10. Zebra Cross

Jarum jam dikamar Daeng menunjukkan pukul 12 dini hari. Lelaki itu tertidur setelah mengingat kejadian di rumah sakit.

Derd! Derd! Derd! Dering ponsel yang ada disampingnya berbunyi. Tangan Daeng meraba kasurnya. Berusaha mencari benda yang selalu orang pegang setiap saat.

"Hmmm!" jawabannya yang masih memejamkan mata.

"Ya! Dua puluh menit lagi, Daen sampai!" Memutuskan mengambil air wudhu. Apa-apaan ini Captain? Bukanya Anda berniat sholat isya tepat pada waktunya! Lantas mengapa Anda malah baru sholat isya dijam 12.

Daeng berdiri tegak, mengangkat kedua tangannya. Menyebut nama Penguasa langit dan bumi. Rukuk sebagai bukti hanya Allah yang Maha Agung. Dan hanya Dialah yang pantas dipuji. Kini mahkota (kepala) terletak dipaling bawah. Bahwa hanya Allah yang Maha Tinggi. Sebesar apapun jabatan seseorang. Jika sudah bersujud kepada Nya. Semua akan sama dimata Allah. Allah tidak melihat rupanya, dari golongan ekonomi menengah atau keatas. Cantik atau tampangnya. Tapi Dia, melihat bagaimana. Seorang hamba, melakukan kewajibannya dengan ikhlas sepenuh hati. Maka dari ibadahmu Tuhan, mengindahkan mu.Daeng mengakhiri dialognya dengan Tuhan. Dengan cara salam. Lelaki itu teringat ceramah seorang ustad. Bahwa Rasulullahﷺ  berpesan agar. Setelah sholat tidak lupa membaca Ayat Kursi.

Segera Daen mengambil koper dan menata barang-barang yang akan dibawa saat dinas. Lelaki itu mengunci kamarnya. Berjalan menuruni tangga dengan tergesa-gesa.

"A Daen! Mamang antar?"

"Tidak Mang! Aa, nyupir sendiri aja! Mamang istirahat saja, besok pagi. Mamang, harus nganter! Mama ke RS!" Daeng membuka bagasi mobilnya.

"Aa! Pamit Mang!" Daeng mengeluarkan kepalanya dari jendela dan melambaikan tangannya. Kearah Mamang, dan di beri dua jempol oleh Mamang.

"Aa ...eh baik banget. Semoga saja rumah tangganya. Diberkahi Allah!" Doa disepertiga malam. Dari Mamang, mungkin saja dijabah sama Allah.

...***...

Daeng mengemudikan mobilnya dengan cepat. Karena janjinya dua puluh menit sampai. Tapi malah molor lima menit.

"Aa!" Panggil mama saat melihat putranya membuka pintu kamar rawat dengan pelan.

Lelaki itu mengangguk pelan, dan menyalami seluruh yang ada di sana. Daeng menatap wajah istrinya yang terpejam.

"Ai, tadi sudah siuman jam sepuluh. Dan tadi Dokter memberi suntikan, agar dia istirahat!" Bapak memberi tahu.

Daeng mengangguk sambil mengelus kepala istrinya.

"Ma! Daen, akan menjaga disini sekarang! Giliran kalian yang pulang untuk istirahat!" ujar Daeng sambil menarik kursi untuk duduk di samping ranjang istrinya.

"Bapak, akan tetap berjaga di sini. Kasian Aa, jaga sendirian!" Bapak merubah posisinya yang semula selonjoran menjadi duduk.

"Bapak, harus istirahat! Biar bugar, nanti kalau Bapak, sakit. Terus siapa yang jagain Ai!? Bapak pulanglah?"

"Tapi ini sudah malam, nggak baik juga. Kalau Bapak, naik motor. Takut masuk angin! Lebih baik, Bapak nginap di rumah Papa! Biar sekalian besok ke sininya barengan!"

"Ya benar Lan! Mending kamu nginep di rumah ku! Kali-kali!" sahut Papa.

Bapak pun mengangguk setuju, meskipun sedikit keberatan.

"Ya sudah biar Ayyas! Yang temenin Captain jaga! Toh Bapak, juga sudah mau. Nginap di rumah Om Hanan!"

"Yas! Mending pulang saja, istirahat! Besok kerja, terus kasian Emak'e. Dirumah sendirian! InsyaAllah, saya bisa ngurus Ai!"

"Ya sudah kalau begitu, kita balik ya Aa!" Mama mengelus kepala putranya.

...***...

Setelah kepergian keluarganya. Tinggallah kedua suami-isri itu. Daeng menatap wajah istrinya dan mencium kening istrinya. Lelaki itu memutuskan untuk merebahkan tubuhnya di sofa bed. Dan menyelimuti sekujur tubuhnya.

Jam menunjukkan pukul setengah dua dini hari. Mata Ai, yang terpejam perlahan terbuka. Pertama kali yang ia lihat adalah atap rumah sakit. Kini kepalanya bergerak ke kiri.

"Ternyata om sama tante Mela sudah pulang!" gumam Ai, saat melihat ruangannya yang sepi. Tak seramai saat dia siuman beberapa jam yang lalu.

Mata Ai, menatap kearah sofa. Disana dia bisa menebak ada orang dibawah selimut tebal.

"Kasian Bapak! Harus jaga Ai! Padahal sudah tua," gumamnya sambil memiringkan badannya kaarah sofa.

"Tapi aku rasa, sofa bed ini lebih empuk dari pada kasur yang ada di rumah!" Gumamnya lagi.

"Tapi, Bapak kan nggak punya uang banyak. Terus kenapa aku ada diruangan sekelas pejabat? Ya Allah, jangan sampai. Aku pulang dari rumah sakit, semua ternak Bapak ilang. Karena dijual buat biaya rumah sakit!" Ai nampak takut.

Mata Ai terus melihat kearah sofa. Dia pun bisa melihat jika orang yang ada dibawah selimut. Sedang memposisikan tubuhnya menjadi miring. Selimut itu perlahan tertarik kebawah. Memperlihatkan rambut hitam legam. Ai mengerutkan keningnya, setau dia. Rambut Bapak berwarna putih.

"Sejak kapan Bapak! Nyemir rambut! Terus kenapa hitam! Kan dalam agama, tidak boleh menyemir rambut dengan warna hitam."

Selimut itu turun lagi, memperlihatkan bagian dahi.

"Kenapa dahi Bapak, mulus, bersih? Setahuku kulit Bapak, sudah mengkerut karena faktor U! Warnanya juga beda, sudah mirip zebra cross. Hitam dan putih contrast banget!" Ai cekikikan, membuat ia menutup mulutnya. Takut si Bapak bangun.

"Masa iya ini kak Ayyas? Tapi potongan rambut kakak, nggak jalan laba-laba!"

"Sudahlah, mungkin saja kakak ganti style rambut! Biar mirip Davidson!" Ai memejamkan matanya kembali.

...***...

Jarum jam menunjukkan pukul setengah empat dini hari. Terdengar suara Qori'ah di masjid-masjid. Lelaki itu menggeliat, meregangkan otot-ototnya. Nikmat!

Daeng berjalan kearah ranjang Ai, dilihatnya. Istrinya masih tertidur. Lelaki itu pun mengambil handuk dan baju serta peralatan mandi dari ransel. Daeng memutuskan untuk mandi diwaktu pagi. Karena ada banyak manfaatnya bagi kesehatan.

Ai yang tertidur mendengar percikan air dari dalam kamar mandi. Dia mengira jika itu adalah Bapak. Karena Bapak selalu mandi sebelum sholat subuh. Berbeda dengannya. Kalau mandi pasti lebih dari jam enam.

Klek! Pintu kamar mandi terbuka! Sosok lelaki mengenakan sarung dan atasan kaus. Tangan kekar itu menggosok-gosok rambutnya dengan handuk. Yang menutupi wajahnya.

Entah mengapa jantung Ai, merasa deg-degan. Entah karena apa. Akan tetapi saat melihat postur tubuh, lelaki bersarung. Jelas itu bukan Bapak maupun kak Ayyas. Gadis itu mulai mengeggam tanganya, takut. Tubuhnya gemetaran, saat melihat lelaki itu membuka handuk yang tadi menutupi wajahnya. Dan...

Terpopuler

Comments

💮Aroe🌸

💮Aroe🌸

dan...? dan...??? 😆 bayangkan, semalaman dy di sana🤣🤣🤣

2022-04-10

0

Yulnita

Yulnita

jeng.. jeng... jeeeeng... ada cowo ganteng...😂....stop... jangan pingsan lg...😄😄😄

lanjut thooor... semangat... 💪💪💪

2022-04-09

0

Asri

Asri

alarm bunyi lagi? 🤔🤦‍♀️

2022-04-09

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!