#16

Lusi membuka pintu ruangan. Winter sedang menatap laptop untuk mencari tahu tentang tsunami di pantai greenland.

Winter mendongak dan mendapati Lusi dan Yura di belakangnya. Pria itu pun menutup laptop nya. Lusi membungkukan badan sebelum kembali keluar dari ruangan dan meninggalkan Yura berdua dengan Winter.

Winter menatap Yura yang masih berdiri di dekat pintu kemudian pandangannya turun perlahan ke lutut Yura yang terluka.

Winter pun beranjak dari duduknya, berjalan ke arah lemari dan mengambil kotak p3k di sana. Winter duduk di sofa dan memberi isyarat dengan tangannya meminta Yura juga duduk.

Yura pun berjalan dan duduk di samping Winter. Tanpa basa-basi, Winter mengangkat kaki Yura ke atas pahanya.

"Eh, kau mau apa?"

Winter tidak menjawab, ia membuka kotak p3k itu dan membersihkan luka Yura sebelum di beri obat.

"Kau tidak penasaran kenapa dengan lututku sampai terluka begini?"

"Jatuh kan."

Yura menghela nafas. "Setidaknya tanya dulu kek, kan bisa."

Setelah selesai Winter kembali menurunkan kaki Yura.

"Terimakasih," ucap Yura yang di jawab anggukan dari Winter.

Winter hendak beranjak dari duduknya tapi Yura menahan tangannya.

"Tunggu-tunggu ..."

Winter menatap tangan Yura yang memegang lengannya.

"Eh maaf." Yura menarik kembali tangannya dan Winter kembali duduk.

Yura mengambil kantung coklatnya di meja dan mengambil tupperware dari dalam sana.

"Aku membuat sandwich untukmu, tapi tenang saja ini tidak gosong seperti tempe."

Yura membuka tutup tupperware tersebut. "Taaadaaa ... sandwich ala chef Ayura ..." ucap Yura dengan tersenyum.

"Ini, kau coba ..." Yura memberikannya kepada Winter.

Winter mengambil sandwich tersebut dan dengan ragu-ragu ia memasukan ke mulutnya. Ia mengunyahnya perlahan, tidak ada ekspresi apapun dari Winter, ia terus memakan sandwich itu.

"Bagaimana?" tanya Yura yang tak sabar dengan hasil masakannya.

"Lumayan," sahut Winter singkat membuat senyum di wajah Ayura mengembang seketika.

"Lebih baik dari tempe kan?"

Winter mengangguk.

Yura mengepalkan tangannya ke udara sambil berjoged. "Yessss berhasil ... berhasil ... dududu ..."

Winter diam-diam menatap Yura dengan ekor matanya lalu menarik ujung bibirnya tersenyum melihat tingkah Yura.

*

Selama di kantor, Yura hanya duduk di sofa memperhatikan Winter. Terkadang Yura menonton video di ponselnya untuk melampiaskan rasa bosan nya.

Dia tidak bosan apa setiap hari bekerja.

Sampai akhirnya hujan kembali turun, Yura yang duduk bersender di sofa langsung menarik tubuhnya melihat ke arah jendela.

Yura hanya diam memperhatikan air hujan yang membasahi jendela ruangan. Yura bahkan tidak sadar kalau Winter berjalan ke arahnya.

"Jangan lihat ke jendela," ucap Winter memasang headphone di telinga Yura.

Wajah mereka sangat dekat, keduanya saling menatap selama beberapa detik, sebelum akhirnya Yura mendengar alunan piano yang menenangkan di telinganya.

Mata mereka saling menatap intens. Tangan Winter yang semula berada di telinga Yura memegang headphone, perlahan turun mengelus pipi Yura.

DUAR

Petir kembali menyambar, membuat keduanya terlonjak kaget dan mereka pun saling mengalihkan pandangannya ke arah lain ketika sadar dari tadi mereka saling menatap satu sama lain.

"Apa petir nya masih terdengar?" tanya Winter yang di jawab anggukan dari Yura.

"Duduk saja di sini," ucap Winter.

Winter pun memperbesar volume headphone nya. Alunan piano terdengar lebih keras di telinga Yura.

Winter berjalan menutup tirai jendela, ia hanya berharap semoga hujan kali ini tidak terlalu lama. Ketika ia membalik, ia hanya melihat Yura menunduk memainkan jari-jemarinya.

Pria itu berjalan perlahan kemudian memegang pundak Yura. Yura mendongak menatapnya.

Dan disaat itu Winter bisa melihat, kalau wajah Yura pucat dan terlihat lesu. Ia mengerti dengan Yura sekarang, bukan menyingkirkan suara hujan dari telinga Yura, tapi seharusnya membuat pikiran Yura untuk tidak mengingat kejadian tsunami saat kecil.

Winter pun mengambil selimut di salah satu kamar tempat biasa dirinya tidur jika tidak pulang ke mansion.

Ia membawa selimut itu ke sofa lalu menyelimuti tubuh Yura. Yura hanya diam, padahal tadi gadis itu cukup ceria sebelum hujan turun.

Winter duduk di samping Yura. "Kemari," ucapnya menarik tubuh Yura masuk ke dalam pelukannya.

Gadis itu berada di pelukan Winter dengan selimut tebal melilit tubuhnya dan headphone di telinganya.

Yura memejamkan mata, Winter sesekali mengelus-ngelus punggung Yura.

*

Ketika Yura terbangun, ia sudah berada di sebuah kamar yang tidak terlalu luas. Ia menyibakkan selimutnya lalu menguap.

"Dimana ini," gumam nya.

Ia melihat headphone di meja samping ranjang. Headphone yang di kenakan oleh Winter tadi kepadanya. Ia juga ingat saat Winter memeluknya. Itu artinya trauma nya tidak kambuh terlalu parah.

Yura turun dari ranjang membuka pintu dan mengintip sebentar. Ia melihat Winter sedang berbicara dengan dua pria. Mungkin rekan kerjanya.

Setelah dua pria itu keluar dari ruangan, Yura pun keluar dari kamar itu.

Winter menoleh kepada Yura. Yura berjalan mendekati meja Winter dan duduk di hadapan pria itu.

"Eumm ..." Yura menggaruk kepala nya dengan menunduk.

"Trauma ku kambuh tadi ya," ucap Yura yang di jawab deheman dari Winter.

"A-aku mengerti, tadi siang aku tidur satu ranjang bersamamu karena trauma ku kambuh juga kan? dan kau memelukku untuk menenangkanku." Yura mendongak menatap Winter.

Winter menjawab dengan anggukan kepala.

"Eumm ... aku minta maaf soal itu, aku malah menuduhmu melakukan hal aneh-aneh kepadaku."

"Aku harus ke luar kota malam ini. Lebih baik kau pulang."

"Hah? k-ke luar kota. Malam ini?"

Winter mengangguk.

"Lusi akan mengantarmu."

"Apa Lusi juga ikut?"

"Iya."

"Oh." Yura menghela nafas, menunduk dan menggosok hidungnya. Entah kenapa ia tidak suka jika Lusi harus ikut.

"Berapa lama?" tanya Yura.

"Tiga hari."

Yura mengangguk-ngangguk. "Yasudah, kalau begitu aku pulang."

Yura beranjak dari duduknya.

"Lusi ada di bawah."

"Aku bisa pulang sendiri," ucap Yura. Ia mengambil tas di sofa lalu keluar dari ruangan Winter.

*

Yura memutuskan untuk naik bis dari pada taxi. Gadis itu sedang duduk di halte menunggu bis datang dengan memainkan kakinya yang tergantung.

Lusi tadi sempat ingin mengantar Yura tapi Yura terus menolak.

Suasana hati Yura tidak terlalu baik, gadis itu terlihat murung perihal mendengar Winter akan pergi ke luar kota bersama Sekretaris perempuannya.

Ketika bis berhenti di depannya, Yura langsung naik dan duduk paling belakang sendirian. Ia memalingkan matanya ke luar jendela.

Kemudian ponselnya bergetar dan pesan masuk dari Winter pun muncul.

Kenapa tidak dengan Lusi?

Yura membalas.

Aku ingin pulang sendiri, naik bis.

Dan Winter tidak membalas lagi. Yura menghela nafas berat.

Pernikahan macam apa ini ...

Sesampainya di mansion, Yura langsung naik ke kamarnya dengan langkah tak bersemangat. Ia membuka pintu kamar dan menidurkan dirinya di ranjang dengan menatap langit-langit kamarnya.

Bersambung

Terpopuler

Comments

💖syakilah💖

💖syakilah💖

kalau baca crita yang ini aq sering ketawa sendiri...tp tetap sama2 seru crita nya dgn javier dan maxiem... 💪💪💪💪👍👍👍👍👍

2022-06-30

0

lid

lid

sabar yura.tp kamu g sakit apa2 kan

2022-06-30

0

Lilis Hasanah

Lilis Hasanah

kasihan yura..

2022-04-29

0

lihat semua
Episodes
1 #01 Di jodohkan
2 #02 Menolak
3 #03 Pertama kali bertemu.
4 #04 Gaun pengantin.
5 #05 Pernikahan (1)
6 #06 Pernikahan (2)
7 #07 Tidak bisa masuk kamar.
8 #08 Letta.
9 #09 Mimpi buruk & mimisan.
10 #10
11 #11
12 #12
13 #13
14 #14
15 #15
16 #16
17 #17
18 #18
19 #19
20 #20
21 #21
22 #22
23 #23
24 #24
25 #25
26 #26
27 #27
28 #28
29 #29
30 #30
31 #31
32 #32
33 #33
34 #34
35 #35
36 #36
37 #37
38 #38
39 #39
40 #40
41 #41
42 #42
43 #43
44 #44
45 #45
46 #46
47 #47
48 #48
49 #49
50 #50
51 #51
52 #52
53 #53
54 #54
55 #55
56 #56
57 #57
58 #58
59 #59
60 #60
61 #61 Bertengkar di Klab
62 #62 Mengingat masa kecil
63 #63 Berusaha mencaritahu
64 #64 Hasil Tes DNA
65 #65 Penjelasan di masa lalu
66 #66 Siapa Yura?
67 #67 Menolak punya kakak
68 #68 Magma dan Winter
69 #69 Hilangnya foto Summer dan Letta
70 #70 Magma di mansion De Willson
71 #71 Pingsan
72 #72 Gagal unboxing
73 #73 Mengetahui putrinya sakit
74 #74 ingatan kembali ...
75 #75 Benci Lautan
76 #76 Kebersamaan yang menyenangkan
77 #77 Pesta di hotel
78 #78 Summer dan Yura
79 #79 unboxing lagi
80 #80 Pertengkaran adik kakak
81 #81 Makam Nicholas
82 #82 Teman masa kecil Winter
83 #83 Hari Valentine
84 #84 Di Kantin
85 #Bunga untuk karyawan
86 #86 Donor
87 #87 Hampir di lecehkan
88 #88 Ingatan kembali lagi
89 #89 Teman masa kecil
90 #90 Anak anjing
91 #91 Koma
92 #92 Koma (2)
93 #93 Burung yang malang
94 #94 Burung bangau
95 #95 Noah & Kai
96 #96 Selamat tinggal Yura
97 #97 Selamat tinggal Yura (2)
98 #98 kremasi
99 #99 Melarung abu Yura
100 #100 Kenangan Yura
101 #101 Winter depresi
102 #102 Summer & intan
103 #103 Reagan Louis De Willson
104 #104 Winter & Reagan
105 #105 Melihat Yura
106 # 106 Melihat Yura (2)
107 #107 Melihat cctv
108 #108 Jalan-jalan ke mall
109 #109 Keluarga Benjamin
110 #110 Yura masih hidup
111 #111 Apa yang sebenarnya terjadi?
112 #112 Apa yang sebenarnya terjadi? (2)
113 #113 berjuang sembuh (Flashback)
114 #114 kepulangan yang gagal (Flashback)
115 #115 Tidak tahan
116 #116 Bertemu keluarga kembali
117 #117 Peti di tukar
118 #118 Italy (1)
119 # 119 Italy (2)
120 #120 Italy (3)
121 #121 Daddy Winter masuk guci
122 #122 Selamat tinggal Javier
123 #123 Selamat tinggal Javier
124 #124 Selamat tinggal Javier
125 #125 Hidup harus berlanjut
126 #126 Belajar memasak
127 #127 Reagan dan Yura
128 #128 Kebersamaan mereka
129 #129 Rumah Benjamin
130 #130 Yura cemburu
131 #131 Winter hanya mencintai Yura
132 #132 Mual lagi
133 #133 Yura hamil?
134 #134 memberitahu Winter
135 #135 Marah kepada Winter
136 #136 Nasi goreng keluarga De Willson
137 #137 Bumil dan suaminya
138 #138 Winter & Magma
139 #139 Tas dari Magma
140 #140 Winter yang aneh
141 # 141 Sea World
142 #142 Stress dengan sikap Winter
143 #143 masih berdebat
144 #144 De Willson bingung dengan Winter
145 #145 Bertemu Anaya di mall
146 #146 Masih ngidam
147 #147 Merasa bersalah
148 #148 marah kepada Winter
149 #149 Anaya pelakor
150 #150 Ujian pernikahan Winter & Yura
151 #151 menabrak Anaya
152 #152 Anaya bertemu Maxime
153 #153 Winter menemui Anaya
154 #154 Anaya pergi ke korea
155 #155 Yura membahas Anaya
156 #156 marah kepada Reagan
157 #157 Bermain dengan Glory
158 #157 Pernikahan Nathan
159 #159 pakaian bayi
160 #160 lahiran
161 #161 Baby blues
162 #162 Magma memberi hadiah
163 #163 Happy ending
Episodes

Updated 163 Episodes

1
#01 Di jodohkan
2
#02 Menolak
3
#03 Pertama kali bertemu.
4
#04 Gaun pengantin.
5
#05 Pernikahan (1)
6
#06 Pernikahan (2)
7
#07 Tidak bisa masuk kamar.
8
#08 Letta.
9
#09 Mimpi buruk & mimisan.
10
#10
11
#11
12
#12
13
#13
14
#14
15
#15
16
#16
17
#17
18
#18
19
#19
20
#20
21
#21
22
#22
23
#23
24
#24
25
#25
26
#26
27
#27
28
#28
29
#29
30
#30
31
#31
32
#32
33
#33
34
#34
35
#35
36
#36
37
#37
38
#38
39
#39
40
#40
41
#41
42
#42
43
#43
44
#44
45
#45
46
#46
47
#47
48
#48
49
#49
50
#50
51
#51
52
#52
53
#53
54
#54
55
#55
56
#56
57
#57
58
#58
59
#59
60
#60
61
#61 Bertengkar di Klab
62
#62 Mengingat masa kecil
63
#63 Berusaha mencaritahu
64
#64 Hasil Tes DNA
65
#65 Penjelasan di masa lalu
66
#66 Siapa Yura?
67
#67 Menolak punya kakak
68
#68 Magma dan Winter
69
#69 Hilangnya foto Summer dan Letta
70
#70 Magma di mansion De Willson
71
#71 Pingsan
72
#72 Gagal unboxing
73
#73 Mengetahui putrinya sakit
74
#74 ingatan kembali ...
75
#75 Benci Lautan
76
#76 Kebersamaan yang menyenangkan
77
#77 Pesta di hotel
78
#78 Summer dan Yura
79
#79 unboxing lagi
80
#80 Pertengkaran adik kakak
81
#81 Makam Nicholas
82
#82 Teman masa kecil Winter
83
#83 Hari Valentine
84
#84 Di Kantin
85
#Bunga untuk karyawan
86
#86 Donor
87
#87 Hampir di lecehkan
88
#88 Ingatan kembali lagi
89
#89 Teman masa kecil
90
#90 Anak anjing
91
#91 Koma
92
#92 Koma (2)
93
#93 Burung yang malang
94
#94 Burung bangau
95
#95 Noah & Kai
96
#96 Selamat tinggal Yura
97
#97 Selamat tinggal Yura (2)
98
#98 kremasi
99
#99 Melarung abu Yura
100
#100 Kenangan Yura
101
#101 Winter depresi
102
#102 Summer & intan
103
#103 Reagan Louis De Willson
104
#104 Winter & Reagan
105
#105 Melihat Yura
106
# 106 Melihat Yura (2)
107
#107 Melihat cctv
108
#108 Jalan-jalan ke mall
109
#109 Keluarga Benjamin
110
#110 Yura masih hidup
111
#111 Apa yang sebenarnya terjadi?
112
#112 Apa yang sebenarnya terjadi? (2)
113
#113 berjuang sembuh (Flashback)
114
#114 kepulangan yang gagal (Flashback)
115
#115 Tidak tahan
116
#116 Bertemu keluarga kembali
117
#117 Peti di tukar
118
#118 Italy (1)
119
# 119 Italy (2)
120
#120 Italy (3)
121
#121 Daddy Winter masuk guci
122
#122 Selamat tinggal Javier
123
#123 Selamat tinggal Javier
124
#124 Selamat tinggal Javier
125
#125 Hidup harus berlanjut
126
#126 Belajar memasak
127
#127 Reagan dan Yura
128
#128 Kebersamaan mereka
129
#129 Rumah Benjamin
130
#130 Yura cemburu
131
#131 Winter hanya mencintai Yura
132
#132 Mual lagi
133
#133 Yura hamil?
134
#134 memberitahu Winter
135
#135 Marah kepada Winter
136
#136 Nasi goreng keluarga De Willson
137
#137 Bumil dan suaminya
138
#138 Winter & Magma
139
#139 Tas dari Magma
140
#140 Winter yang aneh
141
# 141 Sea World
142
#142 Stress dengan sikap Winter
143
#143 masih berdebat
144
#144 De Willson bingung dengan Winter
145
#145 Bertemu Anaya di mall
146
#146 Masih ngidam
147
#147 Merasa bersalah
148
#148 marah kepada Winter
149
#149 Anaya pelakor
150
#150 Ujian pernikahan Winter & Yura
151
#151 menabrak Anaya
152
#152 Anaya bertemu Maxime
153
#153 Winter menemui Anaya
154
#154 Anaya pergi ke korea
155
#155 Yura membahas Anaya
156
#156 marah kepada Reagan
157
#157 Bermain dengan Glory
158
#157 Pernikahan Nathan
159
#159 pakaian bayi
160
#160 lahiran
161
#161 Baby blues
162
#162 Magma memberi hadiah
163
#163 Happy ending

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!