05. Enna

Mobil Alphard itu memasuki pekarangan rumah Bapak. Keempat penumpangnya turun dari mobil. Tak lupa membawa beberapa buah tangan untuk sahabatnya.

"Assalamu'alaikum!" Om Hanan mengucapkan salam.

"Wa'alaikumussalam! Hanan, Mela! Mari masuk!" Bapak pun mempersilahkan tamunya.

Keempat orang itu pun dipersilahkan untuk duduk.

Emak'e yang tadi di dapur, berjalan keruang tamu. Saat mendengar tamu yang ditunggu telah datang. Tentu saja om Hanan, memberi tahu Bapak, jika keluarganya mau main ke rumah.

"Emak!" sapa om Hanan menangkup kan telapak tangannya.

"Ya, Hanan! Anakmu wes gede-gede Nan!" Emak'e memegang pundak putrinya om Hanan.

"Alhamdulillah, dapat asupan makanan yang bergizi!" canda om Hanan.

"Ya Allah! Iki Mela? Emak'e pangling! Sekarang pakai jilbab makin muda saja!" Mama mencium tangan Emak'e.

"Emak ini bisa aja! Kang Mas! Anaknya mana, kok sepi?" Mama duduk di samping papa.

"Ayyas! Belum pulang dari kerja! Katanya mau diusahakan pulang cepat, kok malah sampai tamunya datang!" Bapak menjawab dengan senyuman canggung.

"Lah mana Ai?" Om Hanan, selalu ingat tentang gadis yang menyita perhatiannya.

"Ai! Ada di dapur! Membantu sepupunya menyiapkan makanan," jawab Bapak, sudah beberapa hari ini. Hubungan dengan putrinya sedikit renggang. Bahkan mereka kompak puasa bicara. Meskipun demikian. Ai, tetap menjalankan tugasnya sebagai anak. Membuatkan kopi untuk Bapak, setiap pagi dan petang.

Akan tetapi yang menghidangkan kopi adalah Emak'e. Ai benar-benar mengindari Bapak.

"Ya sudah, Emak'e panggil Ai, dulu!" Emak'e berjalan kearah dapur.

Bapak berdoa jika Ai, mau menemui tamunya. Karena sebelum om Hanan, datang kemari. Bapak sempat bicara dengan Ai, untuk menuruti kemauannya.

Emak'e berjalan dengan gadis muda disampingnya.

"Nggak usah malu Ai, anggap saja mereka itu keluarga mbak Dewi! Yang dekat denganmu!" ujar Emak'e menasehati.

Ai menggenggam tangannya yang basah oleh keringat. Jantungnya berdebar-debar tak karuan. Mencoba mengatur nafasnya. Agar rileks sehingga dia tidak grogi.

"Bismillah! Semoga aku enggak melakukan kesalahan, dan semoga aku tidak grogi!" Ai berdoa kepada Allah, untuk membantunya.

Bukannya tambah tenang, malah tubuh Ai semakin bergetar. Saat sudah ada di dekat tamunya. Ingin rasanya berlari ke kamar, akan tetapi. Dia juga enggak mau malu-maluin Bapak.

Emak'e memberi isyarat agar Ai, mencium tangan om Hanan. Jujur saja mama dan kedua anaknya heran dengan tingkah Ai.

Dengan sedikit menundukkan badannya Ai, melewati kedua kakak-beradik.

Mama terkejut saat melihat gadis berambut hitam itu bersimpuh di depannya. Kemudian mencium tangannya lembut. Tak jarang anak jaman sekarang mau melakukan hal yang Ai lakukan. Anak remaja sekarang etikanya terlalu minim.

Mama mengelus kepala Ai, lembut. Sontak membuat Ai, mendongakkan wajahnya. Matanya menatap manik mata mama. Dia jadi teringat tentang ibunya. Segera Ai, menundukkan kepalanya kembali. Gadis itu sedikit menggeser kakinya, kemudian mencium tangan om Hanan.

"Ai! Gimana kabarnya?" tanyanya.

"B-baik Om!" Suara Ai, yang bergetar. Tak memudarkan kelembutan suaranya. Berbeda kalau saat marah. Jujur saja Ai, tidak pernah se–marah. Saat Bapak, bilang jika ia akan menikah.

Mengingat hal itu Ai ingin menangis karena dua hal. Yang pertama karena bicara kasar dengan Bapak. Dan yang terakhir, karena Bapak tega menjodohkannya. Tanpa persetujuan darinya.

Ai pun bangkit dari bersimpuh nya, gantian dia mengulurkan tangannya kearah kakak-beradik. Tanpa menatap wajahnya.

"Rendra!" Rendra mengenalkan diri, dia bisa merasakan. Tangan Ai yang bergetar.

Ai hanya mengangguk dan berganti ke si bungsu.

"Halo Kakak ipar! Senang bertemu denganmu. Tapi sepertinya, kita seumuran! Berapa umur Kakak ipar?" gadis itu langsung nyocros.

Ai yang dipanggil dengan sebutan Kakak ipar. Nampak tidak suka, jelas jika yang memanggilnya kakak ipar. Umurnya sebaya darinya. Kenapa nasibnya tidak seperti gadis yang memegang tangannya itu.

"Sembilan belas tahun! Nak!" Bapak menjawabi.

"Apa? Dia lebih muda dariku? Kita selisih 2 tahun!" Gadis itu menggeleng tidak percaya. Jika calon kakak iparnya lebih muda.

"Kita bisa jadi teman," ujarnya bahagia.

"Ya Allah, mimpi apa Captain dapat. Istri semuda Kakak ipar!" Si bungsu terus bicara, padahal mama berusaha mengisyaratkan gadis itu. Agar tidak banyak bicara.

"Mimpi nyungsep saat lepas landas!" bisik Rendra ke telinganya. Gadis itu cekikikan sendiri mendengar jawaban kakak.

"Maaf Lan! Daeng, tidak bisa kesini bareng kami. Karena ada acara party merayakan hari jadi maskapai! InsyaAllah nanti nyusul!"

"Oh, tidak masalah!"

Ai sudah diberi tahu oleh Emak'e sebelumnya. Jika dia akan dijodohkan dengan anak sulung om Hanan. Yang berprofesi sebagai Pilot.

...***

...

Pintu mobil itu terbuka otomatis, mengeluarkan sosok lelaki. Memakai setelan jas kotak-kotak, serta t-shirt berwarna putih. Yang senada dengan sneakers nya. Lelaki itu melepaskan jasnya. Dan berjalan kearah pintu yang terbuat dari kayu jati.

"Assalamu'alaikum!" Sedikit mengetuk pintu.

Semua orang yang ada diruang tamu mendengar salam dari luar.

"Captain!" Rendra menatap adiknya, gadis itu mengangguk.

"Wa'alaikumussalam! Masuk, Nak!" Bapak bersuara, karena ruang tamu dekat dengan pintu utama.

Daeng pun masuk dan menyalami seluruh keluarga.

"Malam Captain!" Bapak tersenyum saat Daeng mencium tangannya.

"Malam juga Om! Maaf terlambat!" Daeng mengangguk canggung.

"Aku paham dengan keadaanmu Captain! Waktu Captain, sangat berharga. Jadi tidak masalah!"

Daeng hanya mengangguk saja, dia berpikir Bapak menyindirnya. Karena dia lebih mementingkan pekerjaannya. Dari pada bertamu ke rumah Bapak, tepat waktu. Berbeda dengan pandangan Daeng, Bapak menilai jika anak muda. Harus menghabiskan waktunya untuk mewujudkan mimpinya. Konsisten dalam karier.

Ternyata gadis pemalak juga ikut kemari pikir Daeng. Menatap adik bungsunya yang bernama Enna.

Ai baru saja keluar dari dapur, gadis itu membawa nampan berisi teh. Gadis itu berdoa semoga dia tidak grogi. Yang akan membuat air teh tumpah. Dengan hati-hati Ai, meletakkan teh itu di atas meja.

Setelah meletakkan semua cangkir di meja. Ai, berdiri di samping Bapak. Gadis itu kembali menunduk. Mata Ai, terbelalak saat melihat seseorang menyodorkan telapak tangan kearahnya.

Terpopuler

Comments

lim woo

lim woo

yakalii kecil mulu makk 😭🙏

2022-04-26

0

💮Aroe🌸

💮Aroe🌸

aku juga kaget, otor ni bisaaaa aja😂

2022-04-10

0

Asfa black sweet

Asfa black sweet

owh... dpalak sama adik sendiri to...😅
sambut uluran tangan calon imam mu ai..jangan ragu..😉 karna pilihan orang tua tak pernah salah ..🥰

2022-04-05

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!