Setelah bersusah payah menaiki anak tangga dengan memegang ujung gaun pengantin nya akhirnya Yura sampai di depan pintu kamar Winter.
Yura menghela nafas kasar kemudian mengetuk pintu kamar Winter.
Tidak ada jawaban sama sekali, Winter tidak membukakan pintu untuknya.
"Bagus kalau tidak mau aku masuk, memangnya siapa yang mau tidur satu ranjang. Cih!" kesal Yura menendang pintu kamar Winter.
Kemudian Yura berkeliling sendirian dengan perasaan hampa. Ada beberapa pelayan yang menghampiri Yura dan bertanya apa gadis itu membutuhkan bantuan mereka atau tidak. Yura hanya menjawab dengan gelenggan kepala seraya tersenyum samar.
Yura masuk ke salah satu ruangan yang kebetulan tidak terkunci. Ada sofa putih yang terlihat nyaman dan dua gitar di pojok ruangan, juga ada kanvas melukis di sana.
Yura mengedarkan pandangan nya ke setiap sudut ruangan tersebut dan mendapati foto besar menempel di dinding. Mirip seperti foto keluarga.
Ketika ia mendekat, Yura melebarkan matanya. "Woaahhh ... Nathan-ku ada di sana juga ..."
Di foto itu ada Winter, Summer, Lalita, Laura, Nathan dan Nala.
"Jadi tempat ini seperti markas untuk mereka mungkin ya," gumam Yura. "Aku benar-benar tidak menyangka, kalau Nathan-ku sepupu suamiku sendiri."
"Eh tunggu, si kembar ini cara membedakannya bagaimana ..."
Yura menatap bergantian wajah Winter dan Summer.
"Satunya lagi namanya siapa ya? dan si musim dingin yang mana ..."
"Itu mungkin ya ..." Yura menunjuk salah satu foto.
"Ya, aku yakin itu. Karena si musim dingin sulit tersenyum. Kalau yang itu malah terlihat ramah, tapi yang ramah itu namanya siapa? kalau yang satu musim dingin berarti satunya lagi ..." Yura terlihat berpikir.
"Musim panas dong. S-summer ... Ya, Summer."
"Wah kebalik nih, harusnya yang menjadi suamiku Summer saja, aku lebih tahan musim panas dari pada musim dingin, musim dingin biasanya aku langsung flu ... ah tidak-tidak, lebih bagus lagi kalau suami ku itu Nathan ... bukan si musim dingin dan panas."
Yura menghembuskan nafas. "Ah tapi mau bagaimana lagi ... aku terlanjur menikah dengan si musim dingin ..."
Yura pun membalikkan badan dan tiba-tiba ia terlonjak kaget, entah dari kapan Winter berdiri di belakangnya dengan ekspresi datar.
"K-kau ... kenapa kau di sini?"
Gawat, apa dia dengar aku membicarakan dia dan kembarannya.
Winter menatap foto besar di dinding tersebut lalu beralih menatap Yura dengan tatapan dingin yang sulit di artikan oleh gadis itu.
Kemudian Winter melengos pergi begitu saja dari ruangan tersebut membuat Yura mengerutkan dahi nya.
"Apa-apaan dia ini, tidak bicara, tidak marah juga aku di sini."
Gadis itu pun mengikuti langkah Winter. Winter terlihat berjalan kembali ke kamarnya dan ketika berada di depan pintu kamarnya ia mengotak-ngatik sandi pintu kamarnya.
Yura berdiri di samping memperhatikan. Tiba-tiba Winter menarik tangan Yura, Yura yang kaget hendak menarik kembali tangan nya tapi tidak bisa. Dan Winter malah mendelik ke arah Yura membuat gadis itu menciut seketika.
"Kau ini mau apa dengan tanganku," ucap Yura pelan dengan memajukan bibirnya.
Winter menempelkan ibu jari Yura ke password pintu kamar nya. Yura menautkan kedua alisnya.
Tit tit.
Password pintu tersebut berbunyi menandakan ibu jari tangan Yura berhasil terindentifikasi.
"Pintu kamarku masih pakai kunci manual," ucap Yura sambil menatap Ibu jarinya.
"Eh kau mau kemana?" teriak Yura ketika Winter berjalan pergi meninggalkan gadis itu.
Astaga menyusahkan sekali punya suami sedikit bisu.
"Tunggu dulu ..." teriak Yura berlari menyusul Winter dengan memegang ujung gaun pengantinnya.
"Hei kau----Aaaaaa ..."
Yura tersandung kakinya sendiri, beruntung Winter segera berbalik dan menangkap gadis itu.
Kini wajahnya mereka sangat dekat, sampai hidungnya saling bersentuhan. Yura terlihat gugup sementara Winter hanya memasang wajah datar.
"Le-lepaskan aku ..."
BRUKH
"Akkhh--- kenapa kau melepaskan ku, aku jadi jatuh tau," kesal Yura memegang pinggangnya sendiri dengan mendesis kesakitan.
Winter menghela nafas kasar, bukan kah Yura sendiri yang meminta di lepaskan.
Winter tidak mau menanggapi sikap Yura, dia kembali berjalan menuruni anak tangga dan Yura kembali berteriak.
"HEI MUSIM DINGIN YANG BISU KAU MAU KEMANA?"
"Dia paling main basket Nona."
Yura menoleh ke belakang. "Kau ... dari kapan kau berdiri di situ?" tanya nya kepada Oris.
"Baru tiga detik yang lalu nona, setelah mendengar suara jatuh hehe."
Yura berdecak. "Bantu aku ..." Yura mengulurkan tangan nya.
Oris segera menghampiri dan membantu Yura berdiri dengan sedikit kesusahan karena gaun pengantin nya.
"Kau bilang dia main basket? yang benar saja, malam begini!"
"Benar Nona, biasanya ada Tuan Summer yang sudah menunggu di SMA Ganesha."
"Sudah tua masih saja main-main!"
"Belum tua nona, masih dua puluh lima tahun. Lagi pula ini sudah menjadi kebiasaan Tuan Winter dan Tuan Summer."
Yura mendengus kasar. "Yasudahlah, aku mau ke kamar. Koperku dimana?"
"Sudah di kamar nona."
"Oke." Yura pun masuk ke kamarnya.
*
Bola basket menggelinding begitu saja setelah Julian melemparnya ke sembarang arah.
Bola itu berhenti tepat di kaki Winter. Winter mengambil bola tersebut dan melempar-lempar bola itu ke atas.
"Hei, aku pikir kau tidak akan datang," ucap Summer menghampiri Winter.
"Tidak malam pertama bos?" tanya Julian.
"Kau bertanya kepada siapa?" ucap Summer.
"Kepada Tuan Winter lah, kau kan belum menikah bos."
"Huh, kau memanggil dia bos juga," pekik Summer.
"Kau, aku hanya bercanda mengajakmu basket. Kenapa kau datang. Tidak malam pert--"
"Jam itu milikku kalau kau kalah," potong Winter menatap jam di pergelangan tangan Summer.
"Ini?" Summer menunjuk jam tangan nya. Winter mengangguk.
"Tidak, tidak mau. Aku harus menabung dulu untuk membeli ini," sahut Summer.
"Pengecut!" pekik Winter menderible bola basket itu menuju ring.
"Sial*n!" hardik Summer lalu berusaha mengambil bola basket itu dari tangan Winter. Dan Julian menjadi wasit mereka.
*
Tengah malam Winter kembali ke mansion dengan wajah yang berkeringat. Di pergelangan nya ada jam tangan milik Summer.
Ia menempelkan ibu jari di pintu kamarnya tapi pintu tetap tidak bisa terbuka. Ia mencoba sekali lagi dan masih saja gagal. Winter mengerutkan dahi nya. Apa yang terjadi, kenapa tidak bisa masuk kamarnya sendiri.
Keesokan paginya, sekitar pukul sembilan pagi Yura menggeliat, meregangkan otot-ototnya. Kemudian membuka mata sambil menguap.
Ia pun melirik jam di nakas dan seketika matanya membulat sempurna.
Astaga ... jam sembilan.
Yura tergesa-gesa beranjak dari ranjang, ketika ia hendak membuka pintu kamar, ia pun merasa takut dan tak jadi membuka pintu.
Dia semalam tidur di luar ya, astajim bagaimana ini kalau dia marah. Bagaimana ya, tapi kalau aku tidak keluar dia makin marah.
Tok tok tok
Yura terhentak kaget dengan suara ketukan pintu itu.
Tok tok tok
Yura menghela nafas beberapa kali, perlahan tangan nya terulur dan membuka knop pintu dengan perasaan was-was.
Dan ketika pintu terbuka, Winter berdiri di sana. Yura pun sontak membulatkan mata lalu memejamkan mata dengan menjewer kedua telinganya. Ia berbicara sangat cepat.
"Maaf-maaf, aku tidak sengaja, semalam aku ketiduran dan menghapus sidik jari tanganmu, jangan marahi aku, jangan marahi aku ..."
Itu adalah cara Yura meminta maaf ketika membuat kesalahan yang menurutnya kesalahan besar. Biasanya Yura melakukan itu karena takut di hukum Benjamin dan Bayuni.
Winter menaikkan satu alisnya, ada apa dengan perempuan di depan nya ini. Padahal ia mengetuk pintu hanya untuk mengambil berkas yang harus ia bawa ke kantor.
Perlahan sebelah mata Yura terbuka untuk melihat ekspresi Winter. Dan ketika Winter masih memasang wajah datar, Yura kembali memejamkan matanya dengan menunduk.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 163 Episodes
Comments
ponakan Bang Tigor
aih Winter meskipun dingin dan jutek, ternyata dia tega membegal jam milik adeknya, summel🤣🤣
abang lucknut🤣
2022-09-05
1
lelah sekali
dia buka ortu mu Yura yg langsung ngasih hukuman
2022-05-29
0
Betty Nurbaini
minta lepasin ya dilepasinlah 🤣
2022-04-21
0