...# Happy Reading #...
Pagi ini Riana sedang menyiapkan sarapan di dapur.
"Mama!" Panggil si kecil Tarqa yang baru saja turun bersama Rivan yang menggendongnya.
Rivan memang terlihat tak menyukai Tarqa, namun siapa sangka bahwa anak kecil itu lebih dekat padanya dari pada sang ibu, bahkan setiap pagi hanya Rivan yang memandikannya.
"Pagi sayang, pagi kak" kata Riana kemudian kembali melanjutkan acara memasaknya.
Rivan duduk di meja pantry setelah meletakkan Tarqa di sampingnya.
"Bagaimana kondisinya?" Tanya Rivan datar.
"Baik kak, mungkin besok akan sadar" jawab Riana.
Rivan mengangguk sekilas sebelum kembali membaca laporan yang di tampilkan oleh system.
Tak lama dari arah belakangnya datang Nolan yang sudah rapih dengan kemejanya.
"Selamat pagi" kata Nolan.
"Pagi Tuan Nolan" jawab Riana.
Rivan hanya mengangguk saja, sedangkan Tarqa anak kecil itu terlihat tak suka dengan Nolan.
"Emmm.... Apakah tuanku baik-baik saja?" Tanya Nolan.
"Iya, mungkin besok dia akan sadar" jawab Riana.
"Oh.... Huffft untunglah" kata Nolan.
Riana meletakkan makanan yang sudah ia buat di atas meja makan.
"Ayo sarapan dulu tuan Nolan" kata Riana.
"Yahh terimakasih, anda sangat baik, terimakasih juga sudah mau membantu tuan ku" kata Nolan, kemudian dengan ragu ia mengambil duduk di meja makan berhadapan dengan Tarqa. Sementara Riana duduk di samping Tarqa.
Makan dengan tenang menjadi kebiasaan mereka, sesekali terlihat Rivan menambah lauk di piring Tarqa walau dengan raut wajah yang datar.
Selesai makan, Riana membereskan meja makan. Rivan menggendong Tarqa kemudian menuju ruang keluarga dan menyalakan meja hologram di sana. Nolan tanpa di ajak juga ikut karena ia tak tahu harus melakukan apa.
Nolan terpukau saat meja hologram itu telah menyala dan memperlihatkan kartun anak-anak di sana.
Memang iu.tec hanya meluncurkan 2 produk yang tak lain adalah Mob dan Hook sedangkan pada produk lainnya masih dalam perencanaan.
"Dapan.... Kenapa paman jelek itu belum pulang? Aku ngeri melihatnya" sahut sinis Tarqa.
"Dia tidak punya rumah" sahut Rivan sekenanya.
"Dia tidak punya uang beli rumah Dapan?" Tanya Tarqa.
"Mungkin"
"Kasian" kata Tarqa.
Nolan hanya diam saja di maki.
"Tata..." Panggil Riana.
"Iya ma?" Sahut Tarqa kemudian beranjak dari sofa untuk menghampiri mamanya.
Suasana menjadi hening setelah kepergian Tarqa, Nolan yang sibuk mengagumi meja Hologram di hadapannya sedangkan Rivan sibuk dengan laporan perusahaan yang semakin menumpuk.
"Emm boleh aku bertanya?" Kata Nolan ragu.
Rivan hanya menaikkan alisnya sekilas dan tak berbicara.
Nolan melihatnya sebagai tanda 'apa'.
"Di mana ayah Ale?" Tanya Nolan.
Rivan menyerngit sebentar "Dia tuan mu" jawab Rivan tanpa ingin menyembunyikannya.
Nolan terlihat melotot sebentar sebelum akhirnya ingatannya yang buram mengenai Riana akhirnya menjadi segar.
"Ah jadi nona Riana adalah gadis SMA itu" gumam Nolan.
_____________
"Ma? Kita mau ke mana?" Tanya Tarqa yang sudah berjalan di samping mama menggenggam jari telunjuk sang mama.
Riana menatap Tarqa sebentar, anaknya itu cerdas tapi yang namanya anak-anak pastinya ia masih polos.
"Tata mau ketemu siapa?" Tanya Riana.
"Emm.... Tata mau liat papa boleh? Papa tata di mana?" Tanya Tarqa.
Riana tersenyum, kemudian mengangguk ringan, "ayo kita temui papanya Tata" kata Riana.
Mata Tarqa berbinar dengan semangat ia melangkah seperti robot.
Sampainya di kamar rawat Xavier, Riana menggendong Tarqa agar dapat melihat wajah sang ayah yang sedang terbaring di atas kasur.
Tarqa melihat wajah pucat Xavier tangan kecilnya menangkup wajah sang papa sampai bibir tebal Xavier agak mengerucut.
Cup....
Kecupan mendarat di bibir tebal itu, "Papa!" Sahut Tarqa berbinar, pria di depannya benar-benar mirip seperti dirinya yang ada di cermin.
Cup....
Cup....
Cup....
Tarqa kembali menghujam bibir tebal itu dengan kecupannya, Riana jadi gemas sendiri melihatnya tak sabar rasanya ingin melihat bagaimana terkejutnya pria yang sudah menabur benih di perutnya itu.
"Ma? Kenapa papa belum bangun? Kalau Dapan pasti sudah bangun" kata Tarqa.
Ah... Anak kecil itu membuka rahasianya bersama si Dapan. Jadi itu alasan kenapa Tarqa mencium Xavier? Hanya untuk membangunnya. Bahkan Riana saja tak pernah di cium seperti itu, agak sesak.
"Papa lagi sakit besok di bangunin ya" sahut Riana.
"Kenapa belum di suntik ma?" Tanya Tarqa.
"Sudah tapi suntik nya belum bekerja"
"Ohh" Tarqa mengangguk.
____________
/Acara telah rampung tuan, seminggu kedepan anda sudah dapat mengungkap identitas diri anda/
Rivan berada di perpustakaan, membaca email yang di kirim oleh seorang yang ia percaya sebagai tangan kanannya di perusahaan.
/Baiklah ambil jadwal di hari ke 6/ balas Rivan.
Bosan dengan tugasnya, Rivan berjalan ke rak buku dewasa dan mengambil beberapa bacaan di sana kemudian mengambil posisi yang nyaman dan mulai membaca dengan serius.
Di sisi lain, Nolan yang sudah di tinggal sendiri di ruang keluarga menjadi penasaran dengan meja Hologram yang masih memperlihatkan kartun di sana, dengan iseng ia mengganti siaran dan semakin tertarik dengan meja unik itu.
Haruskah ia meminta satu yang seperti ini? Ia serasa menjadi orang paling miskin sekarang.
Drrrrrrtttt
Ponsel yang ada di samping Nolan berdering....
-Nyonya besar-
Nama kontak yang tertera di sana, seketika wajah Nolan berubah pasi, dengan ragu ia mulai mengangkat telepon.
"Hal-"
|Kau di mana? Mana Vier?|
"Ah, maaf nyonya tuan muda sedang sibuk sekali semalam ia begadang mengerjakan tugas jadi sekarang tuan muda masih terlelap" sahut Nolan berbohong tak mungkin ia mengatakan tuannya sedang sekarat.
|Oh, tumben sekali dia bisa tidur, yasudah hubungi aku kalau Vier sudah bangun, Keluarga Zaltam sudah mempersiapkan diri untuk acara lamaran| sahut ibu Xavier.
Ah.... Mampus, Nolan melupakan hal itu, pertunangan yang selalu saja di tahan oleh tuan mudanya sejak lima tahun yang lalu.
"Iya nyonya akan segera saya hubungi jika tuan muda telah sadar" sahut Nolan.
Tut....
Telpon di putuskan oleh ibu Xavier, seketika Nolan seperti mendapat oksigen.
___________
"Ayo bocah kita tidur" ajak Rivan pada Tarqa, jam sudah menunjukkan waktu tidur bocah imut itu.
"Em Dapan.... Aku akan tidur sama papa" kata Tarqa.
Seketika raut wajah datar Rivan semakin datar dan dingin.
"Sepertinya dia tak usah di bangunkan" gumam Rivan kemudian beranjak menuju kamarnya di lantai 2.
Riana menggeleng kecil melihat tingkah kakaknya yang terlihat acuh tak acuh namun sayang pada anaknya itu.
"Ayo mama antar ke kamar papa" ajak Riana.
Tarqa mengangguk kemudian mengikuti mamanya.
Tarqa sudah sangat jarang di gendong oleh Riana sejak usianya 3 tahun.
Berat kata Tarqa waktu itu.
____________
Bye❄️
Komen dong....... Sorry unsur system nya belum terlalu berasa.
Selamat puasa bagi yang menjalankan!!!!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments
Reza
🆙🆙
2022-04-22
0
Leonxx
sesekali crazy up thor
2022-04-03
1
X_LM
semangat,Thor
2022-04-03
0