...# Happy Reading #...
Beban di lengan kirinya membuat Xavier terbangun, saat membuka mata, pemandangan pertama yang ia lihat sosok anak kecil yang sangat mirip dengannya.
Ah... Lucunya anak kecil itu, ia terlihat mendusel di bawah ketiak Xavier, menenggelamkan kepala kecilnya di sana.
Gemas dengan tingkahnya, tangan Xavier yang terpasang infus mencoba mengelus pipi tembem si mungil.
Anak kecil itu mulai terganggu semakin menggeliat ke arah Xavier. Dan akhirnya mata kecilnya yang tajam bertemu dengan mata tajam sang papa.
Tarqa mengerjapkan matanya memandangi Xavier yang juga tengah memandangnya.
Cup....
Tanpa kata, Tarqa mendaratkan ciuman manis di bibir sang papa, sambil berkata dengan girangnya.
"Selamat pagi Papa" kata Tarqa.
Xavier diam, dirinya merasa bodoh saat ini.
Cup.....
"Pa?..." Tarqa memiringkan kepalanya.
Ceklek......
Kamar rawatnya terbuka memperlihatkan sosok tinggi di sana.
"Kau masih hidup ternyata" kata Rivan dingin sambil menggendong Tarqa.
"Dapan... Papa udah bangun" Tarqa menunjuk Xavier.
Rivan tak menjawab, ia membawa Tarqa untuk mandi, walaupun awalnya anak itu menolak tak ingin jauh dari papanya.
Sementara Xavier yang di tinggalkan semakin merasa bodoh, ah anaknya, tak dapat di tampik bahwa anak yang memanggilnya papa tadi sangat mirip dengannya.
Ceklek....
Pintu kembali terbuka di sana ada Nolan yang berjalan masuk.
"Anda baik-baik saja tuan muda?" Kata Nolan.
Xavier masih diam, pikirannya masih tertuju pada Tarqa.
"Tuan muda?" Sahut Nolan lagi.
"Ah ya?" Jawab Xavier.
"Anda baik-baik saja?" Tanya Nolan lagi.
"Hm" jawab Xavier.
Suasana kembali hening untuk beberapa saat.
"Tuan muda, nyonya besar menelfon kemarin" Nolan membuka suara.
Xavier menaikkan sebelah alisnya sebagai reaksi.
"Sepertinya masalah keluarga Zaltam" jelas Nolan.
Seketika wajah Xavier berubah jelek, ibunya yang beberapa tahun lalu menyusulnya itu tak henti-hentinya menjodohkannya dengan anak perempuan dari keluarga Zaltam.
Karena suasana yang begitu mencekam, mereka tak menyadari ada seseorang yang berjalan masuk di belakang Nolan.
"Kau sudah sadar? Bagaimana perasaanmu?" Tanyanya yang baru saja tiba.
Seketika pandangan keduanya teralihkan, Nolan yang hanya menatapnya biasa, sedangkan mata Xavier sudah hampir keluar mengenali sosok itu.
Melihat reaksi tuanya, Nolan inisiatif meninggalkan keduanya, memberi ruang untuk bicara.
Suasana kembali hening setelah kepergian Nolan, Riana hanya diam menunggu lelaki brengs*ek itu berbicara.
Namun reaksi Xavier hanya diam.
Xavier diam memikirkan peristiwa saat pertama kali ia membuka mata, pikirannya terngiang ngiang pada sosok anak kecil yang memanggilnya 'Papa'
"Siapa namanya?" Kalimat pertama yang Xavier keluarkan.
Riana menatap bingung pertanyaan Xavier, ia tak mengerti.
"Siapa?" Kata Riana.
"Anakku, siapa namanya?"
"Ah... Dia anakku, bukan anak mu" jawab Riana.
Xavier langsung melayangkan tatapan tajamnya pada Riana.
"Bohong" kata Xavier.
"Dia memang anakku bersama suamiku, kau tak lihat suamiku tadi?" Kata Riana, dirinya yakin bahwa sang kakak sudah membawa anaknya tadi.
Raut wajah Xavier berubah murung, tatapan tajamnya sudah tak ada lagi, ia memandang wajah Riana yang terlihat sangat cantik itu.
Ah.... Bibir menggoda itu... Ia ingin mengecupnya seperti waktu itu.
"Kalau begitu aku pergi dulu, nanti akan ku suruh tuan Nolan untuk mengantarkan makanan mu" Riana kemudian beranjak pergi dari sana.
"Dia benar-benar bukan anakku?" Tanya Xavier sebelum Riana benar-benar menghilang dari balik pintu.
"Menurutmu?" Tanya Riana kemudian benar-benar pergi dari sana.
____________
Rivan sedang bersama di ruang perpustakaan bersama Tarqa, anak kecil itu sedari tadi merengek ingin bertemu papanya.
Setelah sarapan tadi, Rivan langsung memboyongnya ke perpustakaan tak mengizinkannya bertemu Xavier.
Tarqa duduk di bawah kakinya, di sana ia hanya diam tak melakukan apapun, ia merasa kesal dengan kelakuan Dapannya itu.
Rivan yang melihatnya hanya acuh sambil terus mengerjakan laporan perusahaan yang sekarang menjadi kesibukannya.
Setelah merasa lelah, Rivan menunduk melihat apa yang di lakukan Tarqa.
Astaga bocah itu tengah tertidur di kakinya yang polos, air liur sedikit membasahi kaki Rivan.
Baru saja ia akan mengangkatnya, namun Tarqa sudah lebih dulu bangun.
Cup......
"Dapan aku mau ketemu sama papa" kata bocah itu setelah memberikan ciuman manisnya.
"Kamu tak suka bersama Dapan lagi?" Kata Rivan masih setia dengan wajah datarnya.
Bibir Tarqa berkedut matanya memerah.
"Bukan begitu Dapan..... Aku hanya ingin menemui papaku" jelas Tarqa.
Huffft akhirnya Rivan mengalah dan menggendong Tarqa menuju papanya yang brengs*ek itu.
Sampai di kamar rawat Xavier, pria itu sudah terlihat semakin baik, infus yang melekat di lengannya sejak kemarin sudah di lepas.
Rivan benar benar memperlihatkan skill medisnya.
"Papa!" Teriak Tarqa.
Rivan membawa anak itu lebih dekat, kemudian menurunkannya tepat di samping Xavier.
Cup...
Cup...
Cup...
Lagi lagi manusia kecil itu memberi banyak kecupan di seluruh wajah Xavier.
"Sudah sehat?" Tanya Tarqa.
Xavier yang masih terpaku mengangguk kecil.
"Siapa namamu sayang?" Tanya Xavier.
"Papa tak tahu nama ku?" Alis Tarqa terlihat mengerut.
Seketika Xavier dibuat gelegapan.
"Bukan begitu, papa hanya lupa" alasannya.
"Papa bodoh?" Tanya Tarqa lagi.
Rivan yang berada tak jauh dari sana menahan tawanya walaupun masih dengan wajah datar.
"Papa tidak bodoh sayang, hanya saja mungkin kepala papa sedikit terbentur" alibinya.
Tarqa menatap polos sebelum akhirnya mengangguk mengerti.
"Namaku Alegtarqa pa, Tata Dominic" jawab Tarqa.
Xavier yang mendengar nama belakang Tarqa merasa sesak, pandangannya langsung tertuju pada pria yang ia kira adalah suami Riana.
"Nama yang bagus" Xavier mengelus rambut halus milik Tarqa.
"Bersiaplah, kau sudah bisa pulang" celutuk Rivan dari belakang.
"Hm" Xavier menjawab.
"Dapan, papa mau pulang ke mana?" Tanya Tarqa.
"Ke rumahnya" jawab Rivan.
"Dia tidak tinggal sama Tata?" Tanya Tarqa.
"Tidak" jawab Rivan.
"Kalai begitu Tata ingin ikut ke rumah papa" sahut Tarqa.
Seketika suhu ruangan berubah suram aura membunuh langsung menyeruak dari diri Rivan.
"Pergilah" Rivan pergi dari ruangan itu.
Xavier tak tahu, bahwa wajahnya telah di salin oleh system dan di cari mengenai dirinya oleh Rivan sendiri.
Jadi saat ini Rivan telah mengantongi seluruh data diri Xavier termasuk masa lalunya yang kelam.
Setelah Rivan pergi, pembicaraan kecil terjadi di antara ayah dan anak itu hingga hubungan mereka semakin dekat.
Riana yang akan masuk melihat interaksi keduanya, tak dapat di pungkiri ia merasa senang melihatnya.
___________
Bye❄️
jangan lupa di like, sorry ceritanya boring......
author masih mikir gimana supaya menuju puncaknya nggak terlalu terburu buru dan kesannya natural.....
Semangat puasa bagi yang menjalankan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments
Reza
🆙
2022-04-22
0
Leon Aveiro
lanjut thor
2022-04-04
1
bubur ayam
just do it
2022-04-04
0