Ale-15

...# Happy Reading #...

Dapan.... Tata mau rumah itu" tunjuk Tarqa pada bangunan yang paling tinggi di antara bangunan lainnya.

"Boleh" jawab Rivan

"System akuisisi bangunan itu, berikan untuk Alegtarqa Dominic"

[Memperoleh data penting.......]

[Memulai proses akuisisi........]

[Selesai]

[Bangunan XV Company sudah menjadi milik Alegtarqa Dominic]

"Nanti kita ke sana ya" Rivan mengusap rambut halus Tarqa, anak itu masih asik mengagumi gedung yang baru saja menjadi miliknya.

____________

Apartemen Xavier berubah hening setelah kepergian Rivan dan Nolan tak ada yang memulai pembicaraan sehingga suasana menjadi canggung.

"Maaf" kata Xavier membuka suara.

Riana hanya diam menatap dalam mata Xavier, ah mata itu benar benar sama dengan mata Tarqa.

Xavier yang tak mendapat jawaban berjalan mendekati Riana yang masih duduk kemudian berlutut di hadapannya.

"Maafkan aku, aku mohon jangan jauhkan aku dari tata" kata Xavier.

Riana masih diam melihat Xavier yang sedang memohon untuk Tarqa.

Xavier mendongak menatap dalam mata Riana dengan raut penyesalan yang tergambar jelas di sana.

"Kau kemana waktu itu?" Riana membuka suara.

"Waktu itu?" Kata Xavier dengan posisi yang masih mendongak.

"Hmm... Setelah kau melakukannya, kau meninggalkanku sendiri di kamar" kata Riana.

"Ah..... Waktu itu......

Flashback......

Setelah melepas hasrat yang sudah tertahan, Xavier berbaring di sebelah Riana.

Astaga gadis itu sedang pingsan di sampingnya, padahal dirinya hanya bermain selama hampir 2 jam.

Xavier sekarang sudah tak perjaka, dan lebih parahnya lagi ia memperkosa seorang gadis untuk melepas statusnya itu.

Xavier memandangi wajah Riana dengan intens, satu kata yang mendeskripsikan Riana saat ini.

'Cantik'

Bibir cantik Riana benar-benar menggodanya, oh astaga Xavier mencuri ciuman di sana memberi sedikit lummatan.

Sesuatu di bawah sana yang masih terbenam kembali berdenyut, baru saja ingin melakukan ronde selanjutnya, telfonnya yang entah letaknya di mana berdering.

Dengan hasrat yang mulai menyusut, Xavier bangkit setelah melepas penyatuan, berjalan mengambil ponsel tanpa sehelai benang pun di tubuhnya.

- Sekretaris Nolan -

"Hm?" Jawab Xavier dengan tangan bertumpu di pinggangnya yang seksii.

"Anda sudah selesai tuan?" Tanya Nolan agak ragu.

"Belum, ada apa?" Kata Xavier.

"Orang yang menjebak anda sudah saya-"

Tut......

Panggilan di putus oleh Xavier dan bersiap untuk melihat siapa pelaku yang berani menjebaknya.

Sebelum meninggalkan kamar, Xavier sempat menatap wajah lelah Riana sebentar.

"Aku akan segera kembali, aku akan tanggung jawab" Xavier membelai wajah Riana sebelum memberi ciumann di dahinya.

10 menit setelah Xavier meninggalkan kamar itu, Riana terbangun dan merasakan seluruh badannya sakit.......

Waktu itu sebenarnya Riana menangis karena rasa sakit yang ia rasakan, namun setelah Rivan datang rasa sakit itu tergantikan dengan rasa bersalah.

Flashback end

"Siapa yang menjebak mu?" Tanya Riana.

Xavier diam sejenak "Ibuku" jawab Xavier.

Riana mengangkat sebelah alisnya tak mengerti.

"Kenapa ibu mu ingin menjebak mu?" Tanya Riana.

"Aku tak tau, ibuku seperti bukan ibuku" kata Xavier dengan wajah sedihnya.

"Ah jadi kamu di anak tirikan" paham Riana. "Kau punya saudara?" Tanya Riana.

Xavier hanya diam, namun terlihat jelas aura tak sedap dari wajahnya.

Rina yang melihat itu paham bahwa itu adalah privasi yang mungkin sedikit sulit di jelaskan.

"Tak perlu memberitahu" kata Riana kemudian mengusap rambut Xavier.

Xavier yang di perlakukan seperti itu merasa kesenangan sendiri, padahal Riana hanya sedang bersimpati.

"Kamu memaafkan ku?" Tanya Xavier melihat ke arah Riana, tatapannya persis seperti Tarqa kemarin saat anak itu meminta izin untuk ikut papanya.

"Hmm... Akan ku coba" jawab Riana.

Rasanya Xavier sudah ingin terbang, ah.... Sepertinya ia sudah jatuh hati pada wanita di hadapannya ini, wanita cantik hati dan rupa yang ingin melahirkan anaknya.

"Terimakasih" Xavier bangkit dari posisi kemudian mengambil duduk di samping Riana. "Boleh aku memelukmu?" Izinnya.

Riana yang memang kurang kasih sayang dari pria mengizinkannya.

Mereka berpelukan hangat, saling memberi rasa nyaman.

Ketika pandangan keduanya bertemu, tanpa sadar wajah mereka semakin dekat, tatapan Xavier terkunci pada bibir yang terlihat mengkilap.

Astaga pasti itu manis sekali, pikir Xavier.

Ketika kedua benda empuk itu akan bertemu, panggilan telepon dari hp Xavier berdering membuyarkan suasana.

Dengan canggung ia menjauh dari Riana kemudian mengambil hpnya yang ada di atas meja.

- Sekretaris Nolan -

"Ada apa?" Kata Xavier dingin.

Nolan yang ada di seberang menelan saliva gugup, apalagi berita yang akan ia sampaikan cukup untuk membuat dirinya mati dengan makian Xavier.

|Maaf tuan muda, ada masalah di perusahaan pi-|

"Masalah apa? Kau tak bisa mengurusnya? Perlu ku pecat saja?" Tanya Xavier beruntun memotong ucapan Nolan.

|Kurasa anda sudah tak dapat memecat saya tuan muda| kata Nolan ragu.

"Maksudmu? Aku tak mampu? Jangan karena kau bagus dalam pekerjaan maka aku tak akan berani memecat mu" jawab sombong Xavier.

|Em Tuan muda, sebenarnya kita sudah tak memiliki perusahaan lagi, pihak asing yang telah mengakuisisi seluruh saham di sana| jawab Nolan

Xavier diam mencerna ucapannya.

|Aku hanya berharap semoga semua karyawan kita tidak mendapat PHK| lanjut Nolan.

"Bagaimana bisa?" Tanya Xavier, ia syok mendengar perusahaan yang ia bangun dari nol sudah di ambil alih oleh orang lain.

|Aku tak tahu tuan, tapi itu benar-benar telah terjadi| jawab Nolan.

Tut......

Xavier menutup telfon dirinya merasa pusing sekarang, baru saja ia merasa bahagia karena kehadiran Tarqa, dirinya harus di uji lagi dengan masalah ini.

Xavier tak masalah jika ia tak hidup dengan bergelimang harta, namun ia menginat kembali pada ayahnya, pria tua itu mengancam akan melukai Riana.

Bagaimana ia akan melindungi Riana tanpa kekuasaan.

Xavier berjalan kembali mendekati Riana yang masih duduk di sofa, dan tanpa permisi dan canggung ia memeluk tubuh wangi ibu dari anaknya itu, menenggelamkan wajahnya di cekuk leher Riana.

"Biarkan seperti ini sebentar" kata Xavier yang mulai menghirup rakus aroma tubuh Riana, sesekali ia memberi kecupan di sana.

____________

Di sisi Rivan, ia datang lebih cepat dari waktu yang ia sebutkan pada sekretarisnya Bram sehingga ia memilih duduk sambil menunggu kedatangannya, tak ingin membuat keributan- pikir Rivan.

Dari arah pintu masuk, terlihat seorang pria yang berjalan dengan gagahnya, dagunya terangkat tinggi.

Matanya pria menangkap siluet seorang yang di kenalnya.

"Omg, orang miskin apa kabar?" Sapanya pada Rivan yang duduk memangku Tarqa.

Rivan melihat pria itu tak berminat.

"Mau ngemis di sini?" Tanyanya lagi, pria itu merogoh sakunya mengeluarkan dompetnya yang agak tebal dan mengambil beberapa lembar berwarna merah dan biru dari sana.

"Nih aku kasih, lumayan buat makan nanti malam" katanya dengan nada mengejek.

"Kau kerja di sini?" Tanya Rivan dengan nada yang datar seperti biasa.

"Oh tentu saja tidak, aku tidak bekerja" sahutnya bangga. "Tapi istriku bekerja di departemen pemasaran di sini, uang yang dia peroleh sangat banyak" lanjutnya.

"Kau tidak berubah Daffa, masih saja selalu jadi parasit" kata Rivan tajam.

_______________

Bye❄️

Like dong......v:

Komennya jangan lupa.

Terpopuler

Comments

Uchiha Zikato

Uchiha Zikato

oh orang yang ditonjok waktu utu ya

2022-04-24

0

Uchiha Zikato

Uchiha Zikato

siapa daffa gw lupa

2022-04-24

0

Reza

Reza

heuqai

2022-04-22

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!