03. Harusnya Bapak Minta Approval Ai

"Ai nggak mau Bapak! Pokoknya Ai, nggak mau Ni-kah!" ucapan Ai, membuat Emak'e dan Ayyas terkejut. Sedangkan Bapak, menghembuskan nafas.

"Apa nikah?" pekik Ayyas sambil menutup laptopnya.

Ai ingin berlari ke kamarnya, akan tetapi langkahnya terhenti saat Bapak mengeluarkan suara.

"Ai! Ini demi kebaikanmu!" Bapak terlihat lebih tegas. Gadis itu membalikkan badannya menatap Bapak dengan kekecewaan.

"Kebaikan apa yang Bapak maksud? Menikahkan gadis seusia ku hah? Bapak, mau psikis Ai, yang menjadi taruhannya!" teriaknya kesal. Bukan hanya itu tangisannya juga semakin keras.

Emak'e dan Ayyas masih shock dengan kejadian yang terjadi sekarang. Drama pertikaian antara Bapak dan Ai, baru saja dimulai.

"Percayalah, kau akan aman. Jika menikah dengan putranya om Hanan!" Ayyas melotot tak percaya. Mendengar statement dari mulut Bapak.

"Aku tidak mau! Dan aku tidak mau!" Gadis itu menjambak rambutnya. Menutup telinganya seolah tidak mau mendengar ucapan dari mulut Bapak.

Prang! Prang! Ai menarik telapak meja dengan kasar. Barang-barang seperti asbak, remote hingga dua cangkir teh dan piring. Jatuh membentur lantai, bukan cukup disitu. Ai mengambil beberapa pigura yang menempel di dinding. Ia lempar ke segala arah.

Ketiganya hanya diam melihat, Ai yang emosi.

Tinggal satu pigura yang menggantung di dinding yang terbuat dari kayu. Foto Ibu yang tersenyum. Sambil menggendong dirinya. Dan Kak Ayyas menggandeng tangan Ibu. Ai menatap dengan sendu, gadis itu mengambil pigura, kemudian ia cium dan terakhir ia peluk.

Bapak bisa melihat punggung Ai, yang bergetar karena tersedu-sedu.

"Om Hanan itu baik loh Ai! Dan pepatah bilang buah jatuh tak jauh dari pohonnya! Itu sebabnya Bapak, menerima. Lamaran om Hanan, untuk menjadikanmu sebagai menantunya!" tuturnya se-lembut mungkin.

"Harusnya Bapak minta approval dari Ai, sebelum menerimanya! Tapi Bapak, egois iya Bapak egois!" Ai mengelap pipinya kasar.

"Dan apa yang Bapak katakan tadi! Buah jatuh tak jauh dari pohonnya?" Ai menghela nafas panjang.

"Itu benar Pak! Jika pohon itu adalah pohon mangga. Yang ditanam di depan rumah! Maka buahnya jatuh tak jauh dari pohonnya. Akan tetapi, jika pohon itu adalah pohon kelapa. Yang ditanam dipinggir pantai. Maka buah kelapa itu bisa jatuh dibibir pantai. Dan ombak bisa menggulung buah itu. Sehingga jauh dari pohonnya! Katakan! Kenapa nggak pernah berpikir seperti itu. Kenapa Bapak, melihat sesuatu hanya dengan satu sudut pandang saja, yang sering orang katakan. Kenapa Bapak, nggak mau, berpikir dengan sudut pandang yang berbeda Hikkkks!" Ai kembali tersedu-sedu. Sungguh malang nasib gadis rumahan seperti Ai.

Bapak bungkam tidak menjawab, merenung mungkin saja. Akan tetapi beliau juga merasa tidak enak hati. Jika harus membalikkan lidahnya, untuk membatalkan pernikahan. Yang telah ia sepakati dengan om Hanan.

"Lihat Kakak saja, masih kerja! Belum ada niatan nikah. Kenapa, Ai yang umurnya lebih muda dipaksa?" Gadis itu terus saja mengeluarkan air mata. Entah kapan air mata itu berhenti.

"Itu nggak adil Pak!"

"Kamu anak gadis Ai, yang memiliki batasan umur untuk menikah. Apa kamu mau disebut prawan tua? Dengan keadaan dirimu yang tidak seperti teman-temanmu! Jika saja kamu kayak anak remaja lain, Bapak tidak akan menjodohkan kamu. Kalau kamu aja nggak mau membuka diri untuk mengenal banyak orang! Terus bagaimana kamu mendapatkan jodoh!" Bapak memalingkan wajahnya, se–umur hidupnya. Tidak pernah bersikap keras dengan Ai. Apalagi membandingkan Ai, dengan anak remaja yang lain. Provokasi om Hanan nampak nya bekerja cepat.

"Bapak! Jodoh itu kisah yang magical dan misterius. We never really know how it works(Kita tidak pernah benar-benar tahu bagaimana cara kerjanya)! Karena Tuhan, yang telah menjalankan it's all! Without human intervention!" Ai menggeleng sebagai penekanan.

"Maka izinkanlah Bapak! Mengoreksi ucapan mu yang belum tepat!"

Ai menatap Bapak, dengan dada yang sesak. Seakan ada yang menghimpit hatinya.

"Bapak! Tahu bahwa jodoh adalah hal yang magical dan misterius! Manusia tidak pernah tahu tentang siapa yang akan menjadi pendampingnya kelak! Hal ini juga, terjadi denganmu sekarang!"

"Mungkin kamu beranggapan, jika kamu! Akan menikah di umur 24 tahun. Atau kamu berpikir jika, Tuhan! Tidak menakdirkan seseorang di hidupmu? Aku tidak pernah tahu, apa yang ada dalam pikiran putriku!" Bapak memberi jeda ucapannya, mengambil nafas sejenak. Untuk menenangkan dirinya.

"Kembali lagi, kalimat yang kamu ucapkan tadi! Magical dan misterius! Mungkin saja ini Keajaiban Tuhan, dan rencana-Nya! Jalan untuk dirimu menemukan jodoh, yang telah disiapkan oleh Nya!"

Ai terdiam akan tetapi sesekali terisak. Emak'e dan mendekati cucunya. Mengelus bahu Ai agar tenang.

"Dan kamu mengatakan! Bahwa kisah cinta, pure from God! I approved your speech! Karena itu kebenarannya! Akan tetapi, pemikiran mu terlalu dangkal!"

"Manusia memang tidak bisa mencampuri kisah cinta. Yang sudah Tuhan, garis kan! Akan tetapi Tuhan, memiliki banyak cara. Untuk mempertemukan tulang rusuk ke pemiliknya!"

"Bapak beri contoh, It's about your story now!! Ai, coba tanyakan pada dirimu!"

"Kenapa Bapak, tidak menjodohkan mu dengan anaknya om Hanan! Saat kau ada di kandungan? Because it is not time, this happens!"

"Kenapa nggak dari dulu Ai? Bukankah Bapak, kenal sama om Hanan sudah puluhan tahun! Jawabannya masih sama. Because it is not time, this happens!"

"Dan kenapa pula, baru hari ini! Bapak dan om Hanan dipertemukan kembali! Dan langsung setuju untuk menjadi besan! Jawabannya simpel, Ai! Because it includes the plan that God, write! Dan sekarang sudah waktunya!"

(Because it includes the plan that God, write! Karena itu termasuk rencana yang Tuhan, tulis!)

"Kami tidak pernah membicarakan atau merencanakan hal ini sebelumnya! Bahkan saat om Hanan, ingin bertamu kemari! Sedikit pun dalam hati beliau tak memiliki tujuan untuk hal ini! Kau tahu kenapa, hal ini terjadi? Because it includes the plan that God, write!"

"Andai kata Ai! Tadi saat om Hanan kemari, kamu dikamar atau di rumah Mbak Dewi! Kejadiannya akan berbeda! Dia tidak akan, pernah mengutarakan keinginannya untuk menjadikan kamu menantunya!"

"And ask yourself! Kenapa pagi ini, kamu yang tidak pernah duduk diundakkan! Hari ini duduk diundakkan? Maka jawabannya adalah. Because it includes the plan that God, write!"

Ai menunduk dalam, ya semua ini karena Tuhan, yang telah menulis-Nya.

"Apa yang kamu simpulkan, dari penjelasan Bapak tadi?" Bapak ingin anaknya berpikir bahwa apa yang terjadi kedepannya. Adalah Tuhan, yang telah menetapkan.

"Kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi kedepannya! Every second, minutes! God, has set up! Maka itu jawabannya!" Bapak mengakhiri ucapannya.

Ai langsung berlari ke kamarnya. Dan membanting pintu kamar.

Brakkkk!

Bapak hanya mengelus dada. Setidaknya beliau telah memberikan pengertian kepada putrinya. Akan lebih mudah jika esok hari, meminta Ai menyetujuinya. Jika tidak berhasil! Maka pakai rumus om Hanan saja, pasti berhasil....

Dunia hanyalah senda gurau semata...

Terpopuler

Comments

Sari Annissa

Sari Annissa

oh my God this realy happen's,includes the God.ini lulusan sma kok kyak udah fasih gitu ma bapaknya ngomong nya...oh God

2022-05-31

0

💮Aroe🌸

💮Aroe🌸

aku sih, ngerti...

yg bikin aku penasaran, otor suka nonton video penerbangan ya😅

2022-04-10

0

I Fa

I Fa

lanjut kk

2022-04-02

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!