Winter sedang menonton berita di tv, hari ini ia tidak masuk ke kantor. Yura masih di kamarnya dan Oris sedang mencuci piring.
Suara bel membuat Winter dan Oris menoleh ke arah pintu.
"Siapa, pagi-pagi seperti ini," ucap Oris lalu mengeringkan tangan nya dengan handuk dan membuka pintu.
"Selamat pagi ..." sapa perempuan paruh baya tersenyum di depan Oris dengan memegang sebotol minuman.
"Pagi. Cari siapa?" tanya Oris.
"Saya cari non Yura. Ada kah?"
"Anda siapa ya?"
"Saya Bi Ijah, ART di kediaman Tuan Benjamin."
"Oh ..." Oris melihat Bi Ijah membawa botol bening dengan air berwarna coklat di dalamnya kemudian ia menoleh ke arah Winter yang sedang menonton tv.
"Non Yura nya ada, Tuan?" tanya Bi Ijah.
"Ada tapi--"
"Bi Ijah ..." teriak Yura menuruni anak tangga.
Mendengar suara Yura, Winter pun menarik diri dari sandaran kursi kemudian menatap Yura yang berlari menghampiri Oris dan Bi Ijah.
"Non, astaga Non ... Bibi kangen ..." Bi Ijah memeluk Yura. Winter pun beranjak dari duduknya menghampiri mereka dan Oris kembali ke dapur.
"Sama Bi, aku juga kangen banget sama Bi Ijah. Oh iya, jamu nya, Bi." Yura melepas pelukan nya.
"Ini non ..." Bi Ijah memberikan jamu hasil racikannya sendiri saat di kampung dulu. Jamu yang terkenal sebagai jamu penyembuh saat di kampungnya dulu.
"Apa itu?" tanya Winter.
"Ini jamu, Tuan. Jamu pen--"
"Pembuat kecantikan," potong Yura dengan tersenyum.
"Hah?" Bi Ijah menatap penuh tanya sikap Yura. kenapa berbohong.
"Iya kan, Bi. Ini jamu kecantikan, kau tidak tau kan Winter?"
Winter menggelengkan kepala.
"Jadi orang-orang di kampung dulu lebih suka minum jamu untuk menjaga kesehatan kulit mereka, agar tetap awet muda. Iya kan Bi Ijah."
Yura menatap Bi Ijah dengan tatapan tajam agar Bi Ijah mau mengangguk. Dan Bi Ijah akhirya menganggukan kepala.
"I-iya Tuan ... itu jamu kecantikan."
Astaga ... apa jangan-jangan Tuan Winter ini tidak tau kalau Non Yura sedang sakit. Non Yura kan kalau sakit tidak mau bilang siapa-siapa karena takut di paksa minum obat.
"Iya kan, ini memang jamu kecantikan tau," pekik Yura lalu mencium botol tersebut. "Ahhh ... senangnya akhirnya aku jadi awet muda terus-menerus kalau minum ini."
Winter memperhatikan Yura dan Bi Ijah bergantian. Seperti ada yang di sembunyikan dari mereka.
"Bi Ijah makasih ya, kalau begitu aku minum jamu nya dulu."
"I-iya non ... Kalau begitu Bi Ijah permisi ya Non."
"Iya bi. Hati-hati ..."
Setelah Bi Ijah pergi Winter menutup pintu dan menyusul Yura ke dapur. Yura terlihat sedang menuangkan jamu tersebut ke dalam gelas. Dulu ketika Yura sakit, jamu Bi Ijah lah yang menjadi penyembuh.
Winter diam di minibar memperhatikan Yura yang sedang meminum jamu tersebut. Padahal Winter mencium bau aneh dari Jamu itu ketika di buka, tapi anehnya itu seperti bukan masalah yang besar untuk Yura.
"Ahhh ... mantap sekali ..." Yura membersihkan mulutnya dengan punggung tangan kemudian menyimpan jamu tersebut di lemari pendingin.
Ia pun duduk di depan Winter. "Kau mau coba jamu nya?" tanya Yura.
Winter menggelengkan kepala.
"Kenapa? kau takut jadi cantik ya?" tanya Yura dengan terkekeh pelan.
"Eh kau tau, aku sudah terbiasa minum jamu dari bi Ijah."
"Dari kapan?"
"Dari kecil, khasiatnya banyak. Bisa mencegah penyakit dan mengobati penyakit juga."
"Kenapa tidak ke dokter kalau sakit?" tanya Winter sambil menuangkan air ke gelas.
"Karena masih banyak cara alami yang bisa di lakukan dari pada pergi ke dokter."
"Oh ..."Winter meminum air di gelas tersebut kemudian membuka ponselnya untuk melihat spanduk yayasan yang sudah di pasang di beberapa jalanan.
Yura diam memperhatikan Winter yang sibuk dengan ponselnya sendiri.
Pria ini, kadang dingin sekali, kadang bisa di ajak bicara juga. Tapi setelah di lihat-lihat, kenapa dia lebih tampan dari Nathan-ku ya ...
Yura mengerjap lalu menggelengkan kepala ketika tak sadar telah memikirkan Winter.
Tidak-tidak. Jangan gila Ayura. Nathan-ku jauh lebih baik dari dia.
Kemudian Lusi datang ke mansion dan berjalan menghampiri mereka dengan membawa berkas di tangan nya.
Yura menatap Lusi dari ujung rambut sampai ujung kaki.
Gila ... sexy sekali, kalau tidak salah dia kan sekretaris Winter. Kenapa Sekretaris nya harus secantik ini.
Lusi sudah terbiasa keluar masuk mansion sejak menjadi sekretaris Winter.
"Berkas yang harus anda tanda tangani, Tuan ..." Lusi menyimpan berkas tersebut di meja kemudian tersenyum tipis kepada Yura.
Yura pun membalas dengan senyuman sementara Winter sedang membaca isi berkas tersebut.
Dia benar-benar hanya Sekretaris atau bukan ya. Aku jadi penasaran.
"Ada apa nona?" tanya Lusi ketika sadar dari tadi ia menjadi pusat perhatian Yura.
"A-ah, tidak hehe ..."
Winter menoleh bergantian Yura dan Lusi kemudian kembali sibuk dengan berkas nya sendiri.
Memalukan, aku jadi ketahuan dari tadi memperhatikan dia. Huh.
*
Setelah Lusi pergi dari mansion, Winter hendak pergi ke mansion orang tuanya. Untuk mengunjungi mereka. Dan hal itu memang harus membawa Yura, kalau tidak Maxime dan Milan akan menanyakan gadis itu terus.
Yura memasang seatbealt nya dan Winter menyalakan mesin mobilnya.
"Oh iya, apa di sana kita akan menginap?" tanya Yura.
"Tidak."
"Oh, oke ..."
Mobil pun keluar dari mansion Winter. Di perjalan seperti biasa, hening dan tidak ada yang berbicara.
Yura sibuk memperhatikan jalanan di luar dan Winter yang fokus mengemudi.
Ketika lampu merah tiba. Mobil berhenti dan beberapa pedagang dan pengamen mulai menghampiri beberapa mobil.
Ada penjual buah-buahan yang menghampiri mobil Winter. Yura pun hendak membuka jendela nya tapi di kunci oleh Winter.
"Aku ingin beli mangga."
"Jangan."
"Loh kenapa?"
"Tidak fresh lagi."
"Tapi masih enak kok, aku pernah beli."
"Jangan."
"Winter tapi aku--"
Lampu berubah menjadi hijau dan mobil pun kembali melaju, Yura menekuk wajahnya karena tidak jadi makan mangga.
Sesampainya di mansion, mereka keluar dari mobil. Maxime, Milan, Javier dan Sky sudah berdiri di teras depan menyambut mereka dengan senyuman hangat.
"Selamat siang Tuan--"
"Panggil Dad," potong Maxime.
"Eh hehe, iya Dad."
"Jangan terlalu canggung, Yura. Sini peluk dulu." Milan memeluk Yura.
Sementara Winter sedang di peluk oleh Sky. "Bagaimana kabarmu, Winter?" tanya Sky.
"Baik, Grandma."
"Aura seorang suami sudah terlihat di wajahmu," ucap Javier sambil terkekeh pelan.
Winter tersenyum kemudian memeluk Javier. Beberapa bulan terakhir Javier dan Sky lebih sering tinggal di mansion Maxime.
"Ayo masuk dulu, kita bicara di dalam saja," ajak Milan.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 163 Episodes
Comments
ponakan Bang Tigor
anaknya Maxime gituloh😎
2022-09-05
1
lid
kangem sama jamaal🍷🤣🤣🤣🤣
2022-06-30
0
Lilis Hasanah
lanjut
2022-04-29
0