...# Happy Reading #...
"Kau tidak berubah Daffa, masih saja selalu jadi parasit" kata Rivan tajam.
"Kau! Apa katamu?" Wajah yang tadinya penuh ejekan kini berganti menjadi wajah penuh amarah.
"Bukankah benar begitu?" Kata Rivan santai. "Kamu menjadi parasit di kampus nilai-nilai mu berasal dari ayahmu, setelah menikah pun uang yang kamu hambur berasal dari istrimu, ck kasihan sekali wanita itu" ejek Rivan.
Karyawan yang kebetulan sedang berada di lobby perusahaan mulai memperhatikan perdebatan kedua orang tua itu.
Daffa mulai malu karena Rivan membuka sifatnya di hadapan banyak orang.
"Sayang?" Dari arah barat datang seorang wanita menghampiri Daffa kemudian mencium pipinya.
"Oh astaga, pantas saja wanita itu ingin bekerja untukmu" ejek Rivan melihat tampilan istri Daffa "ternyata seorang tante-tante" tambah Rivan.
Wanita yang memanggil Daffa sayang terlihat jauh lebih tua, setidaknya 40 tahunan, di tambah lagi make up yang cukup banyak untuk menutupi wajahnya yang mulai bergaris.
Wanita itu bernama Dona, ia bekerja di bagian pemasaran produk di perusahaan milik Rivan.
Dona berbinar melihat Rivan, sepertinya ia menemukan mainan baru.
"Dia siapa sayang?" Tanya Dona.
"Si miskin" jawab Daffa, nada bicaranya kembali mengejek dan menekan kata 'miskin'.
Dona yang mendengarnya semakin girang peluangnya untuk menjerat Rivan tentu semakin besar.
Rivan yang sedang di tatap Dona seperti itu bergidik ngeri seolah ia adalah rusa di kawanan singa lapar.
"Dapan.... Kita masih lama?" Tanya Tarqa yang mulai kelelahan menunggu.
"Sebentar lagi ya?" Kata Rivan, Tarqa mengangguk sambil menguap.
"Ohh si miskin sudah punya anak?" Tanya Daffa yang baru menyadari sosok Tarqa.
"Hm.... Tidak seperti mu, kau mungkin belum memilikinya karena istrimu sudah dalam fase menopause?" Kata Rivan.
Orang-orang yang mendengar perkataan Rivan seketika menahan tawanya.
Wajah Daffa dan istrinya memerah padam mendengar perkataan taham Rivan, ia sudah kehabisan kesabaran Daffa berjalan mendekati Rivan ingin melayangkan bogeman du wajah tampan itu.
Rivan masih tenang ia duduk sambil melindungi Tarqa jaga-jaga bila bogeman Daffa meleset mengenainya.
"Ada apa ini?" Sahut suara tegas dari arah kerumunan.
Seketika semua karyawan mulai membuka jalan untuk orang itu lewat.
"Ini Tuan Bram ada pengemis yang mencoba masuk ke dalam" sahut Dona yang ternyata jengkel dengan perkataan Rivan yang mengatakan dirinya telah menopause.
Bram tak mempedulikan kata Dona, ia menelisik penampilan Rivan lebih jauh, walaupun pakaiannya terlihat biasa, untuk ukuran pengemis pakaian Rivan cukup bagus.
"Ada yang bisa saya bantu pak?" Kata Bram menengahi "kalau tidak ada anda bisa meninggalkan perusahaan, karena akan ada orang penting yang datang" lanjut Bram.
Rivan menaikkan alisnya sekilas, sekretarisnya itu cukup bijak dalam bertindak, halus tapi tegas.
Rivan berdiri, seketika semua orang yang ada di sana mendongak untuk menatap wajahnya yang ada di ketinggian 190 cm.
Berjalan dengan langkah lebar, ia menghampiri Bram, lalu mengulurkan tangan kanannya yang bebas.
"Artelarivan Dominic" kata Rivan.
Sekretaris Bram diam sesaat sebelum akhirnya melotot.
"Ah.... Ya maaf pemimpin, maaf karena tak mengenali anda" sekertaris Bram menyambut tangan Rivan sambil terus membungkukkan badannya sembilan puluh derajat.
Rivan hanya memperhatikan sekretaris Bram yang terlihat grogi.
Sementara Dona sudah pucat pasih, ia memang menuju lobby karena mendengar seluruh kepala departemen turun untuk menyambut pimpinan perusahaan yang tak pernah menampakkan batang hidungnya.
Dona melirik ke arah Rivan, pria jakun itu hanya menatap datar.
Sementara Daffa sudah terkejut di tempatnya.
Para karyawan mulai bergunjing mengenai sosok Rivan yang tinggi dan tampan serta memiliki proporsi tubuh ideal, namun mereka juga di buat patah hati karena melihat Rivan mengendong seorang balita yang mereka yakini anak dari sang bos.
"Tak apa" kata Rivan mulai menarik tangannya yang terus saja di genggam oleh sekertaris Bram.
"Mari tuan saya antar anda ke ruangan" Ajak Bram.
"Ayo" sahut Rivan.
Dona yang melihat kepergian Rivan bernafas lega, setidaknya ia masih memiliki pekerjaan saat ini.
Baru saja akan melangkah pergi, ia malah mendengar perkataan yang sebaiknya tidak di dengarnya.
"Kepala departemen pemasaran Aradona Anindya anda bisa mengemas barang anda dan pergi dari perusahaan, dan jangan lupa berikan ganti rugi atas uang yang anda korupsi paling lambat esok hari, kalau tidak saya akan membawanya ke jalur hukum" kata Rivan dengan tegasnya.
Rivan menyelidiki tindakan Dona dengan bantuan system karena merasa curiga dan benar saja kecurigaannya terbukti, 5 triliun Rupiah telah Dona gelapkan.
Seketika kaki Dona seperti jeli mendengar ultimatum Rivan.
Sementara Rivan tak menghiraukan apa yang terjadi selanjutnya, ia melangkah menuju ruangannya yang ada di lantai atas mengikuti Bram.
"Tunggu siallan" Daffa berlari menyusul Rivan kemudian memberi bogeman di pelipis kanan Rivan.
Bukh.....
Satu pukulan keras di terima oleh Rivan, namun wajahnya masih saja datar.
Rivan berbalik dan berhadapan dengan Daffa yang hanya 175 cm, tentu jauh dari tinggi badannya.
Bukh.....
Satu bogeman di kembalikan pada Daffa dan itu sukses membuat Daffa pingsan di tempat.
Oh ayolah Rivan selama lima tahun ini berlatih dengan robot yang terbuat dari baja, tulangnya sudah sekeras titanium.
"Bereskan" kata Rivan kemudian kembali berjalan memasuki lift.
Dua orang bertubuh besar yang berjaga di lobby membawa Daffa yang tak sadarkan diri.
Setelah kepergian Rivan, semua orang akhirnya membubarkan diri.
Saat ini Rivan telah duduk di kursi kebesarannya, kursi yang seharusnya ia duduki sejak menjadi pemimpin perusahaan.
Asal mula bangunan perusahaan Rivan tentu saja di peroleh dengan cara licik, Rivan memilikinya dengan bantuan system.
Tarqa, anak itu sudah tertidur dengan nyaman di sofa.
Rivan kembali memikirkan masa lalunya saat-saat di mana ia terpuruk.
Sebenarnya saat tadi ia membogem Daffa, ia ingin sekali menghancurkan wajah jeleknya itu hanya saja ia sedang berada di perusahaan Rivan tak ingin membuat citra perusahaan menjadi buruk.
Pikiran Rivan mulai berganti pada sang adik yang ia tinggalkan di apartemen Xavier.
Bogeman itu..... Rasanya ia ingin memukul wajah si brengssek itu, ingatkan Rivan untuk memukul wajah Xavier saat pria itu berkunjung ke rumahnya mengembalikan Riana.
____________
Di sisi lain, saat ini Xavier dan Riana masih di posisi yang sama, kecupan kecil di leher Riana menjadi semakin sering.
Xavier, pria itu sudah tak menangis hanya saja ia masih memeluknya erat.
"Ah...." Dessah Riana saat Xavier menggigit kecil di bagian lehernya kemudian menyesapnya kuat sehingga meninggalkan jejak di sana.
Dessahan Riana membuat Xavier semakin bersemangat pikirannya mulai kacau karena Riana tak menolak saat tangan nakalnya menjelajah punggung Riana dari balik baju.
Xavier melepas pelukannya kemudian menatap dalam wajah Riana yang terlihat memerah.
Pandangan Xavier kembali tertuju pada bibir menggoda di sana, bibir yang sedari tadi menarik perhatiannya.
Xavier semakin mendekatkan wajahnya untuk mencoba benda itu.
Cup.....
Manis, rasanya semanis madu.... Rasanya Xavier tak ingin melepaskannya.
Ia melummat bibir Riana agak pelan takut takut Riana marah dengan perbuatannya, namun yang ia dapatkan malah balasan dari Riana, oh seketika ia tak mampu lagi mengontrol diri.
Sementara Riana yang juga telah sejak tadi merasa kepanasan saat Xavier memberinya kecupan di leher telah terbawa suasana.
Dirinya seperti wanita murahan sekarang.........
Dan yang di larang oleh Rivan akhirnya terjadi, Tarqa akan memiliki adik.
_________
Bye ❄️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments
《KANG SESAD》
yah goblok banget naif banget
2022-11-01
0
Grace
goblok banget punya adik
2022-04-25
1
Dikha Aterashu
ko adiknya mc goblok sih
2022-04-24
0