Ale-18

...# Happy Reading #...

"Dapan....kita jadi naikkan?" Suara cicitan itu seolah air yang menyiram api amarah dari Rivan.

Rivan menarik nafas dalam-dalam kemudian membuangnya perlahan setelahnya ia berjalan menuju Tarqa dan menggendongnya.

Rivan naik ke atas ayunan, kemudian alat pengaman mulai di pasang oleh para pengawal.

Rivan mulai mengambil ancang-ancang ayunan pun bergerak menjauh dari sisi bangunan.

"Woahhh!!!" Tarqa terpekik girang merasa senang, beda sekali dengan sang papa yang berteriak ketakutan tadi.

Sedangkan Rivan hanya memasang wajah datarnya.

"Dapan itu bangunan apa? Besar sekali" tunjuk Tarqa pada sebuah tempat.

"Itu Bianglala, Tata mau?" Tanya Rivan.

"Boleh dapan?" Tanya Tarqa.

"Boleh"

"System beli taman bermain di sana alihkan menjadi milik Alegtarqa Dominic"

|Memperoleh data......|

|Memudahkan nama.......|

|Selesai|

|Taman bermain Wood telah menjadi milik Alegtarqa Dominic|

"Ushhh Dapan itu apa?" Tunjuk Tarqa lagi.

"Itu Mall" jawab Rivan.

"Mall itu apa Dapan?" Tanyanya.

"Tempat beli barang, baju, jam, sepatu, makanan dan banyak lagi" kata Rivan.

"Woah.... Tempat yang hebat, di sana ada perpustakaan Dapan?" Tanya Tarqa.

"Ada, tapi kecil dan Tata belum bisa baca buku di sana" kata Rivan.

"Kenapa tidak bisa baca Dapan? Kan Tata pintar baca" kata Tarqa tak terima.

"Tulisannya beda sama buku milik kita" jawab Rivan.

"Kok bisa?" Tanya bocah itu lagi.

"Di dunia banyak bahasa dan tulisan yang berbeda, jadi bukunya juga beda" kata Rivan.

"Oh..." Tata mengangguk mengerti. "Nanti kalau besar Tata mau baca semua buku yang ada di dunia" sahut Tarqa girang.

"Iya, nanti belajar ya supaya bisa baca semuanya" kata Rivan.

"Bangunan melingkar itu apa Dapan?" Tanya tarqa.

"Itu stadion, tempat orang olahraga dan banyak kegiatan lainnya" jawab Rivan.

"Uh keren, Tata mau punya satu"

"Boleh"

"System......

___________

Setelah lama mereka di ayunan sambil menunjuk beberapa bangunan yang sekarang sudah atas nama Alegtarqa Dominic, Rivan mengajak anak kecil itu menuju tempat makan terdekat tak menghiraukan Riana dan Xavier yang masih menunggu di sana.

"Dapan... Mama sama papa tidak ikut?" Tanya Tarqa, mereka sedang berada fi dalam lift.

"Tidak, mereka akan memiliki anak baru jadi biarkan mereka bersama, tanpa kita" kata Rivan.

Tarqa memiringkan kepalanya tak mengerti.

"Em... Jadi mama bakal punya anak lagi? Tata akan jadi kakak dong" kata Tarqa menyimpulkan.

"Iya! Tapi tata nggak takut? nanti mama sama papa nggak sayang Tata lagi gimana?" Tanya Rivan.

"Emang kalau ada adik mama sama papa nggak sayang lagi sama Tata?" Tanya Tarqa.

"Bisa jadi" jawab Rivan.

"Kalau mama sama papa nggak sayang lagi sama Tata kan masih ada Dapan" Tarqa menatap mata Rivan dengan mata besarnya.

"Tapi Dapan bakal sayang terus kan sama Tata?" Lanjutnya bertanya.

"Ya itu sudah pasti, Tata bakal jadi kesayangannya Dapan" Rivan menampilkan senyum cerahnya, senyum yang jarang ia tunjukkan.

Sampai di lobby perusahaan, banyak karyawan yang menatap Rivan dan Tarqa dengan tatapan berbinar.

Rivan yang gantengnya ke arah dewasa dan hot, sedangkan Tarqa dengan wajah imutnya.

Keduanya menggunakan mobil Rivan dan menuju tempat makan terdekat untuk makan siang.

Beberapa saat kemudian, Rivan memarkirkan mobil mewahnya di parkiran rumah makan sederhana.

Tak terlalu banyak orang di sana......

"Dapan... Kenapa singgah di sini?" Tanya Tarqa menatap bingung sekeliling.

"Kita mau makan" jawab Rivan.

"Makan? Di sini ada makanan?" Sahut Tarqa, sepertinya anak itu hanya tahu tempat makan mewah saja.

"Ada! Ayo masuk" Rivan menggendong Tarqa masuk ke dalam rumah makan itu.

Setelah memesan makanan, Rivan membawa Tarqa duduk di meja makan di sana, tempatnya benar-benar sederhana, jauh dari kata mewah.

Tak lama menunggu karena pelanggan juga tak terlalu banyak, makanan yang di pesan Rivan telah siap di atas meja.

Sepiring besar nasi hangat, sup ayam, ikan bakar, ayam goreng, tak lupa dengan sambalnya.

Rivan memberikan Tarqa nasi di piring kemudian sup, ayam, dan ikan yang telah ia bersihkan dari tulangnya.

"Ayo makan" pinta Rivan.

Tarqa mengangguk, ia sedikit kesusahan menyuap makanan ke mulutnya karena meja yang terlalu tinggi dari posisi duduknya.

Rivan terkekeh kecil melihatnya sebelum akhirnya mereka makan bersama.

Asik dengan makan mereka, dari arah pintu masuk terdengar pemilik rumah makan sedang berteriak.

"Pergi, jangan dekat-dekat ke sini, pelanggan saya jadi nggak selera makan liat kamu" kata si pemilik rumah makan.

Rivan memperhatikannya, seperti si pemilik rumah makan tengah mengusir pengemis yang kelaparan.

"Mereka kenapa Dapan?" Tanya Tarqa menatap bingung ke arah pintu keluar.

"Makan ya, nanti Dapan ajak jalan-jalan" kata Rivan tak menjawab.

Tarqa kembali dengan makanannya.

Rivan yang telah selesai dengan makanannya, mengangkat tanyanya sebagai tanda ingin bayar.

"Semua berapa?" Tanya Rivan.

"Ayam goreng satu porsi, ikan bakar 1 porsi dan sup, Nasi sama sambalnya free ya kak jadi total Rp 100.000" kata si pelayan pria.

Rivan mengeluarkan uang sebanyak 10 lembar berwarna merah dari dompetnya yang penuh dengan kartu ATM.

"Sisanya nasi goreng untuk di bawa pulang" kata Rivan memberi uang 1Jt itu.

"Ah... Iya kak?" Tanya si pelayan pria.

"Saya pesan nasi goreng untuk di bawa pulang, saya tunggu" Rivan memperjelas perkataannya.

"Iya kak! Tunggu ya, mungkin agak lama" pelayan itupun segera pergi memberitahu bosnya.

Setelah kurang dari 1 jam Rivan menunggu, akhirnya 45 kotak nasi goreng telah siap untuk Rivan bawa pulang.

Rivan membawa masuk kotak-kotak itu di bantu oleh pelayan tadi. Setelahnya ia mengemudikan mobil menuju suatu tempat dengan Tarqa yang masih asik dengan ponsel miliknya sejak tadi, menonton film kartun kesukaannya.

Beberapa saat kemudian mobil mahal itu berhenti di sebuah tempat yang cukup kumuh, banyak sampah berserakan di sekitar jalan.

"Ini di mana Dapan?" Tanya Tarqa.

"Kita di pemukiman pemulung" jawab Rivan.

"Pemulung? Dapan pemulung itu orang yang kumpulin sampah kan?" Tanya Tarqa.

"Iya, mereka kumpulin sampah buat di daur ulang" kata Rivan.

"Tapi Dapan..... Kan sampahnya kotor, kok di kumpulin sih? Nanti sakit gimana?" Tanya Tarqa.

"Tata dengar, ingat perkataan Dapan sampai kapanpun" Rivan menatap mata Tarqa sejenak.

"Kita lahir dengan nasib yang berbeda-beda, tidak semua orang punya nasib seperti Tata" lanjut Rivan.

"Sekarang Dapan tanya, Tata mau apa?"

"Em... Mainan pesawat?" Kata Tarqa.

"Tahu apa bedanya sama mereka?" Tanya Rivan menunjuk ke arah anak-anak yang sedang bermain bersama.

Tarqa menggeleng.

"Mereka bahkan tak bisa meminta mainan pesawat" jawab Rivan "kalau Tata? Minta sama Papa boleh, sama mama boleh, lebih bila sama Dapan, pasti akan Dapan kasi" kata Rivan.

"Mengerti?" Tanya Rivan.

Dan dengan polosnya Tarqa menggeleng, oh bahasa yang di gunakan oleh Dapannya itu sangat berbelit belit.

Rivan tak marah karena memang sulit untuk di mengerti oleh anak seusia Tarqa.

"Saat besar nanti Tata akan mengerti" kata Rivan mengusap rambut anak itu.

Setelahnya ia turun dan menggendong Tarqa membuka bagasi mobil untuk membagikan kotak nasi itu pada beberapa orang melintas, tentu mereka senang.

"Dapan.... Kalau besar Tata mau buat rumah yang cantik buat mereka" kata Tarqa spontan saat melihat rumah si pemulung yang hanya terbuat dari terpal bekas dan baliho yang di tumpuk.

"Iya, semoga Tarqa jadi orang yang bermanfaat ya" sahut Rivan.

Tarqa tersenyum lebar........

______________

Bye❄️

komennya mana ☺️🔨

Terpopuler

Comments

Reza

Reza

Gasuka Sama Adeknya, ayah ibunya terlalu memanjakan nya, jadi terkesan wanita murahan, Cuih

2022-04-22

3

Athalansyah Dimas

Athalansyah Dimas

Riana beban banget, kek sakura

2022-04-09

3

Mujahidin

Mujahidin

gak tau mau komen apa

2022-04-08

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!