Ale-10

# Happy Reading #

Mendapat telepon dari Riana, Rivan segera menyalakan meja hologram yang ada di ruangannya, sementara si kecil Tarqa masih asik dengan bukunya sesekali bocah kecil itu menguap.

Pemberitaan tentang kecelakaan tersebut sudah dapat terlihat di beberapa stasiun TV nasional, terlihat suasana sedang runyam dan terjadi kemacetan panjang di persidangan area kecelakaan.

"Mama!!" Pekik Tarqa saat kamera menyorot wajah Riana yang sedang sibuk memberi pertolongan pertama.

Rivan hanya menonton dengan agak malas, kemudian kembali mengerjakan tugas kantor yang tak ada habisnya, sementara Tarqa sudah berada di depan meja hologram dengan mata berbinar melihat tindakan heroik mamanya.

Drrrrrrtttt

Telpon Rivan kembali berdering, tentu saja itu dari sang adik.......

|Halo kak|

"Hm"

|Bisa sediakan alat operasi di goa emas|

"Oh?"

|Ada pasien sekarat yang tak bisa di bawah ke rumah sakit, walinya tak mengizinkan| jelas Riana.

"Biarkan dia mati kalau begitu"

|Kak....|

"Pulang, Biarkan dia mati"

|Huffft di pria itu, Ayah tata|

Rivan diam sejenak, kemudian melihat ponakannya yang masih terlihat menatap kekacauan yang terlihat di meja hologram.

|Kak.......?|

Tut.......

Rivan tak menjawab dan langsung saja memutuskan sambungan telpon.

Berjalan mendekati Tarqa dan menekan tombol power sebelum menggendong tubuh mungil itu.

"Kenapa Dapan" Tanyanya.

Rivan tak menjawab, ia menaiki sky elektronik untuk menuju goa emas.

Aula yang luasnya sekitar 4 lapangan sepakbola itu telah beralih fungsi menjadi tempat olahraga, ruang kesehatan dan tempat biasanya mereka melakukan praktek operasi, ada Ring tinju tempat di mana Rivan dan Riana biasanya sparing.

Rivan menyiapkan alat alat yang di butuhkan untuk operasi, mulai dari pisau bedah, anastesi, dan lainnya.

Tarqa hanya menatap malas si Dapan sembari tangannya mencoba mencongkel kristal yang menempel di dinding goa emas itu, ya dengan tangan kecilnya tentu saja itu sangat keras.

Selesai dengan urusannya, Rivan menghampiri Tarqa dan langsung saja menggendongnya keluar untuk menunggu adiknya.

"Dapan.... Apakah aku tampan?" Tanya Tarqa sembari menangkup wajah Rivan dengan tangan mungilnya.

Rivan mendelik mendengar pertanyaan yang tiba-tiba keluar dari keponakannya itu.

"Tidak" jawab Rivan.

"Kok bisa? Mama kan cantik, harusnya Rivan tampan kan?" Tanyanya lagi.

"Kamu tak mirip ibumu" jawab Rivan.

"But why? Kan aku lahir dari mama, aku anaknya mama kan" kata Tarqa.

"Kamu memang lahir dari mamamu bocah, tapi papamu yang membuat mu" balas Rivan yang mulai gemas.

"Papa Tata mana Dapan?" Tanya Tarqa dengan mata sayu memancarkan kerinduan.

Rivan hanya mengangkat kedua bahu acuh sebagai respon.

Tak lama terdengar suara gaduh dari luar, Riana datang bersama 2 orang pria, yang satu terlihat sudah hampir mati, dan yang satu lagi penuh dengan darah. Mereka membopong tubuh pria yang hampir mati itu.

"Kak"

Rivan hanya menatap datar kemudian menghampiri ketiga manusia itu.

Setelahnya Rivan langsung saja memberi si kecil Tarqa pada pria yang terlihat penuh dengan darah. Anak kecil itu memasang wajah polosnya.

Rivan menggendong Xavier menuju ruang bawah tanah di punggungnya meninggalkan Riana.

"Hei mau bawa kemana tuan ku!" Teriaknya, tangan kanannya masih setia menggendong si kecil Tarqa.

"Tolong jaga anakku duku, tetap menunggu di sini, jangan khawatir" kemudian Riana pergi menyusul sang kakak untuk melakukan tindakan operasi.

"Paman?" Tarqa membuka suara sembari menatap polos pria di hadapannya.

Pria itu menaikkan alis menelisik lebih dalam wajah Tarqa sangat mirip dengan tuannya.

"Nama paman siapa?" Tanya Tarqa lagi.

"Nolan" jawab pria itu.

"Paman Nolan! Paman mau mandi? Darah di wajah paman banyak sekali" ajak Tarqa.

"Kamu tak takut?" Tanya Nolan.

"Takut? Apa itu paman?" Tanya Tarqa dengan polosnya.

Nolan hampir tersendat ludahnya sendiri.

"Emm kamu tak ngeri melihat darah?" Tanya nolan lagi.

"Paman.... Wajah paman jelek? Kata Dapan kalau lihat wajah jelek akan ngeri, seperti tante lampir dia jelek" tanya Tarqa.

Ah... Sudahlah Nolan menyerah, entah apa yang di pelajari anak ini.

"Namamu siapa?" Tanya Nolan mengalihkan pembicaraan.

"Aku? Namaku Alegtarqa paman"

"Ahh Ale" kata Nolan.

Tarqa mengangguk saja.

"Ayo ke kamar tamu, paman busuk bau bawang" Tarqa menutup hidung mancungnya, pipinya terlihat sedikit tembem.

Nolan menatap gemas anak itu.....

'semoga saja kamu anak tuanku' pikir Nolan sambil menelisik terus wajah Tarqa.

____________

Di sisi lain, Rivan tengah membuka bagian dada Xavier, tulang rusuknya retak dan meninggalkan pecahan di sekitar paru-paru dan itu harus di keluarkan.

Melakukan operasi dengan meminimalisir pendarahan karena tak memiliki kantong darah lebih bukan hal yang sulit di lakukannya, di bantu oleh Riana, proses operasi berjalan lancar walaupun cukup alot.

Baik Rivan dan Riana memang kerja di rumah sakit miliknya, datang hanya untuk melakukan tindakan operasi ke rumah sakit dengan menggunakan masker sehingga tak ada yang pernah melihat wajah keduanya.

Itupun mereka lakukan hanya untuk mengisi waktu bosan.... Ya bermain dengan hidup manusia hanya karena bosan.

Lisensi untuk operasi di dapatkan melalui system yang memanipulasi itu semua.

"Bawa dia ke kamar perawatan" sahut Rivan sambil melepas sarung tangannya.

Riana mengangguk kemudian mendorong brankar itu keluar dari ruang bawah tanah, memindahkan Xavier ke kamar perawatan, tak susah karena brankar melayang, alias tak ada roda.

Sampai di ruang perawatan, Riana segera merapikan keadaan Xavier.

"Ah...dia sangat curang" gumam Riana sembari menatap wajah Xavier.

Wajah Tarqa benar benar fotocopy-an Xavier,saat mereka bersama tak akan ada yang dapat menampik kalau mereka ayah dan anak, curang sekali.

___________

Rivan berjalan ke kamar tamu ia akan mengambil keponakannya.

Ceklek....

Pintu terbuka, Rivan melihat pria yang bersama keponakannya itu tengah mengelus rambut rambut halus Tarqa yang sedang tertidur.

"Kau siapa?" Tanya Rivan dengan suara dingin.

Nolan menoleh menatap kagum Rivan yang tinggi semampai, bahkan drinya yang tinggi saja terkagum dengan postur tubuh Rivan, dan wajah Rivan benar benar seperti malaikat yang di lempar ke neraka.

"Saya Nolan, di mana tuan ku?" Tanya Nolan dengan serius.

"Mati" jawab Rivan tanpa beban.

Nolan melotot, "K-kau" teriaknya tanpa sadar.

Seketika Tarqa tersentak langsung saja ia mengambil posisi duduk, matanya mulai merah dan berkaca-kaca.

Dan....

"HUAAAAA PAMAN NOLAN JAHAT HUAAAAAA" Tarqa berteriak keras karena terkejut.

Nolan menatapnya panik, sedangkan Rivan hanya menatapnya datar dan tanpa kata langsung berjalan mendekati Tarqa dan menggendongnya. Seketika Tarqa berada di ketinggian 190 cm.

"Hisssss" Rivan mendelik kemudian membawa Tarqa menuju kamarnya meninggalkan Nolan yang masih terbengong bak orang bodoh.

_____________

Bye ❄️

Selamat menyambut Ramadhan✨✨✨

Adegan ++ bakalan up tengah malam itu pun kalau ada, jadi kalian bisa baca subuh setelah sahur..........

pasti bosan ya ceritanya? iya karna belum muncul konflik.......

spoiler.......

Kematian orang tua mereka ada campur tangan manusia......

like and komen.

Terpopuler

Comments

Reza

Reza

,,,,,,

2022-04-22

0

Mujahidin

Mujahidin

oke thor

2022-04-02

0

Nanang Busthomi

Nanang Busthomi

Jangan ada adegan ga enek thor besok puasa

2022-04-02

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!