Ale-17

...# Happy Reading #...

Kedua manusia itu tengah beristirahat sehabis selesai dengan pergulatan singkat mereka.

Riana sedang tertidur karena kelelahan, sedangkan Xavier memandangi wajah Riana yang terlihat semakin cantik.

Dengan selimut yang menutupi tubuh polos keduanya, Xavier masih asik memeluk tubuh Riana dari belakang.

Sejenak ia melupakan urusan dunianya tadi namun sekarang ia membulatkan matanya saat mengingat laporan dari Nolan.

Xavier bangkit kemudian menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya sebelum menggunakan stelan kantornya, ia akan ke kantor melihat apa yang terjadi di sana.

Saat akan meninggalkan kamar, ia teringat kejadian 5 tahun silam, saat itu ia juga meninggalkan Riana yang sedang tertidur, ia tak ingin mengulang kesalahan yang sama.

"Sayang...." Xavier memanggilnya dengan sebutan sayang, sebab tadi di tengah percintaannya ia telah mengantongi izin tersebut.

Riana menggeliat karena merasakan tepukan di pipinya.

"Hm?" Tanyanya setelah membuka mata.

"Aku akan ke kantor sebentar, kamu ikutlah biar sekalian kita jalan-jalan sebelum mengantarmu pulang" kata Xavier.

"Iya, tunggu sebentar" Riana kemudian bangun dari posisi berjalan dengan santai menuju kamar mandi tanpa sehelai benang pun di tubuhnya.

"Oh shhitt kau menggoda ku?" Kata Xavier.

Riana berbalik sebentar memperlihatkan bagian depannya.

"Bagaimana kau tergoda?" Katanya sambil menggigit bibir bawah.

Saat Xavier akan mendekat, ia dengan segera masuk ke kamar mandi dan mengunci pintu.

"Ahhkk sayang mari bermain satu ronde lagi" kata Xavier frustasi namun tak di hiraukan oleh Riana.

Sementara di dalam kamar mandi, Riana tengah memikirkan kegilaan yang ia lakukan.

"Riana, kau sudah seperti wanita murahan" gumam Riana memandangi dirinya di cermin full body di sana.

Banyak bekas sess apan Xavier di tubuhnya.

"Bodoh amat, meja Hologram itu sudah meracuni pikiran ku" gumam Riana lagi. Ya dirinya memang sering melihat adegan di meja Hologram yang ada di kamarnya, sehingga untuk melakukan praktek menjadi hal yang mudah.

______________

Mobil mahal Riana tiba di parkiran perusahaan.

"Ayo turun" ajak Xavier setelah membuka pintu Riana, wajahnya terlihat kesal.

"Iyaaahhh" goda Riana lagi, ia dengan sengaja mengeluarkan suara yang menaikkan hasrat kelelakian Xavier.

Cup....

"Berhenti menggoda ku sayang, atau aku akan menerkam mu di sini" kata Xavier merasa gemas sendiri.

"Di mobil? Wah kita bisa mencobanya" kata Riana santai.

Xavier memicingkan matanya, sebelum terlihat binar di sana.

"Ayo kita lakukan" ajaknya kemudian ia menutup kembali pintu Riana dan kembali menuju pintu kemudi.

Saat sudah duduk di dalam, Riana ternyata sudah berdiri di depan mobil, ah wanita itu mempermainkannya lagi.

Wajah Xavier kembali terlihat kesal, ia keluar lalu mengandeng pinggang Riana dengan posesif.

Riana yang melihat raut wajah Xavier merasa lucu sendiri, ia terkikik tanpa suara.

Di depan Perusahaan besarnya, Nolan berdiri di sana untuk menyambutnya.

"Anda terlalu lama tuan muda" kata Sekretaris Nolan. "Anda ada urusan apa Nona Riana?" Lanjutnya heran saat melihat Riana berada di dekat Xavier.

"Dia tak ada urusan apapun, hanya menemani ku" jawab Xavier kemudian mereka berjalan masuk.

"Kenapa perusahaan bisa di akuisisi secepat itu?" Tanya Xavier.

"Saya juga tak tahu tuan, namun saat tadi saya mengecek perkembangan perusahaan tiba-tiba ada bug pada sistem keamanan dan setelah beberapa saat kemudian nama pemilik perusahaan telah tergantikan" jawab Nolan. "Bahkan secara hukum pun bukan milik kita lagi, jadi kita tak bisa berbuat banyak" lanjutnya menjelaskan.

Wajah Xavier memerah menahan kesal mendengarnya, padahal sistem keamanan perusahaannya sudah yang paling canggih, bahkan mengalahkan sistem kemanan di pemerintahan.

"Siapa nama pemilik perusahaan saat ini?" Tanya Xavier.

"Dia Ale-" perkataan Nolan terpotong akibat suara melengking dari arah belakang.

"Papa!" Suara itu juga menari seluruh atensi orang yang ada di sekitar sana.

Tarqa berjalan di depan Rivan, anak itu terlihat berlari ke arahnya sambil merentangkan tangan.

Xavier tentu saja menyambutnya ia menggendong anaknya itu dengan gerakan berputar.

Cup.....

Seperti biasa anak itu memberinya ciuman tepat di bibirnya.

"Apa yang kamu lakukan di sini sayang?" Tanya Xavier.

"Dapan memberi rumah ini untukku, jadi aku datang untuk melihatnya" kata Tarqa dengan senangnya.

"Rumah ini?" Tanya Xavier memastikan.

"Iya! Benar kan Dapan?" Kata Tarqa.

Rivan mengangguk membenarkan.

"Perusahaan ini sudah menjadi milik Tata" kata Rivan menatap Xavier dengan tajam.

Xavier yang mendengar cukup merasa lega, setidaknya orang yang mengakuisi perusahaannya itu adalah sang anak.

"Kamu suka kantor papa sayang?" Tanya Xavier.

"Kantor? Ini bukan rumah pa?" Tanya Tarqa.

"Bukan sayang, ini kantor tempat orang bekerja" jelas Xavier.

"Eum! Tata suka, kantornya tinggi nanti tata mau main ayunan di atas" jawab Tarqa.

"Main ayunan?" Tanya Xavier bingung, bukan hanya dirinya tapi Riana, Nolan dan Dapannya pun sama bingungnya.

"Iya pa, kita buat ayunan di atas, tata liat ada tempat mengikat tali di sana" jawab Tarqa.

Seketika Xavier meringis memikirkan tempat yang di sebut oleh Tarqa, hanya ada satu tempat untuk mengikat tali ayunan yang terlihat dari jarak jauh.

Itu adalah di antara kaki X di mana nama perusahaan XV yang berdiri tepat di pinggir gedung 40 lantai itu.

Tinggi X sendiri sekitar 10 M jadi saat mengikat tali di antara kaki X maka itu sama saja di ketinggian 5 meter, hanya saja agak ngeri membayangkan ayunan itu bergerak dan saat melihat ke bawah, pelataran perusahaan akan terlihat.

"Tapi itu bahaya sayang" kata Xavier tak mengizinkan secara halus.

"Tapi Tata mau main di sana" wajah tata terlihat memelas.

"Nanti ya kita ke taman bermain?" Bujuk Xavier.

Tarqa menggeleng, mau main di atas.

Xavier di buat kelimpungan sekarang, saat Tarqa menatapnya dengan air mata yang sudah siap meluncur.

Xavier melirik ke arah Rivan untuk membantunya membujuk anak kecil itu.

"Tempat apa yang di maksudnya?" Tanya Rivan.

"Di atas ada nama perusahaan setinggi 10 meter, di antara kaki X ada tempat mengikat di sana" jawab Xavier.

"Ya sudah biarkan" jawabnya santai.

Xavier melotot tak setuju, sementara Tarqa yang mendengarnya memberontak dari gendongan Xavier dan berjalan menuju Rivan.

"Uhhhh sayang Dapan" sahut anak kecil itu.

Riana dan Nolan hanya menatap tanpa ikut dalam pembicaraan, mereka seilah tak ada di sana.

"Ayo naik" ajak Rivan "jangan lupa suruh orang membeli peralatannya, pastikan membeli alat keamanan juga" Tambah Rivan.

Xavier dan Nolan mengurus perlengkapan yang di butuhkan, ia membawa beberapa orang ke toko hiking membeli beberapa tali tebal dan alat keamanan yang cukup banyak.

___________

Saat ini mereka sudah berada di atas gedung 40 lantai itu, beberapa orang terlihat membuat ayunan di kaki X yang cukup besar.

Setelah menunggu beberapa saat, ayunan beserta alat keamanan pun siap untuk di pakai.

"Sana, kau coba lebih dulu" pinta Rivan pada Xavier.

"Saya?" Tanya Xavier.

"Siapa lagi?" Tanya Rivan.

"Biarkan mereka saja yang mencobanya" kata Xavier menunjuk pada para pengawal di sana.

"Cih pengecut, jangan mendekati adikku lagi" ancam Rivan.

Xavier bergidik ngeri membayangkan dirinya berjauhan dengan Riana lagi, oh tak bisa ia sudah menanam benih, ia harus menuai hasilnya.

"Baiklah" kata Xavier pasrah kemudian mengambil posisi di ayunan itu.

"Tanpa pengaman" sahut Rivan saat melihat pengawal akan memasangkan pengaman pada tubuh Xavier.

"Kak" protes Riana tak setuju.

Rivan mengangkat bahunya acuh, ia bersih keras melihat Xavier berayun tanpa pengaman.

Di tempatnya, Xavier sudah panas dingin kakinya gemetar saat ia berbalik, wajah polos Tarqa memandangnya berbinar.

"Ayo papa!" Kata Tarqa menyemangati dengan mengangkat tangannya yang terkepal.

Seketika keberanian Xavier terkumpul, ia mulai mengambil ancang-ancang dan mulai berayun.

Aaaaaaa.......

Keberanian yang tadi terkumpul seketika lenyap saat ayunan itu bergerak.

Setelah 5 kali bolak-balik, akhirnya ayunan di tahan oleh seorang pengawal.

Wajah Xavier terlihat sangat pucat seperti tak dialiri oleh darah.

Riana mendekat kemudian mengusap keringat yang bercucuran di pelipis Xavier, kakaknya itu benar-benar memberi Xavier pelajaran.

Di sisi Rivan, ia merasa puas melihatnya, baru saja akan mengambil posisi di atas ayunan bersama Tarqa, ia melihat pemandangan tak sedap pada leher Riana.

Oh astaga adiknya itu melanggar apa yang di katakan nya.

Dengan raut wajah marah, ia memberikan Tarqa pada Nolan yang berdiri di sampingnya.

Ia jadi teringat akan memukuli wajah Xavier.

Bukh.....

Bukh.....

Bukh.....

Bukh.....

"Pria brengssek, beraninya kau menyentuh adikku hah?" Wajah Rivan memerah.

"Kak, stop" Riana berusaha melerai, namun ia malah tersungkur karena kakaknya itu tak menghiraukannya.

Riana bangkit lagi kemudian berusaha melerai sang kakak kembali.

"Sudah kak, aku tak terpaksa melakukannya, aku juga menginginkannya" kata Riana.

Pukulan yang menghantam wajah Xavier berhenti.

Pandangan tajam Rivan langsung mengarah pada Riana.

"Apa hubungan mu dengannya?" Tanya Rivan.

Riana diam, ia tak memiliki hubungan apapun pada Xavier, bahkan mereka baru bertemu kembali hari ini.

"Cih kenapa kau jadi wanita murahan Riana!!" Teriak Rivan marah.

__________

Bye❄️

Terpopuler

Comments

Reza

Reza

fdd

2022-04-22

0

X_LM

X_LM

semangat,Thor👍👍

2022-04-07

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!