Ale-7

...# Happy Reading #...

Ceklek.....

Pintu ruang terbuka seketika itu juga air mata Rivan membasahi wajah datarnya...........

Di atas kasur ia bisa melihat adiknya itu tengah menangis sambil memeluk selimutnya untuk menutupi dadanya yang Rivan tahu bahwa Riana sama sekali tak mengenakan busana.

Mata mereka bertemu pandang, pupil Riana membulat sempurna melihat wajah datar kakaknya yang terlihat amat marah.

"Pakai baju mu" kata Rivan kemudian menutup pintu kembali.

Rivan menunggu di depan pintu dengan tak sabar, beberapa kali ia melihat jam lusuh yang ada di tangannya.

Selang lima menit kemudian ia kembali membuka pintu, terlihat Riana sudah menggunakan seragam sekolahnya yang terdapat sobek di beberapa bagian.

Rivan berjalan dan langsung duduk di sofa yang ada dihadapan Riana yang masih setia berdiri sembari menundukkan kepalanya.

Dilihatnya adik kandungnya itu dari ujung rambut hingga ujung kaki.

Terdapat beberapa kiss mark di leher dan paha mulus Riana.

"Ada pembelaan?" Kata Rivan dengan tegas wajahnya benar benar tanpa ekspresi.

"Maaf" kata Riana lirih.

"Mana partner mu?" Rivan menahan amarahnya, ingin sekali ia melihat sosok pria yang sudah merusak adiknya yang sudah ia jaga selama hampir 18 tahun itu, kemudian menghajarnya dan menceburkannya ke laut.

Riana menggeleng sebagai jawaban, entah kemana pria yang tadi merusaknya.

"RIANA!!!" sentak Rivan tiba-tiba hingga tanpa sadar tubuh Riana bergetar.

"Ma-maaf kak" Riana masih tertunduk merasa bersalah.

"Kamu di paksa?" Tanya Rivan dengan bodohnya sudah terlihat jelas bagaimana kondisi adiknya saat pertama kali membuka kamar, dan Riana langsung mengangguk membenarkan saja.

Riana mengangkat sekilas wajahnya melihat raut wajah datar si kakak.

Seharusnya sekarang adalah adegan mewek dimana saat tadi kakaknya membuka pintu pertama kali dan melihatnya menangis, kakaknya itu memberikannya pelukan hangat untuk menenangkannya.

Berbeda dengan pikiran Riana, Rivan malah berpikir sebaliknya, ia pikir tadi itu Riana sedang bersama kekasihnya di sini, tangisnya pun seperti bocah yang kehilangan permennya tak terlihat sama sekali seperti korban pemerkosaan, entah apa yang terjadi sebelum ia datang.

Bahkan sekarang tangis Riana yang tadinya sesenggukan sudah tak terdengar, raut wajahnya tak terlihat sedih, wajah nya malah terlihat takut padanya.

"Sekarang bagaimana? Kamu kenal bajjiangn itu?" Tanya Rivan kembali serius.

Riana lagi-lagi menggeleng bodoh.

"Bahkan namanya pun kau tak tahu?" Rivan berkata dengan dingin.

"Tidak" jawab Riana.

"Sssssssss" Rivan mendesis sembari mengambil nafas yang dalam sementara tangannya sudah mengacak-acak rambutnya.

Riana hanya menatap diam apa yang di lakukan sang kakak, sebenarnya di antara dua pahanya sudah berdenyut nyeri sedari tadi.

"Kak..." Riana berkata dengan suara lirih namun masih bisa di dengar oleh Rivan.

"Hmm" jawab Rivan.

"Boleh duduk?" Tanya Riana.

Rivan hampir setres mendengarnya, ia menatap tajam sang adik yang terlihat sudah kembali seperti dirinya yang sebenarnya.

Rivan senang melihatnya, adiknya itu tak terlihat tertekan, namun di sisi lain ia merasa kecewa pada dirinya sendiri yang tak bisa menjaga adiknya itu.

"Kamu baik-baik saja?" Rivan bertanya untuk memastikan.

Riana tak menjawab, ia mengambil posisi duduk lebih dulu.

"Aku? Tentu saja tak baik, tapi bila terus memikirkannya sama saja menekan diriku sendiri" jawab Riana sembari tersenyum manis.

Rivan tak tahu sekarang harus bagaimana ingin marah namun tak tega akhirnya ia memilih mengusap surai lembut adiknya itu.

"Ayo pulang, lupakan pria brengsek itu" Rivan berdiri kemudian membuka sweater yang ia kenakan kemudian memasangkannya pada Riana.

Riana hanya diam dan menurut, keduanya pergi meninggalkan kamar hotel itu.

____________

30 menit setelah Riana pergi, terlihat seorang pria jalan dengan langkah lebarnya menuju kamar yang di tempati Riana sebelumnya senyum tipis terlihat di wajahnya entah apa yang ia pikirkan.

Setelah pintu terbuka, ia menyerngitkan dahinya menatap ruangan yang sudah kosong itu matanya menjelajahi setiap sudut ruangan dan tak menemukan gadis yang bersamanya tadi sore.

Pria itu adalah Xaviar pria italy yang baru tiba di Indonesia seminggu yang lalu.

Pria berusia 23 tahun itu hampir sama tempramennya seperti Rivan hal itu juga di sebabkan oleh masa lalu yang cukup kelam.

__________

Rivan dan Riana tiba di rumahnya dengan selamat, dengan segera Riana berjalan menuju kamarnya untuk membersihkan tubuhnya yang agak lengket.

Sementara itu Rivan berjalan menuju dapur untuk membuat makan malam, saat membuka lemari pendingin ia tak menemukan banyak bahan di sana, ah ia lupa mengambil bahan makanan di ruang bawah tanah.

Dengan malas ia mengambil ponselnya yang terlihat sudah lusuh dan jelek kemudian memesan beberapa makanan yang di tampilkan di laman go food.

"System? Kau tahu siapa yang bersama Riana tadi?" Rivan bertanya penuh harap.

[Tidak tuan] jawab system mengecewakannya.

Rivan mulai berpikir bagaimana hidup Riana setelah ini? Bagaimana masa depan adiknya itu, semoga saja hal yang di takutkan nya tak terjadi.

"System hapus semua jejak elektronik mengenai Artelariana Dominic" perintah Rivan.

[Memproses...... Menghapus data Artelariana Dominic..... Data telah di hapus] tampil layar transparan di hadapan Rivan.

Awalnya Rivan hanya mengucapkannya, ia sebenarnya tak yakin bahwa system dapat melakukan hal itu. Mungkin ia harus lebih banyak mencoba kegunaan system ini-pikir Rivan.

Riana turun dari lantai 2 dengan rambut yang sudah tergerai, rambut hitam yang agak ikal di ujungnya itu sangat kontras dengan warna lehernya yang jenjang dan putih.

Menggunakan hotpants dan kaos putih kebesaran yang menjadi favoritnya.

"Udah makan kak?" Tanya Riana dengan suara lembut seperti biasanya.

Rivan memperhatikan gerak-gerik Riana, seperti manusia tanpa beban sama sekali.

"Belum" jawab Rivan.

Riana hanya diam dan akan menuju dapur untuk membuat makan malam, dari cara berjalannya Riana mungkin sudah tak merasa kesakitan.

"Nggak usah masak, kakak udah pesan go food" kata Rivan dengan wajah khasnya yang datar.

Riana mengangguk kemudian ikut bergabung di sofa melihat tv yang menampilkan siaran wawancara seorang pengusaha.

Gambar menampilkan punggung pengusaha itu sehingga Riana tak dapat melihatnya, saat sin akan terganti, bel rumah berbunyi bersamaan dengan itu Rivan langsung menekan tombol power pada remote dan beranjak membuka pintu.

"Makan" ajak Rivan sembari menenteng kantong plastik hitam menuju meja makan.

Riana mengangguk kemudian beranjak menuju meja makan dan mulai memindahkan makanan yang sudah di pesan kakaknya ke dalam piring.

Mereka makan dengan tenang, sesekali Rivan melirik pada Riana yang terlihat seperti tak ada beban.

"Istirahatlah" kata Rivan setelah mereka membersihkan dapur.

"Iya kak" tanpa membantah lagi, Riana menuju kamarnya untuk mengistirahatkan jiwa serta raganya yang lelah.

___________

Bye ❄️

sesuai request langsung skip.......

Terpopuler

Comments

Abbie Jard

Abbie Jard

sistem ga berguna.mending ga usah kasih judul sistem tolol.bikin jengkel saja

2024-09-10

0

Didik Setyawan

Didik Setyawan

gk seru bnget crtax,pindah aj...

2023-02-16

0

Kaisar surgawi

Kaisar surgawi

novel terbodoh Dan teridiot yg pernah gw baca , sistemnya ga guna gblk, bisa2nya adek dari MC kecolongan, ini bukan novel Anak genius atau semacamnya tpi ini novel sistem yg jelas sistem itu mahakuasa bahkan hampir setara dengan sang pencipta tpi alhasil di novel ini sang sistem di nerf Dan bodohnya sang MC tidak melacak duhhhh dasar Author tolol ga becus buat novel, judul sama alur di episode ini ga masuk akal gblkkkkkk , apa ga suka sama komentar gw ? kalau ga suka tutup channel Aja temannn

2022-12-09

4

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!