Ale-6

# Happy Reading #

Jam menunjukkan pukul 14:40 Riana baru saja keluar dari kelasnya, agak terlambat karena ia harus mengerjakan tugas yang harus dikumpulkan di meja guru sebagai absen mapel karena tadi gurunya tak sempat masuk.

Riana mengerjakannya seorang diri, teman temannya bodoh amat dengan itu, sedangkan sahabat kampret nya yang sekarang bukan siapa-siapnya lagi entah apa yang mereka lakukan, sudah lama Riana tak kontak dengan mereka.

Suasana sekolah sudah sepi tinggal beberapa guru yang tinggal untuk mengerjakan laporannya.

Riana duduk di halte menunggu bus sekolah yang mungkin sudah meninggalkannya, sekolah Riana memang sekolah swasta yang menyediakan fasilitas itu, hanya beberapa murid saja yang memilih menggunakannya selebihnya menggunakan motor sport yang terbilang cukup mahal.

Lama menunggu akhirnya Riana putus semangat sudah tepat jam 3 sekarang, ingin memesan ojek online tapi ia tak memiliki hp. Hpnya sudah ia jual beberapa bulan yang lalu.

Berjalan kaki merupakan alternatif pilihan terakhirnya saat ini, mungkin saat ia bertemu mas jaket hijau ia akan menghentikannya.

Jarak rumahnya dari sekolah sekitar 1 setengah jam tempuh dengan berjalan kaki, itu lebih baik daripada harus menunggu hingga malam.

Riana mulai melangkahkan kaki meninggalkan halte menyusuri jalan yang tampak lenggang beberapa mas dengan jaket hijau terlihat sedang menarik penumpang, tak ada kesempatan bagi Riana untuk menghentikan mereka.

Menghela nafas cukup panjang, sudah sekitar 15 menit ia berjalan namun terasa masih begitu jauh kaki riana sudah pegal namun lebih baik terus berjalan daripada malam lekas menjemput.

Baru akan kembali melangkah, mobil hitam berhenti tepat di sampingnya sebelum ia merespon, tubuhnya telah berada di dalam mobil bersama seorang pria ber jas yang terlihat cukup dewasa, sedangkan di depan terlihat juga orang yang berjas sedang mengemudikan mobil dengan kecepatan tinggi.

"Mau apa kalian!" Riana berteriak garang.

Wajah pria yang menariknya tadi terlihat merah menahan sesuatu.

"Diamlah" kata pria itu sembari membuka jasnya, ia mengenakan kemeja hitam yang sudah basah oleh keringat.

"Turunkan saya!!! Kalian mau bawa saya kemana!!!" Bukannya diam, Riana malah semakin menjadi berteriak kesetanan sembari memukul mukul pintu mobil.

"Keluar saja jika kau ingin langsung mati" kata si lelaki itu tanpa menahan Riana.

Benar apa katanya, dengan kecepatan mobil saat ini, tak mungkin ia bisa melompat begitu saja, bila nekat pun ia tak dapat menjamin apakah akan selamat atau tidak.

Riana mulai sedikit lebih tenang sembari meningkatkan tingkat kewaspadaannya, roknya yang hanya sebatas lutut ia tahan sedangkan baju yang ia kenakan sudah di keluarkan dari dalam rok karena di rasa mencetak tubuhnya yang terlihat berisi di beberapa tempat.

Glek

Tanpa sadar tingkah Riana yang sedemikian membuat pria di sampingnya bertambah panas, pandangan pria itu menatap betis mulus tanpa rambut Riana.

"Kenapa lama sekali" katanya yang tertuju pada supir.

"Maaf tuan muda" supir itu menambahkan kecepatan mobil hingga beberapa saat kemudian sampailah ia di bangunan yang menjulang tinggi.

"Hotel?" Pekik Riana.

Pria itu memberi jas yang sudah ia lepaskan.

"Pakai" kata Pria itu dengan nada sedikit memaksa.

"Nggak, kita mau apa di sini" tolak Riana tegas.

"Pakai" kata pria itu tak ingin di bantah.

"Tidak!" Tolak Riana.

Dengan geram pria itu langsung membungkus tubuh riana yang tidak terlalu mungil itu, tinggi Riana 175 CM dengan proporsi tubuh bak model.

Cup

Setelah memasangkan jas, pria itu masih sempat mencuri kecupan di belakang telinga Riana, dan....

Plak....

Riana yang merasa di lecehkan menatap garang pria asing itu, baru beberapa menit yang lalu mereka bertemu dengan Riana yang saat ini sudah seperti korban penculikan, dan dengan beraninya pria itu menyentuhnya?.

"Kau!!" Riana menunjuk pria di hadapannya.

"Maafkan aku, aku tak tahan mencim aroma tubuhmu" katanya yang agak vulgar.

Wajar Riana memerah menahan amarahnya, beraninya pria di hadapannya ini.

"Sudahlah" kata Riana kemudian akan membuka pintu untuk pergi, ia tak tahu sekarang berada di mana, tapi instingnya menyuruh ia pergi.

Namun baru pintu terbuka sedikit, pria yang ada di belakangnya dengan keras kembali menutupnya.

Pria itu memandangnya dengan tatapan memohon dan terlihat sangat tersiksa.

"Apa?" Teriak Riana ketua.

"Ku mohon bantu aku" katanya dengan wajah memelas.

Riana yang melihat itu agak tak tega.

"Apa yang bisa ku bantu?" Kata Riana tak curiga sama sekali.

"Kita keluar dulu" kata pria itu kemudian langsung saja menarik tangan Riana.

Mereka berpapasan dengan si supir tadi, dan Riana melihat si supir menyerahkan sebuah kartu pada pria di depannya terlihat juga mereka berbisik sebentar.

Pria yang menarik lengan tiana membawanya ke lift dan langsung menekan lantai atas.

"Kita mau kemana?" Tanya Riana yang mulai sedikit curiga.

Riana memang anak yang lumayan polos, ia mengetahui se*x hanya dari pelajaran biologi tak pernah melihat praktek biologi atau ia dapat dari bacaan benar-benar gadis polos.

Ah Riana juga tahu hal hal yang tak boleh di sentuh oleh sembarang orang dari sang kakak yang juga sebenarnya masih awam.

Riana tak boleh mencium ataupun di cium di area wajah.

Riana tak boleh di sentuh di bagian dada dan paha.

Riana boleh berpegangan tangan itu yang dia tahu dari sang kakak.

Sewaktu pacaran, saat itu ia masih duduk di bangku kelas 2 SMA dan waktu pacarnya terbilang cukup singkat hanya 2 bulan bahkan tak sampai.

Pria di samping Riana tak menjawab, tangannya membuka tiga kancing atasnya karena sudah terlalu kepanasan.

"Ahhhkkkk apa yang kau lakukan!!!" Pekik Riana.

Pria itu hanya diam dan tak lama lift samapi dan langsung saja lengan Riana kembali terseret.

Tiba didepan sebuah kamar, perasaan Riana sudah dongkol pikiran buruk merasukinya ia menahan tubuhnya agar tidak tertarik kedalam, namun usahanya gagal, lengannya memerah karena pria itu terlalu memaksakan kekuatannya.

"Apasih!" Riana menyentak lengannya sembari menatap nyalang pria di hadapannya, pintu ruangan sudah terkunci.

"Bantu aku" kata pria itu dengan suara seraknya menahan hasrat, ya pria itu terpengaruh obat perangsang.

Pria itu mulai membuka kancing bajunya yang tersisa hingga tubuh bagian atasnya benar benar polos.

Riana yang melihatnya mengakui tubuh pria di hadapannya memang sangat terawat dan juga seksi?

Riana segera mengenyahkan pikiran itu, otaknya mulai menjalar ke buku buku biologi yang menampilkan bentuk tubuh manusia.

Sebenarnya Riana penasaran bentuk tubuh pria, namun rasa penasaran itu sudah ia kubur lama lama.

Tanpa ponsel selama setahun benar benar membuat Riana tak dapat mengakses pengetahuan yang baru di pelajari nya hingga referensi pun terbatas.

"aku harus bantu kamu gimana? Kenapa harus di sini? Kenapa bukan supir kamu aja yang membantu?" Cerca Riana dengan wajah bodohnya.

Pria di hadapannya mengeram mengusap rambutnya dengan kasar melihat betapa bodohnya perempuan di hadapannya ini.

Sebenarnya ia juga tak mau merusak gadis polos di depannya, namun ia juga tak ingin bermain dengan wanita malam apalagi harus menyerahkan perjaka nya pada wanita penghibur setidaknya ia mau yang masih orisinil.

Tanpa pria itu ketahui, ia akan mendapat masalah di kemudian hari, entah akan berakhir manis ataukah berakhir menyedihkan.

Jam menunjukan pukul 16:20......

Bye ❄️

___________

Mau reka adegan atau langsung skip yang pas Rivan datang ???

Komen ya!!!

Terpopuler

Comments

Reza

Reza

🆙

2022-04-22

0

Reza

Reza

qq

2022-04-22

0

Jimmy Avolution

Jimmy Avolution

Ayo....

2022-04-05

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!