04. Jurus Takhta Orang Tua

Langkah kaki lelaki itu, menuju ketempat Pilot beristirahat. Ruangan ini terletak di atas first class. Letaknya berada di belakang kokpit.

Para Pilot biasanya menuju tempat ini dengan menaiki tangga tersembunyi.

Ruang istirahat ini berisi dua kursi kelas bisnis dan tempat tidur datar yang dipisahkan dengan gorden. Selain itu, ruang ini juga kedap suara sehingga mereka bisa ber–istirahat tanpa gangguan dari bisingnya suara mesin pesawat.

Daeng merebahkan tubuhnya, lelaki itu sangat lelah. Matanya terpejam ingin mengistirahatkan badannya yang capek. Akan tetapi bunyi pesan masuk. Membuat lelaki itu membuka matanya. Ternyata itu adalah pesan, masuk dari wanita pemalak! Pesannya berisi list benda-benda dan makanan khas negara tetangga ini. Daeng hanya mampu membuang napas kasar, dan mengacak rambutnya.

Saat ingin meletakkan ponselnya, lelaki itu mendapat telpon dari seseorang.

“Huft!” Tangannya menggeser ponselnya.

“Ya, Pa!” Daeng duduk sambil mengusap wajahnya kasar. Ini kenapa, orang-orang kompak mengganggu Captain Daeng, yang ingin beristirahat.

“Daeng! Papa, ada kabar untukmu!” Suara papa, terdengar girang. Bak anak kecil yang dapat makanan tambahan. Saat mau pulang sekolah.

“Hem!” jawabnya dengan dehaman. Meminta papa, untuk melanjutkan ucapannya.

“Daeng! Papa, sudah menemukan calon istri untukmu. Papa, yakin gadis ini sangat tepat untukmu!” Statement yang papa, berikan.

“Apa?” Pekik Captain Daeng, terperanjat kaget. Membuat tubuhnya yang semula duduk. Menjadi berdiri.

STAFF penerbangan memiliki aturan rahasia. Salah satunya tidak boleh menikah atau harus berstatus lajang.

Dengan alasan, maskapai penerbangan tidak ingin karyawan mereka bekerja untuk waktu singkat. Akan tetapi jika mereka sudah melewati masa kontrak. Maka hal ini sudah tidak masalah lagi.

“Papa! Jangan bercanda, ini tidak lucu. Dan Papa, harusnya tahu pekerjaan Daen! Pilot tidak boleh menikah!” Daeng menentang permintaan gila papa Hanan.

“Tidak ada kata penolakan! Masa kontrakmu telah usai! Jadi kau boleh menikah Captain!”

Daeng ingin mengucapkan sesuatu, akan tetapi.

Tut ...Tut ...Tut Panggilan terputus sebelum Daeng bersuara.

Lelaki itu terlihat kesal pasalnya, papa mematikan sambungan. Sebelum dirinya bersuara.

“Oh my lord! Kenapa papa, bisa ingat. Jika masa kontrak ku telah usai?” Mimik wajah Captain nampak tidak bersahabat.

“Ngebet banget punya mantu! Nanti kalau sudah punya mantu, pasti minta yang lebih!” Daeng menepuk jidatnya berulang-ulang.

Captain mengigit bibir bawahnya, ingin mencari jalan keluar dari permasalahannya ini.

“Enna! Dia pasti akan mau membantuku!” Satu nama itu langsung muncul dalam otaknya.

Pasti cewek pemalak itu, tidak akan bisa menolak permintaan darinya. Istilah jika dia selalu keluar negeri. Si pemalak selalu nitip sesuatu.

Daeng mengirimkan beberapa pesan kepada Enaa.

“Huft!”

“Semoga ada jalan keluarnya! Aku belum ngerasa siap untuk menikah!” Daeng menggeleng-gelengkan kepalanya. Lelaki itu berjalan kearah wastafel, Captain membasuh mukanya. Lelaki itu ingin tidur, sebelum penerbangan kembali ke Airport Sukarno—Hatta. Karena nanti ini jadwal Pilot dan Co-pilot satunya.

“Ngapain aku, harus mikir. Yang belum tentu terjadi. Dua menit bisa berubah! Siapa tahu, papa ngebatalin perjodohan ini!” Daeng merebahkan tubuhnya kembali. Dan menutup matanya rapat.

...***...

Lelaki itu keluar dari Airport sambil menarik koper. Matanya menatap jam yang melingkar indah ditangannya. Jam 10 siang. Panasnya kota Jakarta membuat lelaki itu, menyeka keringat yang membasahi dahinya.

“Capt! Mau langsung pulang?” tanya seorang pramugari cantik nan tinggi.

Pramugari itu mensejajarkan langkahnya dengan Daeng.

“Hmmm!” Mengangguk pelan adalah kebiasaan yang ia lakukan.

“Capt, datangkan saat airline anniversary?” Zifa bertanya kembali.

Daeng hanya mengangguk saja, tak sengaja matanya menemukan. Mobil keluarganya.

“Saya duluan!” Setelah itu Daeng langsung berjalan cepat. Mendekati mobil berwarna hitam. Zifa menatap punggung Captain, dari jarak jauh. Ada rasa tertarik kepada Pilot muda itu. Tapi entah mengapa Zifa merasa, jika Captain, berusaha membuat batasan dengannya.

“Oh ... syukurlah kau sudah datang!” Daeng membuka pintu samping kemudi.

“Kebetulan hari ini latihannya libur!” jawab lelaki yang umurnya lebih muda dari Daeng.

“Asian games! Bukankah akan dilakukan enam bulan lagi?” Daeng bertanya kepada adiknya yang berprofesi sebagai atlet.

Rendra mengangguk pelan, dan segera melajukan mobilnya.

Tak selang berapa lama, mobil itu memasuki pekarangan rumah bernuansa klasik modern. Kedua orang itu keluar dari mobil. Sesampainya di dalam rumah Daeng mencari keberadaan mama.

“Aa! Syukurlah kamu kembali dengan selamat!” jawab paruh baya yang memakai baju syar’i. Mama menghampiri putra sulungnya.

Lelaki yang berprofesi sebagai Pilot itu, mencium tangan mamanya.

“Aa! Hanya diberi dua pilihan antara pulang ke rumah Mama! Atau ke rumah Tuhan!”

“Papa sama bungsu, mana?” Daeng berjalan kearah dapur, lelaki itu menuangkan air ke gelas. Dan menenggak hingga tandas.

“Papa masih di kampus, sedangkan si bungsu hangout bareng temannya!”

“Ma! Aa ke kamar dulu ya!” Setelah mendapatkan approval dari mama. Captain menuju kamar pribadinya. Captain membersihkan alas kaki dahulu sebelum menyimpan dirak sepatu. Melonggarkan dasinya, dan dilanjutkan melepaskan jam tangannya. Ia simpan kedalam rak khusus jam. Ada dua puluh jam yang tertata rapi. Dari jam anak kecil hingga dewasa. Jangan salah, itu adalah jam tangan Daeng dari TK hingga menjadi Pilot. Lelaki itu tak pernah membuang barangnya. Dia akan menyimpannya dengan rapi. Hanya saja jam-jam miliknya telah habis baterai.

Daeng masuk kedalam kamar mandi, lelaki itu memutuskan untuk membersihkan badannya. Setelah hampir beberapa menit didalam kamar mandi. Captain pun keluar, sambil menggosok rambutnya. Lelaki itu mengambil ponselnya, pesan yang tadi ia kirim ke wanita pemalak telah dibalas.

‘Hanya ada dua pilihan. Bilang punya pacar, atau kontrak diperpanjang....’ jawaban Enna terlalu singkat. Sepertinya tidak akan berhasil, jika bilang itu ke papa. Alasannya kurang memuaskan.

Lagi-lagi Daeng hanya menggeleng, karena tidak memiliki alasan yang kuat. Buat menantang permintaan papa.

...***...

Malam hari sekitar jam setengah sembilan. Diruang keluarga sedang berkumpul bersama. Hanya satu yang tidak ikut, si bungsu yang ada di kamarnya sedang tidur pulas. Bahkan dia belum sempat bertemu Daeng.

“Daen! Besok kita ke rumah om Elan!” Papa berbicara, sambil meletakkan kedua kakinya di paha istrinya. Agar enak saat dipijit.

“Siapa itu?” tanya Daeng yang fokus menatap monitor gaming seluas 24 inci.

Lelaki itu sedang bertanding dengan adiknya.

“Sahabat Papa! Yang akan menjadi mertuamu!” Sontak saja Daeng langsung menengok kebelakang.

“Pa! Sebenarnya masa kontrak diperpanjang maskapai!” Kata Daeng datar. Matanya kembali ke layar monitor.

“Papa! Tega, membiarkan anak orang nunggu sampai 3 tahun?” Se–santai mungkin agar tidak dicurigai.

‘Awas saja kamu Enna, jika ide yang kau berikan tidak membantuku. Tak segan aku ingin kau mencicil semua barang yang kau. Minta dariku!’ batin Daeng kesal.

Sekali penerbangan keluar negeri, Daeng akan mengeluarkan uang sebesar 1,5 jt- 3jt untuk keperluan Enna.

Rendra berusaha menahan tawanya, jika sudah berkumpul dengan keluarganya. Pasti akan ada pertikaian antara papa dan kakaknya.

“Terima sajalah A! Mau nunggu apa lagi?” Rendra nampaknya berusaha menjadi kompor.

“Kau gila Ndra! Aku tidak mau jika harus membayar denda 500jt bahkan sampai 7M. Karena melanggar kontrak!” Kesal juga, jika si tengah, ada dikubu papa.

“Hahaha! Bohong juga harus dipersiapkan dengan matang Ndra!” Papa mengejek Daeng. Akan tetapi mengatasnamakan Rendra.

Sedangkan mama, hanya menggeleng. Karena melihat ketiga lelaki yang amat, ia cintai sedang melakukan baku hantam.

“Sudahlah A! Pak rektor tidak akan bisa dikalahkan! Terima saja terima! Apa susahnya coba!” Rendra menepuk pundak kakaknya, sebagai ejek kan.

“Diam kau!” Daeng tidak mensia-siakan, untuk memenangkan PS. Saat adiknya lalai.

“Menikahlah A! Umurmu juga sudah cukup! Untuk mengarungi bahtera rumah tangga!” Mama yang tadi hanya menyimak, paruh baya itu akhirnya bersuara.

Daeng hanya mampu menghela nafas pelan. Entah mengapa saat mama, yang meminta. Dia tak enak untuk menolak. Apa lagi berdebat dengan wanita yang melahirkan dirinya. Berbeda lagi jika dengan papa, yang kadang seperti teman. Akan tetapi lebih sering menjadi musuh. Karena jalan pikirannya dan papa sangat contrast. Meskipun demikian Daeng, tetap menghargai papanya. Karena papa, dia lahir ke dunia. Coba saja papa nggak ada. Apa boleh dikata, pasti Daeng hanya menjadi imajinasi umat manusia.

“Mama disogok Papa, berapa? Kok ikut kubu Pak rektor?” Rendra terkekeh karena pertanyaan yang keluar dari mulutnya sendiri.

“Setengah gaji Papa, hanyalah untuk Mama! Jadi wajar jika, Mama ngikut Papa! Beda dengan Aa, yang pelitt!” Nampaknya papa, bangga sudah memberikan setengah gajinya untuk istrinya. Padahal itu adalah kewajiban seorang suami yang menafkahi istri.

“A emang iya, Aa pelit?”

“Musuh tidak akan mau mengaggap musuhnya. Lebih baik dari dirinya sendiri!” Daeng masih saja fokus dengan PS-nya. Malam ini dia harus menang, karena beberapa Minggu yang lalu. Rendra yang memenangkan games itu.

“Bukan begitu Pa?” Daeng menyunggingkan senyumannya.

“Oh ... tentu!” Papa setuju dengan ucapan Daeng.

“Dan! Daen tidak mau nikah!” Daeng tetap bersikeras dengan pendiriannya.

“Kau tega Dean? Mengecewakan Mama? Bukanlah tadi Mama, menyuruhmu untuk nikah. Jika tidak karena ku setidaknya karena. Seseorang yang rela mempertaruhkan nyawanya saat melahirkan dirimu!”

“Apa kau mau menjadi maling Kundang? Katakan! Terima pernikahan ini! Atau seumur hidupmu, akan dihadiri rasa bersalah. Karena menentang permintaan orang tua! Ingat Daen, Rida Tuhan, tergantung rida orang tua!” Kasta orang tua sudah dijunjung tinggi. Karena hanya dengan itu, Daeng akan mudah menyetujuinya.

“Ah ... sudahlah Daen! Pusing!” Lelaki itu bangkit dari duduknya. Meninggalkan ruang keluarga.

Crew Compartment.

Terpopuler

Comments

💮Aroe🌸

💮Aroe🌸

jadi kebawa suasana dlm pesawat, cabin crew ya😆

2022-04-10

0

Asri

Asri

selamat menjalankan ibadah puasa author, semoga gak bolong ya. hihihihi 😁🙏✌

2022-04-04

0

I Fa

I Fa

double update ya thor

2022-04-04

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!