Malam hari ketika waktunya tidur, Yura duduk di ranjang dengan gelisah. Kemarin ia tidur dengan nyenyak tanpa Winter.
Tapi sekarang, tidak mungkin ia harus menghapus sidik jari pria itu lagi agar tidak bisa masuk ke kamar.
Dan di sisi lain Yura tidak mau tidur satu ranjang dengan Winter. Banyak kamar kosong di mansion, tapi ia tidak bisa tidur di kamar lain karena takut para pelayan melihatnya tidur terpisah dengan Winter dan mengadukan nya kepada Benjamin, sang Ayah.
Yura terhentak kaget ketika pintu kamar terbuka. Ia pun berdiri dari duduknya menatap Winter, Winter hanya menatap Yura sekilas kemudian menyimpan ponselnya di nakas.
Winter membuka bajunya tanpa berbicara apapun membuat Yura sontak mengalihkan pandangannya ke arah lain dengan memejamkan mata menahan kekesalannya.
Apa dia tidak melihatku, enak sekali buka baju di depanku.
Winter kemudian naik ke ranjang dan merebahkan dirinya di kasur empuk itu dengan hanya memakai celana pendek saja.
Yura berjalan ke sofa kemudian berdehem. "A-aku tidur di sini saja ..."
"Iya."
Apa? iya, katanya. Dia seharusnya memakai baju dan membiarkanku tidur di kasur. Ini malah terbalik astajim ...
Yura mendengus kasar dan berbaring di sofa. Sesekali ia menoleh ke ranjang, Winter benar-benar sudah tidur. Dan Yura pun akhirnya memutuskan menutup matanya.
Satu jam kemudian, Winter membuka matanya, ia beranjak dari kasur dan mengambil selimut di lemari. Ia berjalan pelan menghampiri Yura dan menyelimuti gadis itu.
Ketika ia berbalik, Winter mendengar suara rintihan gadis itu. Winter pun menoleh ke belakang, Yura mungkin sedang mimpi buruk tapi tubuhnya terlihat gemetar.
Perlahan Winter menempelkan punggung tangan nya di kening gadis itu. Kemudian Winter menghela nafas, Yura demam.
"Yura ..."
"Yura ..."
"Tolong ..." lirihnya. "Tolong ..."
"Yura ..." Winter menepuk-nepuk pipi Yura.
"Ma ... Ayo lari Ma ..."
Winter mengerutkan dahi nya, gadis ini mimpi apa sampai terlihat ketakutan seperti itu dan wajanya berkeringat.
"Maaaa ..."
"MAMA ..."
Yura langsung terbangun dari tidurnya dengan nafas memburu. Wajahnya berkeringat dingin, ia mengedarkan pandangan nya.
"Yura ..."
"Akhh ..." Yura memijit kepalanya yang terasa sakit.
"Kau demam." Winter hendak menelpon dokter tapi Yura menahan tangan nya.
"Ja-jangan ..."
"Kau demam," ulang Winter.
"Aku baik-baik saja, ini karena mimpi buruk saja jadi aku demam, biasanya memang seperti itu jadi jangan khawatir ..."
"Aku mohon jangan, aku tidak bisa minum obat," rengek Yura ketika Winter hendak pergi mengambil ponsel di nakas.
Dan akhirnya Winter pun mengangguk. Winter membantu menyiapkan air kompresan untuk Yura dan Yura mengompres dirinya sendiri.
Winter kembali ke ranjang dan kembali memejamkan matanya.
"Kapan aku berhenti mimpi buruk itu, huh."
*
Pagi harinya Yura baru saja selesai mandi, ia memakai baju dan memoles wajahnya sedikit dengan make up. Kemudian turun ke bawah untuk sarapan.
Yura bersenandung pelan ketika menuruni anak tangga sambil menatap ke bawah. Dan ketika di anak tangga terakhir, Yura mendongak dan sontak matanya membulat sempurna ketika di meja makan ia melihat Nathan, Laura, Nala dan Lalita. Ada Winter juga di sana.
"N-Nathan ..." gumam Yura.
"Hai ..." Nathan melambaikan tangan.
"Aaaaaa ... Nathan ..." Yura berjingrak-jingkrak kesenangan.
Nathan dan yang lain saling menoleh melihat sikap Yura seperti itu. Kecuali Winter yang dari tadi hanya sibuk dengan sarapan nya sendiri.
"Hai Yura, kemari. Ayo sarapan bersama kami_" ajak Laura membuat Yura kikuk seketika.
"E-eh, iya. Hehe ..."
Yura berjalan pelan menghampiri mereka dan duduk di dekat Winter. Yura tersenyum kepada Nathan, Nathan membalas senyuman gadis itu.
Astajim ... senyumnya manis sekali. Aaaaa ...
Winter berhenti mengunyah ketika merasa kakinya di injak seseorang di bawah meja makan, perlahan ia menunduk melihat siapa yang menginjak kaki nya. Dan ternyata Yura.
Yura tak henti-hentinya tersenyum kepada Nathan dengan terus menginjak kaki Winter di bawah sana karena ia salah tingkah.
"Yura, dulu kau kuliah jurusan apa?" tanya Lalita.
"Aku ... aku kuliah sastra, tapi setelah lulus tidak jadi apa-apa hehe ..."
"Kau kan jadi istrinya Winter sekarang," sahut Nala.
Yura menoleh kepada Winter yang masih sibuk makan.
Seandainya aku bisa memilih, aku lebih mau berjodoh dengan Nathan saja dari pada dia ... ya, walaupun dia juga tampan.
Winter menoleh ketika sadar Yura sedang memperhatikan dirinya, seketika Yura memalingkan wajahnya kembali menatap Nathan.
"Kami datang karena Winter mengundang kami sarapan bersama," ucap Laura.
"O-oh, jadi Winter yang undang."
"Iya Yura," ucap Nala.
"Sudah, kita makan dulu," ucap Nathan.
Mereka makan bersama dengan sesekali Yura tersenyum kepada Nathan. Winter selesai sarapan lebih dulu, ia hanya memegang segelas air di tangannya dengan sesekali memperhatikan Yura dan Nathan yang saling melempar senyum satu sama lain.
"Oh iya, Summer kapan kembali ke sini lagi?" tanya Nala kemudian.
"Baru juga pulang kemarin kau sudah menanyakan dia," ucap Lalita.
"Dia itu aneh, betah sekali di Negara X. Coba saja kalau dulu keluarga kita tidak liburan ke Negara X, mungkin Summer akan tinggal di sini," sambung Laura.
"Pasti dia punya alasan tertentu tinggal di sana," ucap Nathan.
*
Selesai sarapan mereka berpamitan untuk pulang. Sebelumnya Yura meminta foto bersama dengan mereka untuk di pamerkan kepada Bella.
"Terimakasih ya ... terimakasih ..." Yura membungkukan badan nya beberapa kali.
"Sudah cukup, Yura. Jangan seperti itu, kita ini keluarga tau," sahut Nala memegang pundak Yura.
"Hehe iya terimakasih ..."
Winter dan Yura hanya mengantar sampai depan kemudian Winter kembali ke mansion, Yura pun segera menyusul Winter dan berdiri di depan nya.
"Terimakasih ..." ucapnya dengan mata berbinar dan senyuman menggembang di wajahnya.
"Untuk?"
"Aku tau kau mengundang mereka untukku kan, kau tau aku sangat mengidolakan sepupu mu itu. Aaaaa ... aku sangat bahagia hari ini, aku punya banyak foto bersama mereka, aku akan memamerkan fotoku ini kepada Bella. Aku ke kamar dulu ya, bye ..." Yura melambaikan tangan lalu berlari ke kamarnya.
Tapi ketika hendak menaiki anak tangga, tiba-tiba ia merasa pusing kembali. Seisi mansion serasa berputar, tangga di depannya seakan menjadi dua. Yura memegangi kepalanya dengan mendesis.
Kenapa lagi, padahal aku tidak telat makan.
"Yura ..." Winter memegang pundak Yura.
Yura terhentak kaget dan segera menoleh.
"Kau--"
"Aku baik-baik saja," potong Yura dengan tersenyum. "Aku hanya sedang memikirkan bagaimana reaksi Bella kalau tau aku makan bersama Nathan ya ... aku ke kamar dulu ya."
Yura menaiki anak tangga meninggalkan Winter yang hanya diam menatap kepergian gadis itu.
Ketika di dalam kamarnya, ia pergi ke kamar mandi ketika merasa hidungnya tidak enak. Dan ketika ia mematut dirinya di depan cermin tiba-tiba darah keluar dari hidungnya membuat Yura melebarkan mata seketika.
Ia mengusap hidungnya sendiri dan darah itu kini berpindah ke telapak tangan nya. Yura menatap darah di tangan nya sesaat, kemudian segera mencuci tangan dan membersihkan hidungnya.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 163 Episodes
Comments
Lina RA
thor, astajim itu apa?
istighfar? kalau ia, tlg di edit y benar.
sangat mggaggu ketika mbaca@
2022-10-08
1
lid
yura sakit jangan sampe sad thor ceritanya
2022-06-29
0
lelah sekali
sakit kangker kah yur
2022-05-29
0