. Dia satu-satunya keturunan De Willson yang tidak pandai memasak. Kecuali Summer, dia pandai memasak seperti Javier dan Maxime.
"Aku lapar," ucap Yura memegang perutnya.
Kemudian Yura menoleh ke belakang ketika mendengar suara langkah seseorang. Dan ternyata itu Lusi.
Lusi tidak bicara apapun, perempuan itu langsung pergi ke dapur dan menyiapkan makan malam untuk Winter dan Yura.
"Kau yang memanggilnya?" tanya Yura yang di jawab anggukan dari Winter. Yura kemudian berdecak sebal.
Setelah tiga puluh menit menunggu akhirnya makanan datang. Lusi langsung menghidangkannya di meja.
"Apa ini?" tanya Yura menunjuk salah satu makanan yang di buat Lusi.
"Itu lasagna atau pasta nona."
"Pasta? aku tidak pernah makan pasta yang seperti ini."
"Coba saja nona, Tuan Winter menyukai ini."
"O-oh ..."
Yura langsung mencoba pasta tersebut dan ketika ia mengunyahnya, makanannya benar-benar cocok di lidah Yura. Winter menatap Yura sejenak kemudian kembali sibuk dengan makanannya.
"Wahhh ini enak ..." ucap Yura.
Saat makan tidak ada percakapan yang terjadi, selain suara sendok yang berdenting dengan piring. Lusi sendiri sedang membereskan dapur selesai masak tadi.
Setelah selesai makan malam, Lusi kembali membersihkan meja. Ketika hendak membawa piring kotor ke dapur, Winter pun berkata.
"Carikan aku pelayan baru untuk memasak," ucap Winter.
"Tidak, tidak perlu. Aku akan belajar memasak," ucap Yura. Winter menaikkan satu alisnya menatap Yura, hanya untuk memastikan apa Yura yakin akan belajar memasak.
"Aku akan belajar memasak, kau tidak perlu mencari pelayan baru hehe ..."
Lusi pun menatap Winter dan Winter menganggukan kepala mengizinkan Yura yang memasak untuknya.
Lusi kembali ke dapur, Winter membaca berkas tentang proyek baru yang akan ia kerjakan dengan salah satu rekan bisnis nya.
Sementara Yura hanya duduk di depan Winter tanpa melakukan apa-apa, ia hanya sesekali melihat Lusi yang sedang mencuci piring kemudian beralih menatap Winter.
Sampai akhirnya Yura merasa kepalanya kembali pusing. Ia memejamkan mata dan merasa ada cairan yang keluar dari hidungnya. Ketika ia menggosok hidungnya, ternyata Yura mimisan.
Karena tidak mau Winter mengetahui hal tersebut, Yura segera pergi dari meja makan menuju kamar mandi dengan berlari. Winter hanya menatap kepergian Yura dengan menaikkan satu alisnya.
*
Yura bangun lebih dulu untuk membuat sarapan, ia meregangkan otot-ototnya, lalu menyibakkan selimut yang menutupi tubuhnya. Ia beranjak dari sofa untuk membuka tirai jendela dan ternyata di luar masih gelap.
Yura membalik dan mendapati Winter masih tertidur dengan atasan polos tanpa busana. Selimutnya hanya menutupi tubuhnya sampai pinggang saja.
Yura pun keluar dari kamar menuruni anak tangga berjalan ke dapur. Ketika ia membuka kulkas, ia melihat beberapa bahan masakan. Ada tempe, telur, sayuran, ayam dan masih banyak lagi.
"Aku harus masak apa," gumam Yura sambil menggaruk kepala nya bingung.
Kemudian ia mengingat-ngingat Bi Ijah pernah makan tempe goreng. Simpel tapi enak, Yura pun mengambil tempe di kulkas, memotongnya beberapa bagian lalu menggoreng tempe tersebut tanpa di baluri bumbu terlebih dahulu.
Dan tempenya gosong tapi Yura malah membela dirinya sendiri.
"Tempe buatan Bi Ijah warna coklat, yang ini sedikit hitam. Ah tapi masih enak kok, aku yakin."
Bukan hanya tempe, ia juga memasak nasi goreng. Entah enak atau tidak tapi Yura justru bangga dengan masakan nya sendiri.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 163 Episodes
Comments
ulus imla
lucu Thor
2022-07-26
0
Rahmat Uja
🤣🤣🤣🤣🤣🤣 kalakuan si yuraaa
2022-06-26
0
Lilis Hasanah
bagus
2022-04-29
0