"Winter termasuk menikah di usia muda, karena Grandpa dan Ayahmu menikah di umur tiga puluhan," ucap Javier.
"Kau sebelumnya menikah dengan Carla sayang," sahut Sky tidak suka.
"Itu hanya pernikahan bisnis sayang, sudahlah, sudah tua masih saja ingat itu," pekik Javier.
"Kalau Ayahmu menikah di usia tiga puluh karena sebelumnya tidak berniat menikah sama sekali," lanjut Milan sambil menyimpan beberapa minuman di meja kemudian duduk di samping Maxime.
"Dan untungnya kau hampir di perk*sa preman dan bertemu denganku ya sayang," ucap Maxime dengan memegang tangan istrinya.
"Hampir di perk*sa?" tanya Yura.
"Iya Yura, Mom lari ke kebun teh eh ada Daddy nya Winter ini yang bantu," sahut Milan tersenyum.
"Cara bertemu jodoh memang aneh-aneh ya," ucap Yura dengan terkekeh pelan.
"Ya begitulah. Cara Winter bertemu denganmu karena Ayahnya dan Ayahmu berteman," ucap Javier.
"B-bukan karena pernikahan bisnis?" tanya Yura penasaran.
"Tidak Yura, Dulu Ayahmu kakak tingkat Daddy, awalnya dia mendekati Daddy karena berniat membully Daddy di kampus, eh ternyata dia mundur duluan kalau Daddy lawan."
Mereka semua pun tertawa mendengar cerita Maxime.
"Ya, Dad. Daddy ku tidak bisa bela diri hehe ..."
Kemudian Ara datang menyimpan jamu khusus untuk Javier lalu kembali ke dapur.
"Apa itu?" tanya Yura.
"Jamu," sahut Sky.
"Oh ... grandpa minum jamu juga?" tanya Yura.
"Juga? memangnya kau minum?" Javier balik bertanya.
Yura mengangguk. "Iya grandpa, aku terbiasa minum jamu dari kecil hehe ..."
"Oh iya? kau suka Yura. Kenapa bisa padahal itu tidak enak," ucap Milan.
"Aku terbiasa Mom, Bi Ijah dari kecil selalu membuatkan ku jamu dengan banyak khasiat. Tidak tau khasiatnya benar atau tidak hehe."
"Jamu itu minuman tradisional, dulu sebelum ada obat-obatan, orang-orang minum ini," ucap Javier.
"Kau, kenapa diam saja ..." Milan menepuk paha Winter.
"Dia memang seperti itu sayang, justru aneh kalau dia banyak bicara," bisik Maxime kepada Milan.
*
Setelah selesai mengunjungi Maxime dan yang lain mereka kembali pulang. Winter hanya banyak bicara ketika membahas soal pekerjaan bersama Maxime dan Javier saja.
Di perjalanan mereka kembali hening, setelah mobil berhenti di depan mansion, Yura keluar dari mobil dan mobil kembali melaju begitu saja. Yura pun berteriak.
"HEI MUSIM DINGIN KAU MAU KEMANA?!"
"Astagaaa ... pria itu!!"
Dengan tangan bersedekap dada Yura menggelengkan kepala melihat mobil keluar dari halaman mansion, kemudian ia masuk ke dalam mansion dengan kesal.
Di kamar Yura menelpon sahabatnya, Bella. Dan ketika Bella mengangkat panggilan tersebut. Sahabatnya itu langsung berteriak membuat Yura harus menjauhkan ponsel dari telinga nya.
"AYURAAAA ... ASTAJIM ..."
"KAU YA, KENAPA TIDAK BILANG KALAU KAU YANG MENIKAH DENGAN SEPUPU NATHAN ... DI TELPON JUGA TIDAK DI ANGKAT TERUS, KAU MAU SOMBONG DENGANKU KARENA SUDAH MENIKAH DENGAN SEPUPU NATHAN HAH!!"
Di seberang sana nafas Bella terengah-engah setelah meluapkan kekesalannya terhadap Yura. Saat di pesta pernikahan keduanya terlalu menikmati Nathan saat bernyanyi, jadi lupa membahas soal Yura dan Winter.
"Sstttt ... sabar ... sabar."
"AYURA ..." teriak Bella merengek. "Kau ih benar-benar ya!"
"A-aku lupa menghubungi mu hehe."
"Tuh kan ..."
"Ya masalahnya, aku sibuk menghadapi dia, Bella."
"Dia siapa? suamimu? memangnya dia kenapa?" tanya Bella bertubi-tubi.
Yura menghela nafas sebelum menjelaskan. "Begini, sebelumnya Daddy ku bilang aku akan di jodohkan dengan pria baik dan ramah. Oke, baiknya lumayan lah. Dia tidak jahat sama sekali, tapi ramahnya itu loh ... ramah dari mana, Daddy ku ini salah menilai orang atau bagaimana!!"
"Memangnya dia tidak ramah?" tanya Bella.
"Aaarghhh ... menjengkelkan kau tau, dia terkadang irit bicara, terkadang bisa juga di ajak bicara. Tapi harus aku yang memulai duluan, kau tau kan aku tidak suka orang seperti itu. Aku ingin orang yang sefrekuensi juga denganku, kalau aku banyak bicara dia juga harus sama. Kalau seperti ini terus lama-lama aku bosan dengan dia!"
"Lalu, kalau kau bosan memangnya kau bisa cerai dengan dia?"
Hening beberapa detik.
"Tidak bisa sih."
Bella berdecak. "Ya percuma kalau begitu Ayura ..."
"Terus aku harus apa ..." rengek Yura dengan menangis tanpa air mata.
"Tidak ada pilihan lain, kalau kau tidak bisa meninggalkan dia. Ya, kau harus belajar mencintai dia."
"Ih, tidak mau. Walaupun dia lebih tampan dari Nathan-ku, bagaimana bisa aku jatuh cinta dengan pria itu. Aku perempuan, maunya di kejar bukan mengejar. Aku mau dia yang memohon kepadaku ..."
"Cih, yakin? pria dingin seperti dia mau mengejarmu? yang ada kau gila melihat sikap dingin dia setiap hari. Kau harus membuat dia jatuh cinta padamu, Yura."
"Tapi--"
"Dengar, kalau ternyata dia juga tidak bisa berpisah denganmu karena alasan orang tuanya, memangnya kau bisa hidup bertahun-tahun dengan sikap dingin dia?"
Hening beberapa detik. Yura menghela nafas kasar terlihat berpikir.
"Kau benar juga," ucapnya pelan.
"Aku yakin kau tidak mau tidur di sofa terus, Ayura!"
"Heh, kau tau dari mana aku tidur di sofa?"
"Dua orang yang tidak saling mencintai pasti tidak tidur satu ranjang dan aku asal menebak saja kalau kau yang tidur di sofa hehe ..."
"Huh menyebalkan kau ini. Kau mau melihat sesuatu tidak?"
"Apa?"
"Aku matikan dulu telpon nya."
Dengan senyum jahil, Yura mengirim foto dirinya sarapan satu meja bersama Nathan, Laura dan yang lain. Bella pun membalas pesan tersebut.
AYURAAAA AWAS KAU!!
Yura tergelak setelah menjahili sahabatnya itu, kemudian ia beranjak dari ranjang keluar dari kamar menuruni anak tangga.
Terlihat Oris sedang makan sushi di dapur. Yura duduk di dekat Oris.
"Mau nona ..." Oris menggeser piring sushi tersebut ke depan Yura.
"Makan saja," sahut Yura seraya mendorong kembali piring sushi itu.
Oris mengangguk dan kembali makan dengan Yura yang di sampingnya sesekali menoleh ke arah Oris.
"Kalau mau tanya sesuatu, tanyakan saja Nona. Pasti mau tanya soal Tuan Winter kan?"
Yura tersenyum memperlihatkan sederet gigi putihnya. "Hehe iya ..."
"Tanya saja, aku akan menjawab yang aku tau saja."
Yura berdehem sesaat. "Begini, menurutmu apa ada kemungkinan aku dan dia ... eumm ... akan bercerai?"
Oris berhenti mengunyah lalu menatap Yura di sampingnya, Yura terlihat kikuk dengan pertanyaan nya sendiri.
"Nona, anda ingin berpisah dengan dia?"
"T-tidak, aku hanya bertanya saja."
Oris mengangguk-ngangguk. "Tidak akan bisa bercerai, nona ..."
"K-kenapa?"
"Tuan Winter selalu menjaga sesuatu yang di berikan keluarganya. Salah satunya menjadi pemimpin perusahaan, dia selalu bertanggung jawab atas perusahaan, apalagi keluarganya menjodohkanmu dengan dia, dia juga pasti menjagamu dan bertanggung jawab kepadamu nona ..."
"Bertanggung jawab bagaimana? kita ini tidak saling mencintai ..."
"Kalau kau tidak tahan dengan sikap dingin dia maka buat lah dia mencintaimu secepatnya, nona ..."
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 163 Episodes
Comments
lid
ayo yuraaaa....bikin winter jatuh cinta🤣🤣🤣
2022-06-30
0
Lilis Hasanah
bagus kk
2022-04-29
0
💜💜💜REVIAA 99💜💜💜
Yura kamu harus bisa meluluhkan Winter so manusia es,itu sebuah tantangan bukan😁👍
2022-04-09
2