Ale-13

...# Happy Reading #...

Sore harinya, Xavier benar-benar pulang dan tak lupa si kecil Tarqa yang merengek untuk ikut, padahal sudah di larang oleh sang mama.

Sementara Rivan sudah tak terlihat sejak meninggalkan ruang rawat Xavier, mungkin dirinya tengah mengurus laporan kantor di perpustakaan.

"Biarkan dia ikut, besok akan ku pulangkan" kata Xavier sembari mengandeng tangan kecil milik Tarqa, ana kecil itu sedang mengusap ingusnya.

"Baiklah tolong jaga dia" Kata Riana.

Seketika raut wajah Tarqa langsung bersinar bak sinar matahari yang muncul setelah mendung.

"Yey... Ikut papa" sahutnya girang.

Xavier melihat tingkah Tarqa, sebenarnya dirinya merasa aneh, kenapa anak itu selalu memanggilnya Papa, sedangkan ia mempunyai papanya yang sekarang entah ke mana.

__________

Saat ini Xavier, Tarqa dan Nolan sedang menuju kediaman ibu Xavier yang sudah menelfon sejak tadi, mereka menggunakan mobil mahal milik Riana karena mobil yang mereka miliki sudah rusak saat kecelakaan kemarin.

Xavier yang duduk di bangku belakang sedang menopang kepala Tarqa di pangkuannya, anak itu tertidur mungkin karena lelah menangis tadi.

"Bukankah dia sangat mirip dengan ku?" Tanya Xavier di kursi penumpang.

"Tentu dia mirip anda tuan muda, dia kan anak anda" jawab Nolan yang membuat alis Xavier nyaris bertemu.

"Anakku? Bukankah Riana mengatakan ini anaknya dengan sang suami" elak Xavier.

Nolan menepikan kendaraan, sepertinya ada kesalahpahaman di sini.

"Haisss kenapa kamu jadi bodoh" kata Nolan nonformal.

Xavier melotot, sudah dua kali dirinya di katai bodoh dalam jarak waktu yang terbilang dekat.

"Kau!" Geram Xavier tertahan takut membangunkan Tarqa.

"Maaf tuan muda, tapi seperti yang saya katakan Ale memang anak anda" kata Nolan, "Pria yang anda maksud dengan suami nona Riana adalah kakaknya sendiri tuan Rivan" lanjutnya.

Xavier mencerna kata-kata Nolan, ah jadi Riana memang berbohong.

"Dan lagi, jika itu memang bukan anak anda, kenapa mereka dengan mudahnya memberi izin untuk di bawa?" Logis Nolan.

Mobil kembali berjalan dengan keadaan sunyi, Xavier sibuk memikirkan apa yang baru saja di jelaskan oleh Nolan, sesekali ia mengusap pipi Tarqa, anaknya.

Ah.... Ternyata sudah lama ia menjadi seorang papa.

____________

Setelah hampir 1 jam di perjalanan, mobil yang di tumpangi oleh Xavier tiba di kediaman ibunya.

Nolan menggendong Tarqa yang sudah terbangun, berjalan beriringan bersama Xavier masuk kedalam rumah besar itu.

Baru saja membuka pintu, gendang telinga mereka sudah di sambut oleh suara tawa dari dalam.

Sepertinya ada tamu.

Sebelum masuk, Xavier memang melihat ada mobil lain yang terparkir di halaman rumah.

Tak menghiraukannya, ia berjalan menuju lift untuk tiba di kamarnya dengan Nolan yang masih mengikuti dari belakang.

"Ini rumah papa?" Tanya Tarqa dengan polosnya.

Seketika ruangan menjadi senyap, pandangan semua orang langsung tertuju di mana Xavier dan Nolan berada.

"Iya sayang" jawab Xavier sembari mengelus rambut Tarqa, sebuah senyuman tipis terpasang di wajahnya.

"Vier kamu dari mana? Kenapa susah sekali di hubungi" Ibu Xavier berjalan mendekat.

"Aku sibuk madre" jawab Xavier.

Ibu Xavier mengangguk mengerti, anaknya itu memang selalu sibuk.

"Ya sudah ayo kumpul di ruang keluarga, keluarga Zaltam berkunjung" ajak ibu Xavier.

"Aku lelah Madre, berhenti menjodohkan ku" tolak Xavier kemudian kembali melangkahkan kaki memasuki lift.

"Pa? Itu siapa?" Tanya Tarqa.

"Nenek sayang" jawab Xavier.

"Hai Nek, apa kabar" sapa Tarqa pada ibunya Xavier.

Ibu Xavier menatap bingung anak itu, ia jadi teringat saat-saat dimana Xavier masih seumuran dengannya.

"Dia siapa?" Tanya ibu Xavier pada Xavier.

"Anakku" jawab Xavier kemudian benar-benar pergi dari sana, meninggalkan banyak orang yang penasaran di sana.

____________

Malam hari, Xavier turun dari kamarnya bersama Tarqa yang sudah berpakaian rapih, mereka berjalan menuju ruang makan dengan Tarqa yang menggenggam jari telunjuk sang papa.

"Malam nek" sapa Tarqa yang melihat ibu Xavier yang juga berjalan menuju ruang makan.

Ibu Xavier hanya diam tak membalas, ia menatap datar anak kecil yang tak di ketahui asal-usul nya itu.

Tarqa yang tak mendengar balasan hanya acuh, namanya juga anak kecil.

Suasana hanya di isi oleh celotehan Tarqa di temani oleh dentingan sendok yang bertemu dengan piring.

Ibu Xavier hanya memperhatikan anaknya, sangat jelas terlihat kasih sayang yang besar dari diri Xavier pada Tarqa.

Setelah makan malam itu selesai, Tarqa di ajak papanya untuk tidur bersama.

Beberapa jam kemudian, Tarqa sudah benar-benar tertidur.

Tok

Tok

Pintu kamar Xavier di ketuk, dengan malas ia beranjak dan membukanya, sudah di pastikan hanya ibunya yang berani mengetuk pintu malam malam begini.

Dan benar saja, ibunya sudah berdiri di hadapannya.

"Madre mau bicara" kata ibu Xavier.

Xavier mengangguk sambil berjalan lebih dulu menuju ruang keluarga yang tak jauh dari kamarnya.

Mengambil duduk di sofa kemudian menumpu kakinya di kaki yang lain, benar-benar tak sopan.

"Apa?" Kata Xavier datar.

"Anak siapa itu?" Tanya ibu Xavier.

"Anakku" jawab Xavier.

"VIER!"

"Dia memang anakku Madre"

"Tidak bisa, pernikahan mu dengan keluarga Zaltam sudah Madre atur"

"Maka biarkan Padre yang menikah, aku tak mau" jawab Xavier.

Wajah ibu Xavier memerah.

"Kau kenapa jadi anak pembangkang" kata ibu Xavier dengan sinis nya.

"Harusnya aku yang bertanya, kenapa Madre terlalu mengekangku" kata Xavier. "Umurku sudah 28 tahun! Aku sudah dewasa" lanjutnya.

"Ah sudahlah, Madre hanya ingin kau menikah dengan anak perempuan Keluarga Zaltam, dia cantik, baik, dan berpendidikan, tidak seperti ibu dari anak itu, tak tahu asal usulnya" kata ibu Xavier mengejek.

"Dan lagi Madre tidak akan pernah menganggap anak itu sebagai keluarga Ertarto" lanjut ibu Xavier.

"Maka jangan anggap aku juga bagian keluarga Ertarto" jawab Xavier. "Aku juga bukan lagi anakmu" lanjutnya kemudian pergi menuju kamarnya mengendong Tarqa yang masih tertidur, tak mempedulikan luka jahitan yang masih basah di dadanya.

Xavier membawa Tarqa menuju Apartemennya menggunakan mobil milik Riana.

Setelah menidurkan Tarqa di atas kasur, ia membuka perban yang ada di dadanya, darah merembes dari luka jahitan yang ada di sana.

Drrrrttt

-Padre-

Baru saja akan ikut berbaring, Ayahnya yang masih ada di Italia menelfon nya.

"Halo"

|Apa yang kamu lakukan?|

"Apa yang aku lakukan Padre? Ah tidak tuan Ertarto" kata Xavier yang sudah tahu arah pembicaraan dari ayahnya itu.

|Pulangkan anak itu Vier, kalau kau tidak mau, Padre akan cari wanita itu dan memberinya pelajaran|

"Aku akan melindunginya darimu"

|Coba saja, Padre akan tarik semua akses mu terhadap kekayaan keluarga|

"Hm... Tarik saja, aku sudah membangun perusahaan ku sendiri dan itu cukup untuk melawan mu" jawab Xavier.

|Xavi-|

Tut...

Xavier menutup sepihak telfon kemudian menekan tombol senyap agar tak ada lagi yang menganggu waktunya bersama sang anak.

_____________

Makin Boring aja.........

Bye❄️

Terpopuler

Comments

Reza

Reza

jskaao

2022-04-22

0

X_LM

X_LM

semangat..,.

2022-04-04

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!